Transformasi Rohani dalam Kristus (Efesus 4:23-24)
Efesus 4:23-24 TB : supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Implikasi praktis surat Efesus 4:17-32 bagi orang percaya merupakan bagaimana respons atau tanggung jawab orang percaya yang telah mengenal Allah sebagai jemaat dan pribadi Kristus. Orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menanggalkan manusia lama yang bertujuan untuk dibarui di dalam roh dan pikiran terus-menerus serta mengenakan manusia baru sebagai milik Kristus. Implikasi praktis tersebut meliputi status orang percaya sebagai manusia baru yang telah meninggalkan manusia lama, pertobatan orang yang belum percaya menjadi manusia baru, pembaruan pikiran orang percaya dan hidup dalam kebenaran dan kekudusan serta mempraktikkan hidup baru di dalam kehidupan orang percaya.
Transformasi Rohani dalam Kristus (Efesus 4:23-24)
Transformasi Rohani dalam Kristus (Efesus 4:23-24)
1. Status Orang Percaya
Orang percaya terus-menerus dibarui dalam menghidupi kehidupan baru di dalam Kristus. Kenyataannya, orang percaya harus memiliki pemahaman yang benar tentang status orang percaya di dalam Kristus. Peristiwa penanggalan manusia lama dan pengenaan manusia baru menunjukkan bahwa status orang percaya adalah telah menjadi manusia baru, dan tidak lagi menyandang manusia lama.
Orang percaya terus-menerus dibarui dalam menghidupi kehidupan baru di dalam Kristus. Kenyataannya, orang percaya harus memiliki pemahaman yang benar tentang status orang percaya di dalam Kristus. Peristiwa penanggalan manusia lama dan pengenaan manusia baru menunjukkan bahwa status orang percaya adalah telah menjadi manusia baru, dan tidak lagi menyandang manusia lama.
Memang disadari dalam prosesnya didapati pergumulan tabiat lama dan tabiat baru, namun tidak menghilangkan status baru atau tidak ada hubungan lagi dengan kehidupan yang lama. Sebab manusia lama sudah berlalu, disalibkan bersama Kristus dan manusia baru telah tiba yaitu bangkit bersama Kristus. Orang percaya bertanggung jawab untuk menyandang status sebagai manusia baru yaitu ciptaan baru di dalam Kristus.
Orang percaya tidak lagi hidup dalam keadaan manusia lama dan manusia baru sekaligus, tetapi hanya menjalani kehidupan manusia baru di dalam Kristus. Apabila gereja sebagai tubuh Kristus memahami status yang baru di dalam Kristus maka tentunya jemaat atau gereja akan tetap menjalani kehidupan barunya tanpa harus mengingat dan menjalani kehidupan lamanya sebab orang percaya telah belajar mengenal Kristus dan memiliki hubungan yang dekat dengan Kristus. Orang percaya akan hidup dalam kebenaran dan kekudusan serta bertanggung jawab untuk mempraktikkan kehidupan baru di dalam tubuh Kristus.
Surat Efesus 2:2 mengatakan bahwa keadaan manusia lama adalah manusia taat kepada iblis (2:2), manusia di bawah kuasa hawa nafsu daging (Efesus 2:3), manusia mengalami murka Allah atau penghukuman Allah (Efesus 2:3), tetapi orang yang telah menerima Yesus Kristus menerima kedudukan yang baru di dalam Kristus, diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:1), menerima kasih karunia (Roma 5:2), dibenarkan oleh Allah (Roma 4:25; 5:9; 5:18), menjadi anak-anak Allah.
2. Pertobatan
Paulus menasihatkan bahwa di luar Kristus tidak ada pengharapan dan keselamatan, tetapi mengalami kebinasaan kekal (Efesus 4:20). Manusia lama yaitu manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman (Roma 1:18), yang tidak percaya kepada Allah, bahkan mereka menolak untuk mengakui Allah yang telah mewahyukan diri-Nya melalui ciptaan, mereka berjalan berdasarkan pengertian mereka, pikiran mereka sia-sia, memiliki pengertian yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, hati mereka bodoh, degil, dan tumpul sehingga mereka mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Hidup jauh dari persekutuan dengan Allah dan tidak belajar mengenal Allah serta perbuatan orang yang belum percaya yang tidak memiliki Tuhan.
Menanggalkan manusia lama berarti bertobat dari cara hidup yang lama menuju hidup baru. Pertobatan berarti menanggalkan dosa dan hidup baru di dalam Kristus. Pertobatan juga diartikan orang percaya menjadi manusia baru dalam Roh Kudus. Orang Kristen yang menanggalkan manusia lama dan hidup baru dari Roh Kudus, supaya mempunyai pikiran, perasaan, dan kehendak yang baru (bdg. 2 Korintus 3:18; Kolose 3:10; Efesus 4:23, 24).242 Paulus menasihatkan bahwa jemaat yang bertobat berarti menanggalkan cara hidup lama yang tidak mengenal Tuhan dan jauh dari persekutuan dengan Tuhan.
Pertobatan dipenuhi simpulan-simpulan radikal, karena perubahan pikiran yang mendasar bukan saja memalingkan kita dari masa lalu yang berdosa, tetapi juga mengubah rencana, nilai, etika, dan tindakan hidup kita sewaktu kita mulai melihat dunia lewat mata Allah, bukan mata kita. Pengubahan itu menuntut penyerahan diri total. Manusia baru mengambil langkah pertobatan dengan meninggalkan dosa dan menyerahkan hidup di dalam Kristus sebab manusia baru adalah ciptaan baru di hadapan Allah. Pertobatan ini dilakukan sekali untuk selama-lamanya yaitu menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru melalui proses terus-menerus menuju kedewasaan penuh di dalam Kristus. Bertobat menunjukkan status hidup baru di dalam Kristus.
3. Memiliki Pikiran Kristus
Frasa “Supaya kamu diperbarui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind).” Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude. Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka NIV Bible menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai attitude of your mind yang artinya sikap daripada pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your mind. Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan “satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita.”
Sebab roh kita telah dibarui oleh Roh Kudus melalui kelahiran baru maka terus-menerus dibarui sikap (attitude) orang percaya dan pikirannya supaya seperti pikiran dan sikap teladan Kristus.
Paulus mendesak para pembacanya untuk “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5). Ia kemudian menjelaskan seperti apakah pikiran Kristus itu yaitu rela untuk merendahkan diri seperti Kristus. Memang kita tidak mungkin menyerupai Kristus dalam setiap hal. Tetapi kita bisa menyerupai-Nya di dalam kehinaan-Nya, di dalam kesediaan-Nya untuk merendahkan diri demi saudara-saudari-Nya sebab Dia adalah gambar Allah yang sempurna.
Pembaruan untuk makin serupa dengan Allah bukan hanya dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam diri kita melalui proses penebusan, melainkan juga merupakan tanggung jawab orang Kristen pada saat yang sama. Dengan kata lain, pembaruan di dalam gambar Allah bukan hanya bersifat indikatif, melainkan juga imperatif (perintah).
Sebagai contoh di Efesus 4:32, Paulus menasihatkan bahwa mereka harus saling mengampuni “sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni” mereka. Maksud Paulus adalah bahwa di dalam proses pembaruan ini terjadi karena orang percaya harus terlibat secara aktif.
Orang percaya perlu menyadari bahwa dunia menawarkan berbagai kenikmatan yang membawa manusia kepada suatu kehancuran yaitu dosa. Oleh sebab itu, orang percaya harus memiliki sikap penyerahan diri kepada Allah sehingga pikirannya dikendalikan oleh Allah. Maksudnya adalah orang percaya di dalam Yesus Kristus diperbaharui menurut sifat mereka yang semula sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Paulus mengatakan bahwa ketika hidup di dalam persekutuan dengan Allah maka orang percaya akan dibarui di dalam roh dan pikiran (Efesus 4:20, 23). Hal itu dikerjakan oleh Roh Kudus ketika orang percaya hidup di dalam Kristus.
Pembaruan pikiran orang percaya dimulai dengan iman menerima fakta bahwa di dalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita. Orang-orang percaya tidak hanya mengetahui secara intelektual tetapi juga menyambut dengan penuh kepercayaan kebenaran bahwa “manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, supaya jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Roma 6:6) dan bahwa dosa tidak lagi berkuasa atas kita karena kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat melainkan di bawah anugerah (Roma 6:14).
Orang percaya tidak lagi hidup dalam keadaan manusia lama dan manusia baru sekaligus, tetapi hanya menjalani kehidupan manusia baru di dalam Kristus. Apabila gereja sebagai tubuh Kristus memahami status yang baru di dalam Kristus maka tentunya jemaat atau gereja akan tetap menjalani kehidupan barunya tanpa harus mengingat dan menjalani kehidupan lamanya sebab orang percaya telah belajar mengenal Kristus dan memiliki hubungan yang dekat dengan Kristus. Orang percaya akan hidup dalam kebenaran dan kekudusan serta bertanggung jawab untuk mempraktikkan kehidupan baru di dalam tubuh Kristus.
Surat Efesus 2:2 mengatakan bahwa keadaan manusia lama adalah manusia taat kepada iblis (2:2), manusia di bawah kuasa hawa nafsu daging (Efesus 2:3), manusia mengalami murka Allah atau penghukuman Allah (Efesus 2:3), tetapi orang yang telah menerima Yesus Kristus menerima kedudukan yang baru di dalam Kristus, diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:1), menerima kasih karunia (Roma 5:2), dibenarkan oleh Allah (Roma 4:25; 5:9; 5:18), menjadi anak-anak Allah.
2. Pertobatan
Paulus menasihatkan bahwa di luar Kristus tidak ada pengharapan dan keselamatan, tetapi mengalami kebinasaan kekal (Efesus 4:20). Manusia lama yaitu manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman (Roma 1:18), yang tidak percaya kepada Allah, bahkan mereka menolak untuk mengakui Allah yang telah mewahyukan diri-Nya melalui ciptaan, mereka berjalan berdasarkan pengertian mereka, pikiran mereka sia-sia, memiliki pengertian yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, hati mereka bodoh, degil, dan tumpul sehingga mereka mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Hidup jauh dari persekutuan dengan Allah dan tidak belajar mengenal Allah serta perbuatan orang yang belum percaya yang tidak memiliki Tuhan.
Menanggalkan manusia lama berarti bertobat dari cara hidup yang lama menuju hidup baru. Pertobatan berarti menanggalkan dosa dan hidup baru di dalam Kristus. Pertobatan juga diartikan orang percaya menjadi manusia baru dalam Roh Kudus. Orang Kristen yang menanggalkan manusia lama dan hidup baru dari Roh Kudus, supaya mempunyai pikiran, perasaan, dan kehendak yang baru (bdg. 2 Korintus 3:18; Kolose 3:10; Efesus 4:23, 24).242 Paulus menasihatkan bahwa jemaat yang bertobat berarti menanggalkan cara hidup lama yang tidak mengenal Tuhan dan jauh dari persekutuan dengan Tuhan.
Pertobatan dipenuhi simpulan-simpulan radikal, karena perubahan pikiran yang mendasar bukan saja memalingkan kita dari masa lalu yang berdosa, tetapi juga mengubah rencana, nilai, etika, dan tindakan hidup kita sewaktu kita mulai melihat dunia lewat mata Allah, bukan mata kita. Pengubahan itu menuntut penyerahan diri total. Manusia baru mengambil langkah pertobatan dengan meninggalkan dosa dan menyerahkan hidup di dalam Kristus sebab manusia baru adalah ciptaan baru di hadapan Allah. Pertobatan ini dilakukan sekali untuk selama-lamanya yaitu menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru melalui proses terus-menerus menuju kedewasaan penuh di dalam Kristus. Bertobat menunjukkan status hidup baru di dalam Kristus.
3. Memiliki Pikiran Kristus
Frasa “Supaya kamu diperbarui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind).” Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude. Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka NIV Bible menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai attitude of your mind yang artinya sikap daripada pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your mind. Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan “satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita.”
Sebab roh kita telah dibarui oleh Roh Kudus melalui kelahiran baru maka terus-menerus dibarui sikap (attitude) orang percaya dan pikirannya supaya seperti pikiran dan sikap teladan Kristus.
Paulus mendesak para pembacanya untuk “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5). Ia kemudian menjelaskan seperti apakah pikiran Kristus itu yaitu rela untuk merendahkan diri seperti Kristus. Memang kita tidak mungkin menyerupai Kristus dalam setiap hal. Tetapi kita bisa menyerupai-Nya di dalam kehinaan-Nya, di dalam kesediaan-Nya untuk merendahkan diri demi saudara-saudari-Nya sebab Dia adalah gambar Allah yang sempurna.
Pembaruan untuk makin serupa dengan Allah bukan hanya dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam diri kita melalui proses penebusan, melainkan juga merupakan tanggung jawab orang Kristen pada saat yang sama. Dengan kata lain, pembaruan di dalam gambar Allah bukan hanya bersifat indikatif, melainkan juga imperatif (perintah).
Sebagai contoh di Efesus 4:32, Paulus menasihatkan bahwa mereka harus saling mengampuni “sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni” mereka. Maksud Paulus adalah bahwa di dalam proses pembaruan ini terjadi karena orang percaya harus terlibat secara aktif.
Orang percaya perlu menyadari bahwa dunia menawarkan berbagai kenikmatan yang membawa manusia kepada suatu kehancuran yaitu dosa. Oleh sebab itu, orang percaya harus memiliki sikap penyerahan diri kepada Allah sehingga pikirannya dikendalikan oleh Allah. Maksudnya adalah orang percaya di dalam Yesus Kristus diperbaharui menurut sifat mereka yang semula sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Paulus mengatakan bahwa ketika hidup di dalam persekutuan dengan Allah maka orang percaya akan dibarui di dalam roh dan pikiran (Efesus 4:20, 23). Hal itu dikerjakan oleh Roh Kudus ketika orang percaya hidup di dalam Kristus.
Pembaruan pikiran orang percaya dimulai dengan iman menerima fakta bahwa di dalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita. Orang-orang percaya tidak hanya mengetahui secara intelektual tetapi juga menyambut dengan penuh kepercayaan kebenaran bahwa “manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, supaya jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Roma 6:6) dan bahwa dosa tidak lagi berkuasa atas kita karena kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat melainkan di bawah anugerah (Roma 6:14).
Orang percaya menjadi manusia baru dikuduskan oleh iman kita kepada Kristus. Oleh iman kita berpegang pada kuasa Roh Kudus me-mampu kan orang percaya untuk mengalahkan dosa dan hidup bagi Allah. Melalui iman kita harus menerapkan dalam diri kita kebenaran yang menguatkan hati ini, yaitu bahwa oleh Roh kita di mampu kan untuk mematikan perbuatan-perbuatan tubuh kita yang berdosa (Roma 8:13) dan bahwa jika kita hidup oleh Roh, kita akan menerima kekuatan untuk menghentikan perbuatan untuk memuaskan natur berdosa dan menghasilkan buah roh (Galatia 5:16, 22, 23). Bahkan sebenarnya iman adalah perisai orang percaya akan “memadamkan semua panah api dari si jahat” (Efesus 6:16).
Sebagian orang percaya agaknya berfokus pada menanggalkan praktik-praktik berdosa, tetapi mereka kurang memerhatikan hal-hal yang harus dikenakan. Sering kali hidup mereka menjadi keras, rapuh, dan boleh jadi membenarkan diri, karena mereka cenderung menyamakan kesalehan dengan sederet daftar “jangan.” Sebagian orang percaya lain cenderung berfokus pada mengenakan ciri-ciri positif seperti kasih, belas kasihan, dan keramahan. Tetapi jika orang-orang percaya tidak memerhatikan setiap “jangan” dalam Kitab Suci, mereka dapat menjadi ceroboh dalam hal moral dan etika.
Jadi, kita perlu fokus ganda pada “menanggalkan” dan “mengenakan.” Masing-masing harus mendapat perhatian yang sama. Hengki Wijaya
Sebagian orang percaya agaknya berfokus pada menanggalkan praktik-praktik berdosa, tetapi mereka kurang memerhatikan hal-hal yang harus dikenakan. Sering kali hidup mereka menjadi keras, rapuh, dan boleh jadi membenarkan diri, karena mereka cenderung menyamakan kesalehan dengan sederet daftar “jangan.” Sebagian orang percaya lain cenderung berfokus pada mengenakan ciri-ciri positif seperti kasih, belas kasihan, dan keramahan. Tetapi jika orang-orang percaya tidak memerhatikan setiap “jangan” dalam Kitab Suci, mereka dapat menjadi ceroboh dalam hal moral dan etika.
Jadi, kita perlu fokus ganda pada “menanggalkan” dan “mengenakan.” Masing-masing harus mendapat perhatian yang sama. Hengki Wijaya