Eksistensi Allah Dalam Kitab Amsal
Eksistensi Allah
Untuk mengenal siapakah Allah terlebih dahulu harus tahu siapakah Allah itu?
Dalam Perjanjian Lama ada tiga nama umum yang sering dipakai untuk menyebutkan nama Allah, antara lain: YHWH adalah nama Allah Israel, yang diterjemahkan ‘TUHAN’ dalam bahasa Indonesia.
Dalam Kamus Teologi God-Ada tertinggi
(a) yang harus disembah dan diabdi (Ulangan 6:4-5) dan
(b) yang dalam tradisi monoteis, diyakini sebagai Pencipta yang personal, abadi, tidak berubah, mahatahu dan mahakuasa.
Menurut PL, Allah Israel yang satu dan kudus mengatasi dunia material dan tidak boleh digambarkan dalam bentuk apa pun (Keluaran 20:4; Imamat 19:4; Ulangan 4:12.15-24).
Yahweh adalah nama diri Allah, seperti Elohim adalah nama umum bagi Allah. Jadi, pada khususnya Yahweh adalah nama dari Allah yang hidup yang dinyatakan oleh Alkitab. Asal mulanya tidak pasti, meskipun mungkin berasal dari kata dasar ‘hwh’ atau ‘hyh’, yang mengandung pengertian ‘eksistensi yang mandiri dan tidak ber muasal’
Allah adalah pribadi yang ada dengan sendirinya. Allah adalah pencipta dari yang tidak ada menjadi ada (bara) bukan membuat yang sudah ada menjadi ada (asa).
Sebutan pertama untuk Allah dalam Alkitab menggunakan nama Elohim: “Pada mulanya Allah [Elohim] menciptakan…”(Kejadian 1:1). Nama untuk Allah tersebut menyatakan Dia sebagai Pribadi Yang Maha tinggi, Pencipta semula, Pribadi yang sempurna, dan sebagai yang Kekal. Kata Ibrani Elohim berasal dari kata El, yang Perkasa atau sang Pencipta, atau alah, yang artinya bersumpah atau mengikat diri sendiri dengan suatu sumpah (yang secara tidak langsung menyatakan kesetiaan).
Allah Maha kuasa
“Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” (Amsal 3:19-20).
Kata “Meletakkan dasar bumi” di sini menggunakan kata (Ibrani: “Yacad”). Kata ini menyatakan kemahakuasaan Allah dalam melaksanakan penciptaan-Nya atas bumi ini dan menunjukkan eksistensi Allah sebagai satu-satunya pribadi yang telah meletakkan dasar bumi sejak dari semula. Kata ini juga menunjukkan bahwa pada dasarnya bumi ada karena perbuatan Allah saja.
Dengan hikmat-Nya Allah menciptakan langit dan bumi bahkan dengan hikmat yang sama Allah tetap memelihara alam semesta bahkan memberikan kehidupan di dalamnya. Tafsiran Alkitab masa kini memberikan penjelasan, bahwa “Hikmatlah yang menjadi pedoman dasar waktu Allah menciptakan dan tetap menjadi demikian dalam Allah memelihara alam semesta, baik dalam air bah (diingatkan Kejadian 7:11) maupun dalam selalu datangnya embun di bumi, dari mana segala sesuatu dapat hidup”
Allah dalam Kemahakuasaan-Nya tidak dapat dipahami oleh manusia mana pun dengan sempurna siapa pun dia tanpa terkecuali.
Namun bukan berarti Dia tidak dapat dikenal sekalipun Dia tidak mampu dimengerti oleh manusia secara utuh. “Teologi Reformed percaya bahwa Tuhan dapat dikenal, akan tetapi tidak mungkin manusia dapat memperoleh pengenalan yang lengkap menyeluruh dan sempurna tentang Dia”. Keberadaan-Nya tidak dapat dikenal semata-mata hanya dengan mengandalkan Intelek. Intelek manusia terbatas.
Intelek manusia hanya dapat memahami apa yang dapat dilihat dan dimengerti olehnya, tetapi untuk mengenal Allah intelek tidak mampu.
Nicholas dari Cusa mengatakan, Intelek itu tahu bahwa ia tidak mengenal Engkau (Allah), karena dia tahu bahwa Engkau tidak dapat dikenal kecuali kalau apa yang tidak diketahui dapat diketahui, dan apa yang tidak terlihat dapat dilihat dan apa yang tidak tercapai dapat dicapai. Lebih lanjut dia berkata, “Jika ada seseorang yang mengemukakan suatu konsep yang menggambarkan tentang Engkau, aku tahu bahwa konsep itu bukanlah konsep tentang Engkau, karena setiap konsep itu berakhir pada dinding Firdaus…demikian juga, jika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia mengerti tentang Engkau, dan ingin memberikan sesuatu agar mereka dapat mengerti tentang Engkau, orang ini pun jauh daripada mengerti akan Engkau…karena Engkau bersifat mutlak, di luar segala konsep yang mungkin dibentuk oleh manusia.
Dengan memperhatikan keterangan yang dicatat dalam kitab Amsal tersebut, maka segala sesuatu yang telah ada di langit dan di bumi sebagai ciptaan-Nya termasuk manusia sekalipun tetap ada di bawah kedaulatan-Nya. Hal ini dikemukakan oleh Robert Alden, “karena Allah pencipta langit dan bumi dan di bawah pimpinan kedaulatan-Nya semua berada”.
Kemahakuasaan Allah yang tidak dapat dipahami ini tidak harus membuat manusia menjauh dan tidak lagi peduli dengan keberadaan Allah, sebab dalam kehidupan manusia masalah akan tetap ada tetapi ketika masalah itu datang tidak ada tempat lain untuk manusia lari dan mencari pertolongan kalau bukan kepada Allah. Kita harus berusaha mengenal Dia dan kuasa-Nya. Tuhanlah satu-satunya yang menjadi tempat sandaran setiap manusia (Amsal 3:26).
Elmer L. Towns berkata, El Shaddai, Allah Yang Maha Kuasa, adalah sebuah nama yang harus dikenal dan dipercayai setiap orang percaya. Pada waktu kita menghadapi masalah-masalah atau bahaya-bahaya, kita dapat berseru kepada yang Mahakuasa untuk memohon pertolongan-Nya. Ia tidak selalu menyingkirkan masalah-masalah kita atau menyisihkan kita dari badai-badai kehidupan, tetapi ia akan memberi kita kekuatan untuk menghadapinya.
Kemahakuasaan Allah juga mampu mengendalikan semua rencana-rencana manusia yang ada dalam dunia ini, manusia bebas menentukan rencana-rencana yang akan dijalaninya, namun pada akhirnya Tuhanlah satu-satunya pribadi yang berhak untuk mengendalikan semua rencana itu (Amsal 16:9). Jadi, Allah bukan hanya berkuasa untuk membentuk dan meletakkan dasar bumi ini, akan tetapi Allah juga berkuasa atas seluruh kehidupan manusia bahkan rencana-rencana manusia pun tetap ada dalam kendali kekuasaan-Nya.
Allah Maha kudus
“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal yang maha kudus adalah pengertian” (Amsal 9:10).
Kudus Ibr. “Kadosy” kt sifat dapat berarti ‘terpisah’ (dikhususkan) atau ‘terpotong dari’ digunakan terhadap keadaan terlepasnya seseorang atau suatu benda); (Yunani Hagios) kedua-duanya menunjuk kepada makna yang sama.
Istilah Kudus di PL sama dengan di PB, dipakai dalam pengertian tertinggi terhadap Allah. Istilah itu menunjuk, pertama, kepada keterpisahan Allah dari ciptaan dan bahwa Ia mengungguli ciptaan itu. Demikianlah ‘Kudus’ menggambarkan transendensi Allah.
Yahweh, karena ‘kekudusan-Nya’ berdiri bertentangan dengan ilahilah (Keluaran 15:11) demikian juga dengan seluruh ciptaan (Yesaya 40:25).
Allah dikatakan Maha kudus berarti bahwa, kesempurnaan Allah dengan mana sejak kekal mempertahankan keagungan moral-Nya sehingga Ia menentang dosa dan menuntut kesucian dari makhluk-makhluknya.
Dari pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa Allah sebagai yang Maha kudus merupakan satu pribadi yang tidak dapat disamakan dengan manusia, sebab Dia dalam eksistensinya sebagai Allah yang maha kudus telah dipisahkan, dikhususkan. Keberadaan-Nya benar-benar bersih dari cela dan noda.“ Kekudusan merupakan sifat yang terutama di antara semua sifat Allah”.
Allah sebagai pribadi yang Kudus menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang sama sekali tanpa dosa dan benar sama sekali (Imamat 11:44-45; Mazmur 85:14; 145:17; Matius 5:48). Adam dan Hawa diciptakan tanpa dosa (bd. Kejadian 1:31) tetapi dengan kemampuan untuk berbuat dosa. Pada pihak lain, Allah tidak dapat berbuat dosa (Bilangan 23:19; 2Timotius 2:13; Titus 1:2; Ibrani 6:18). Kekudusan-Nya juga mencakup pengabdian-Nya untuk melaksanakan maksud-maksud dan rencana-Nya.
Allah yang Kudus juga memberikan pengudusan kepada umat-Nya. Pengudusan tersebut telah Allah lakukan bagi orang Israel dalam masa PL. Pengudusan adalah kehendak Allah bagi orang Israel dalam PL; seharusnya mereka menjalankan hidup yang suci dan dikuduskan, dipisahkan dari gaya hidup bangsa-bangsa di sekeliling mereka (Amsal1:10-19). Demikian juga sebagai orang Kristen pada zaman ini sebagai orang-orang yang telah dipilih dan dikhususkan oleh-Nya dituntut untuk hidup dalam kekudusan dan memisahkan diri dari gaya hidup duniawi yang ada di sekitarnya.
Orang yang kudus tidak memanjakan diri sendiri. Mereka tidak mengizinkan keinginan-keinginan dan rasa cinta yang salah atau kecenderungan yang immoral menguasai hidup mereka. Tuhan Yesus sendiri memperingatkan para pengikut-Nya, “jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi” (Lukas 21:34). (Dan pada peringatan ini tanpa diragukan lagi dapat diterapkan pada perilaku seksual yang tidak wajar, alkohol, obat-obatan terlarang, atau apa saja yang membuat orang kecanduan – Ed.).
Kekudusan bukanlah sekadar salah satu atribut Allah. Kekudusan merupakan natur esensial Allah dan tercermin dalam semua atribut-Nya. Hikmat-Nya adalah hikmat yang kudus. Keindahan-Nya adalah keindahan yang kudus. Kemuliaan-Nya adalah kemuliaan yang kudus. Kekudusan-Nya “melengkapi kesempurnaan-Nya dengan kemuliaan, kemasyhuran dan keselarasan.
Kekudusan Allah tidak ada yang bisa mengerti dan memahaminya dengan sempurna. Kekudusan Allah mutlak ada pada diri-Nya sendiri dan tidak ada suatu standar apa pun yang dapat disesuaikan dengan kekudusan-Nya.
Allah Maha hadir
“Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh” (Amsal 3:33-35 bdg 8:1-6 bdg 15:3).
Kata “ada di dalam rumah” di sini menggunakan kata (Ibr: “Bayith”). Kata ini menunjukkan kehadiran Allah di dalam rumah setiap orang, baik orang fasik maupun tempat kediaman orang benar.
Kehadiran Allah dinyatakan atas semua orang. Allah tidak hanya hadir di rumah orang benar tetapi Allah pun hadir untuk menyelidiki kediaman orang fasik. Bagian ini menjelaskan kepada setiap manusia bahwa Allah tidak membedakan setiap orang di bumi ini, kehadiran-Nya tidak di tentukan oleh keadaan manusia, Dia dapat hadir di rumah orang fasik dan orang benar untuk menghakimi. Dia bukan hanya mengawasi rumah orang benar tetapi Dia juga terlibat langsung atau hadir di rumah itu secara langsung untuk memberkatinya.
Kehadiran Allah itu amat besar. Dia tidak dapat dimuat. Kehadiran Allah juga berbeda dalam arti seluruh kehadiran-Nya ada dimana-mana. Dia tidak bisa dibagi-bagi. Setiap bagian kecil alam semesta mengandung kehadiran Allah yang utuh. Kita mengetahui hal ini karena Allah yang mempunyai apa yang ahli teologi sebut sebagai ketunggalan Allah. Yaitu, Dia tidak bisa dibagi-bagi.
Setiap orang Kristen yang percaya akan keberadaan Allah sebagai Allah yang Maha hadir pasti akan mengerti apa yang dimaksud dengan Takut akan TUHAN, sebab setiap orang yang menyadari keberadaan
Allah sebagai pribadi yang Maha hadir tidak akan pernah melakukan hal-hal yang tidak benar sekalipun itu mungkin tidak kelihatan oleh orang lain karena kesadarannya akan kehadiran Allah setiap saat di setiap langkah kehidupan yang dijalani setiap hari. Kitab amsal dengan jelas berkata, bahwa mata TUHAN ada di segala tempat untuk mengawasi orang yang jahat maupun orang yang baik (Amsal 15:3). Ini berarti bahwa Allah hadir di segala tempat tanpa terkecuali untuk mengawasi segala yang manusia lakukan dalam dunia ini. Hanya orang bebal yang tidak pernah mengakui akan keberadaan Allah sebagai Allah yang Maha hadir (Mazmur 14:1).
Keberadaan Allah sebagai oknum yang Maha hadir tidak dibatasi oleh apa pun. Tidak ada satu pun manusia yang dapat bersembunyi atau lari dari hadapan Allah. Dia ada dimana-mana sekalipun manusia berada di tempat yang tersembunyi Allah tetap ada dan mengawasi kehidupannya (Amsal 15:3; Yeremia 23:23-24; Mazmur 139:7-12).
Untuk mengenal siapakah Allah terlebih dahulu harus tahu siapakah Allah itu?
Dalam Perjanjian Lama ada tiga nama umum yang sering dipakai untuk menyebutkan nama Allah, antara lain: YHWH adalah nama Allah Israel, yang diterjemahkan ‘TUHAN’ dalam bahasa Indonesia.
Adonay adalah gelar (sebutan) yang cocok untuk Allah, yang diterjemahkan ‘Tuhan’. Elohim adalah jenis eksistensi yang ilahi, dan kata itu menyatakan bahwa Dia “Allah”, bukan manusia, malaikat, atau makhluk yang lain.
Dari ketiga nama di atas, Elohim merupakan nama yang menunjukkan pribadi Allah sebagai Allah bukan manusia atau pun malaikat. Elohim adalah nama yang digunakan untuk menunjukkan keberadaan-Nya sebagai Allah atau nama diri Allah.
Dalam Kamus Teologi God-Ada tertinggi
(a) yang harus disembah dan diabdi (Ulangan 6:4-5) dan
(b) yang dalam tradisi monoteis, diyakini sebagai Pencipta yang personal, abadi, tidak berubah, mahatahu dan mahakuasa.
Menurut PL, Allah Israel yang satu dan kudus mengatasi dunia material dan tidak boleh digambarkan dalam bentuk apa pun (Keluaran 20:4; Imamat 19:4; Ulangan 4:12.15-24).
Yahweh adalah nama diri Allah, seperti Elohim adalah nama umum bagi Allah. Jadi, pada khususnya Yahweh adalah nama dari Allah yang hidup yang dinyatakan oleh Alkitab. Asal mulanya tidak pasti, meskipun mungkin berasal dari kata dasar ‘hwh’ atau ‘hyh’, yang mengandung pengertian ‘eksistensi yang mandiri dan tidak ber muasal’
Allah adalah pribadi yang ada dengan sendirinya. Allah adalah pencipta dari yang tidak ada menjadi ada (bara) bukan membuat yang sudah ada menjadi ada (asa).
Sebutan pertama untuk Allah dalam Alkitab menggunakan nama Elohim: “Pada mulanya Allah [Elohim] menciptakan…”(Kejadian 1:1). Nama untuk Allah tersebut menyatakan Dia sebagai Pribadi Yang Maha tinggi, Pencipta semula, Pribadi yang sempurna, dan sebagai yang Kekal. Kata Ibrani Elohim berasal dari kata El, yang Perkasa atau sang Pencipta, atau alah, yang artinya bersumpah atau mengikat diri sendiri dengan suatu sumpah (yang secara tidak langsung menyatakan kesetiaan).
Allah Maha kuasa
“Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” (Amsal 3:19-20).
Kata “Meletakkan dasar bumi” di sini menggunakan kata (Ibrani: “Yacad”). Kata ini menyatakan kemahakuasaan Allah dalam melaksanakan penciptaan-Nya atas bumi ini dan menunjukkan eksistensi Allah sebagai satu-satunya pribadi yang telah meletakkan dasar bumi sejak dari semula. Kata ini juga menunjukkan bahwa pada dasarnya bumi ada karena perbuatan Allah saja.
Dengan hikmat-Nya Allah menciptakan langit dan bumi bahkan dengan hikmat yang sama Allah tetap memelihara alam semesta bahkan memberikan kehidupan di dalamnya. Tafsiran Alkitab masa kini memberikan penjelasan, bahwa “Hikmatlah yang menjadi pedoman dasar waktu Allah menciptakan dan tetap menjadi demikian dalam Allah memelihara alam semesta, baik dalam air bah (diingatkan Kejadian 7:11) maupun dalam selalu datangnya embun di bumi, dari mana segala sesuatu dapat hidup”
Allah dalam Kemahakuasaan-Nya tidak dapat dipahami oleh manusia mana pun dengan sempurna siapa pun dia tanpa terkecuali.
Namun bukan berarti Dia tidak dapat dikenal sekalipun Dia tidak mampu dimengerti oleh manusia secara utuh. “Teologi Reformed percaya bahwa Tuhan dapat dikenal, akan tetapi tidak mungkin manusia dapat memperoleh pengenalan yang lengkap menyeluruh dan sempurna tentang Dia”. Keberadaan-Nya tidak dapat dikenal semata-mata hanya dengan mengandalkan Intelek. Intelek manusia terbatas.
Intelek manusia hanya dapat memahami apa yang dapat dilihat dan dimengerti olehnya, tetapi untuk mengenal Allah intelek tidak mampu.
Nicholas dari Cusa mengatakan, Intelek itu tahu bahwa ia tidak mengenal Engkau (Allah), karena dia tahu bahwa Engkau tidak dapat dikenal kecuali kalau apa yang tidak diketahui dapat diketahui, dan apa yang tidak terlihat dapat dilihat dan apa yang tidak tercapai dapat dicapai. Lebih lanjut dia berkata, “Jika ada seseorang yang mengemukakan suatu konsep yang menggambarkan tentang Engkau, aku tahu bahwa konsep itu bukanlah konsep tentang Engkau, karena setiap konsep itu berakhir pada dinding Firdaus…demikian juga, jika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia mengerti tentang Engkau, dan ingin memberikan sesuatu agar mereka dapat mengerti tentang Engkau, orang ini pun jauh daripada mengerti akan Engkau…karena Engkau bersifat mutlak, di luar segala konsep yang mungkin dibentuk oleh manusia.
Dengan memperhatikan keterangan yang dicatat dalam kitab Amsal tersebut, maka segala sesuatu yang telah ada di langit dan di bumi sebagai ciptaan-Nya termasuk manusia sekalipun tetap ada di bawah kedaulatan-Nya. Hal ini dikemukakan oleh Robert Alden, “karena Allah pencipta langit dan bumi dan di bawah pimpinan kedaulatan-Nya semua berada”.
Kemahakuasaan Allah yang tidak dapat dipahami ini tidak harus membuat manusia menjauh dan tidak lagi peduli dengan keberadaan Allah, sebab dalam kehidupan manusia masalah akan tetap ada tetapi ketika masalah itu datang tidak ada tempat lain untuk manusia lari dan mencari pertolongan kalau bukan kepada Allah. Kita harus berusaha mengenal Dia dan kuasa-Nya. Tuhanlah satu-satunya yang menjadi tempat sandaran setiap manusia (Amsal 3:26).
Elmer L. Towns berkata, El Shaddai, Allah Yang Maha Kuasa, adalah sebuah nama yang harus dikenal dan dipercayai setiap orang percaya. Pada waktu kita menghadapi masalah-masalah atau bahaya-bahaya, kita dapat berseru kepada yang Mahakuasa untuk memohon pertolongan-Nya. Ia tidak selalu menyingkirkan masalah-masalah kita atau menyisihkan kita dari badai-badai kehidupan, tetapi ia akan memberi kita kekuatan untuk menghadapinya.
Kemahakuasaan Allah juga mampu mengendalikan semua rencana-rencana manusia yang ada dalam dunia ini, manusia bebas menentukan rencana-rencana yang akan dijalaninya, namun pada akhirnya Tuhanlah satu-satunya pribadi yang berhak untuk mengendalikan semua rencana itu (Amsal 16:9). Jadi, Allah bukan hanya berkuasa untuk membentuk dan meletakkan dasar bumi ini, akan tetapi Allah juga berkuasa atas seluruh kehidupan manusia bahkan rencana-rencana manusia pun tetap ada dalam kendali kekuasaan-Nya.
Allah Maha kudus
“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal yang maha kudus adalah pengertian” (Amsal 9:10).
Kudus Ibr. “Kadosy” kt sifat dapat berarti ‘terpisah’ (dikhususkan) atau ‘terpotong dari’ digunakan terhadap keadaan terlepasnya seseorang atau suatu benda); (Yunani Hagios) kedua-duanya menunjuk kepada makna yang sama.
Istilah Kudus di PL sama dengan di PB, dipakai dalam pengertian tertinggi terhadap Allah. Istilah itu menunjuk, pertama, kepada keterpisahan Allah dari ciptaan dan bahwa Ia mengungguli ciptaan itu. Demikianlah ‘Kudus’ menggambarkan transendensi Allah.
Yahweh, karena ‘kekudusan-Nya’ berdiri bertentangan dengan ilahilah (Keluaran 15:11) demikian juga dengan seluruh ciptaan (Yesaya 40:25).
Allah dikatakan Maha kudus berarti bahwa, kesempurnaan Allah dengan mana sejak kekal mempertahankan keagungan moral-Nya sehingga Ia menentang dosa dan menuntut kesucian dari makhluk-makhluknya.
Dari pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa Allah sebagai yang Maha kudus merupakan satu pribadi yang tidak dapat disamakan dengan manusia, sebab Dia dalam eksistensinya sebagai Allah yang maha kudus telah dipisahkan, dikhususkan. Keberadaan-Nya benar-benar bersih dari cela dan noda.“ Kekudusan merupakan sifat yang terutama di antara semua sifat Allah”.
Allah sebagai pribadi yang Kudus menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang sama sekali tanpa dosa dan benar sama sekali (Imamat 11:44-45; Mazmur 85:14; 145:17; Matius 5:48). Adam dan Hawa diciptakan tanpa dosa (bd. Kejadian 1:31) tetapi dengan kemampuan untuk berbuat dosa. Pada pihak lain, Allah tidak dapat berbuat dosa (Bilangan 23:19; 2Timotius 2:13; Titus 1:2; Ibrani 6:18). Kekudusan-Nya juga mencakup pengabdian-Nya untuk melaksanakan maksud-maksud dan rencana-Nya.
Allah yang Kudus juga memberikan pengudusan kepada umat-Nya. Pengudusan tersebut telah Allah lakukan bagi orang Israel dalam masa PL. Pengudusan adalah kehendak Allah bagi orang Israel dalam PL; seharusnya mereka menjalankan hidup yang suci dan dikuduskan, dipisahkan dari gaya hidup bangsa-bangsa di sekeliling mereka (Amsal1:10-19). Demikian juga sebagai orang Kristen pada zaman ini sebagai orang-orang yang telah dipilih dan dikhususkan oleh-Nya dituntut untuk hidup dalam kekudusan dan memisahkan diri dari gaya hidup duniawi yang ada di sekitarnya.
Orang yang kudus tidak memanjakan diri sendiri. Mereka tidak mengizinkan keinginan-keinginan dan rasa cinta yang salah atau kecenderungan yang immoral menguasai hidup mereka. Tuhan Yesus sendiri memperingatkan para pengikut-Nya, “jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi” (Lukas 21:34). (Dan pada peringatan ini tanpa diragukan lagi dapat diterapkan pada perilaku seksual yang tidak wajar, alkohol, obat-obatan terlarang, atau apa saja yang membuat orang kecanduan – Ed.).
Kekudusan bukanlah sekadar salah satu atribut Allah. Kekudusan merupakan natur esensial Allah dan tercermin dalam semua atribut-Nya. Hikmat-Nya adalah hikmat yang kudus. Keindahan-Nya adalah keindahan yang kudus. Kemuliaan-Nya adalah kemuliaan yang kudus. Kekudusan-Nya “melengkapi kesempurnaan-Nya dengan kemuliaan, kemasyhuran dan keselarasan.
Kekudusan Allah tidak ada yang bisa mengerti dan memahaminya dengan sempurna. Kekudusan Allah mutlak ada pada diri-Nya sendiri dan tidak ada suatu standar apa pun yang dapat disesuaikan dengan kekudusan-Nya.
Allah Maha hadir
“Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh” (Amsal 3:33-35 bdg 8:1-6 bdg 15:3).
Kata “ada di dalam rumah” di sini menggunakan kata (Ibr: “Bayith”). Kata ini menunjukkan kehadiran Allah di dalam rumah setiap orang, baik orang fasik maupun tempat kediaman orang benar.
Kehadiran Allah dinyatakan atas semua orang. Allah tidak hanya hadir di rumah orang benar tetapi Allah pun hadir untuk menyelidiki kediaman orang fasik. Bagian ini menjelaskan kepada setiap manusia bahwa Allah tidak membedakan setiap orang di bumi ini, kehadiran-Nya tidak di tentukan oleh keadaan manusia, Dia dapat hadir di rumah orang fasik dan orang benar untuk menghakimi. Dia bukan hanya mengawasi rumah orang benar tetapi Dia juga terlibat langsung atau hadir di rumah itu secara langsung untuk memberkatinya.
Kehadiran Allah itu amat besar. Dia tidak dapat dimuat. Kehadiran Allah juga berbeda dalam arti seluruh kehadiran-Nya ada dimana-mana. Dia tidak bisa dibagi-bagi. Setiap bagian kecil alam semesta mengandung kehadiran Allah yang utuh. Kita mengetahui hal ini karena Allah yang mempunyai apa yang ahli teologi sebut sebagai ketunggalan Allah. Yaitu, Dia tidak bisa dibagi-bagi.
Setiap orang Kristen yang percaya akan keberadaan Allah sebagai Allah yang Maha hadir pasti akan mengerti apa yang dimaksud dengan Takut akan TUHAN, sebab setiap orang yang menyadari keberadaan
Allah sebagai pribadi yang Maha hadir tidak akan pernah melakukan hal-hal yang tidak benar sekalipun itu mungkin tidak kelihatan oleh orang lain karena kesadarannya akan kehadiran Allah setiap saat di setiap langkah kehidupan yang dijalani setiap hari. Kitab amsal dengan jelas berkata, bahwa mata TUHAN ada di segala tempat untuk mengawasi orang yang jahat maupun orang yang baik (Amsal 15:3). Ini berarti bahwa Allah hadir di segala tempat tanpa terkecuali untuk mengawasi segala yang manusia lakukan dalam dunia ini. Hanya orang bebal yang tidak pernah mengakui akan keberadaan Allah sebagai Allah yang Maha hadir (Mazmur 14:1).
Keberadaan Allah sebagai oknum yang Maha hadir tidak dibatasi oleh apa pun. Tidak ada satu pun manusia yang dapat bersembunyi atau lari dari hadapan Allah. Dia ada dimana-mana sekalipun manusia berada di tempat yang tersembunyi Allah tetap ada dan mengawasi kehidupannya (Amsal 15:3; Yeremia 23:23-24; Mazmur 139:7-12).
Allah dapat hadir di mana pun dan kapan pun Dia mau, sekalipun manusia terkadang melakukan kesalahan dan ingin bersembunyi dari manusia lainnya, namun harus disadari bahwa ternyata Allah tidak akan pernah dapat dikelabui oleh siapa pun di bumi ini. Terkadang manusia berpikir bahwa Allah tidak melihat dan mengetahui apa yang dilakukannya, bahkan tidak jarang manusia lebih takut terhadap manusia daripada Allah. Manusia lebih memilih takut kepada sesamanya manusia daripada terhadap Allah yang secara riil hadir dan berkuasa dalam setiap kehidupannya.
Edward T. Welch mengatakan, Takut akan manusia adalah sesuatu yang kita lakukan secara alamiah. Semenjak kejatuhan manusia ke dalam dosa, takut akan manusia telah menjadi naluri manusiawi kita. Namun tragisnya, hati kita mempunyai mitra dalam mengembangkan kecenderungan berdosanya. Dunia beserta segala asumsinya yang tidak alkitabiah justru menguatkan kecenderungan untuk takut atau gentar kepada sesama manusia.
Manusia tidak dapat menyangkal akan kedekatan Allah dengan manusia dan keterlibatan-Nya secara langsung dalam kehidupan manusia, Tony Evans dan Moody Press mengatakan, “Allah begitu dalam terlibat dan senantiasa hadir dalam hidup Anda; karena itu Dia tahu apa yang terjadi pada diri Anda. ”Allah sesuai dengan keberadaan-Nya sebagai oknum yang Maha hadir selalu mendekatkan diri-Nya kepada semua manusia. Bagaimanapun pandangan manusia tentang keberadaan Allah, Dia tetaplah Allah yang melibatkan diri terhadap seluruh aspek kehidupan manusia.
Edward T. Welch mengatakan, Takut akan manusia adalah sesuatu yang kita lakukan secara alamiah. Semenjak kejatuhan manusia ke dalam dosa, takut akan manusia telah menjadi naluri manusiawi kita. Namun tragisnya, hati kita mempunyai mitra dalam mengembangkan kecenderungan berdosanya. Dunia beserta segala asumsinya yang tidak alkitabiah justru menguatkan kecenderungan untuk takut atau gentar kepada sesama manusia.
Manusia tidak dapat menyangkal akan kedekatan Allah dengan manusia dan keterlibatan-Nya secara langsung dalam kehidupan manusia, Tony Evans dan Moody Press mengatakan, “Allah begitu dalam terlibat dan senantiasa hadir dalam hidup Anda; karena itu Dia tahu apa yang terjadi pada diri Anda. ”Allah sesuai dengan keberadaan-Nya sebagai oknum yang Maha hadir selalu mendekatkan diri-Nya kepada semua manusia. Bagaimanapun pandangan manusia tentang keberadaan Allah, Dia tetaplah Allah yang melibatkan diri terhadap seluruh aspek kehidupan manusia.
John M. Frame mengatakan, “Kehadiran Allah bukanlah sesuatu yang kita temukan melalui ketajaman pikiran secara teoritis.
Sebaliknya, kedekatan Allah dengan ciptaan-Nya itu tidak dapat dihindari. Kita selalu memiliki keterlibatan dengan Dia. Karena itulah pengetahuan akan Allah juga merupakan pengetahuan antar pribadi”.
Pada saat manusia kesepian Allah hadir. Saat manusia jatuh dalam berbagai macam pencobaan Allah hadir. Saat manusia dalam ketakutan Allah hadir. Saat manusia dalam kebingungan Allah hadir. Allah hadir kapan pun manusia membutuhkan-Nya dan dalam situasi apa pun juga Dia ada dan hadir di sana.
Allah Maha tahu
“Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya; dunia orang mati dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!; siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” (Amsal 5:21; 15:11 bdg 10:9).
Dalam bahasa Inggris“omniscience,” (‘omni’ berarti ‘semua’ dan ‘science’ berkaitan dengan ‘pengetahuan’). “Kemahatahuan Allah berarti bahwa sama sekali tidak ada sesuatu pun yang tidak diketahui-Nya; bahwa tidak ada suatu sistem informasi atau rangkaian data mana pun yang bisa ada di luar pengetahuan Allah – tak satu pun. Dia tidak bergantung kepada siapa pun di luar Dia, untuk pengetahuan apa pun dan tentang apa pun”.
Sehubungan dengan Ke maha-hadir-an Allah dalam seluruh aspek kehidupan manusia sangat berkaitan erat dengan Kemahatahuan Allah. Allah mengetahui segala sesuatu baik yang ada dalam pikiran, perasaan, bahkan hati manusia bahkan Allah lebih mengenal manusia daripada manusia itu sendiri. Kemahatahuan Allah mengungkapkan segala aspek kehidupan manusia tidak ada satu pun yang Dia tidak ketahui dalam diri manusia.
Baca Juga: Mengenal Allah Di Dalam Kristus
Sebaliknya, kedekatan Allah dengan ciptaan-Nya itu tidak dapat dihindari. Kita selalu memiliki keterlibatan dengan Dia. Karena itulah pengetahuan akan Allah juga merupakan pengetahuan antar pribadi”.
Pada saat manusia kesepian Allah hadir. Saat manusia jatuh dalam berbagai macam pencobaan Allah hadir. Saat manusia dalam ketakutan Allah hadir. Saat manusia dalam kebingungan Allah hadir. Allah hadir kapan pun manusia membutuhkan-Nya dan dalam situasi apa pun juga Dia ada dan hadir di sana.
Allah Maha tahu
“Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya; dunia orang mati dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!; siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” (Amsal 5:21; 15:11 bdg 10:9).
Dalam bahasa Inggris“omniscience,” (‘omni’ berarti ‘semua’ dan ‘science’ berkaitan dengan ‘pengetahuan’). “Kemahatahuan Allah berarti bahwa sama sekali tidak ada sesuatu pun yang tidak diketahui-Nya; bahwa tidak ada suatu sistem informasi atau rangkaian data mana pun yang bisa ada di luar pengetahuan Allah – tak satu pun. Dia tidak bergantung kepada siapa pun di luar Dia, untuk pengetahuan apa pun dan tentang apa pun”.
Sehubungan dengan Ke maha-hadir-an Allah dalam seluruh aspek kehidupan manusia sangat berkaitan erat dengan Kemahatahuan Allah. Allah mengetahui segala sesuatu baik yang ada dalam pikiran, perasaan, bahkan hati manusia bahkan Allah lebih mengenal manusia daripada manusia itu sendiri. Kemahatahuan Allah mengungkapkan segala aspek kehidupan manusia tidak ada satu pun yang Dia tidak ketahui dalam diri manusia.
Baca Juga: Mengenal Allah Di Dalam Kristus
Ke maha-hadiran Allah dalam hidup manusia secara otomatis juga mengungkapkan kemahatahuan Allah, bukan hanya apa yang dilakukan manusia yang kelihatan dari luar yang diketahui oleh Allah tetapi secara menyeluruh sampai ke dalam lubuk hati manusia oleh karena Roh manusia adalah pelita TUHAN yang akan menyelidiki seluruh lubuk hati manusia (Amsal 20:27).
Allah pun tahu bahkan belum dilakukan masih dalam perencanaan dan masih dipikirkan Allah pun tahu. Kalau demikian apa yang manusia bisa lakukan yang tidak ingin diketahui oleh Allah? Tidak ada satu pun sesuatu yang harus disembunyikan dari Dia, sebab Dia adalah Allah yang dapat menyelidiki setiap manusia baik saat dia bangun, jalan, duduk ataupun berdiri.
Keberadaan-Nya bukan seperti yang oleh kebanyakan orang ketahui. Banyak orang menyangka bahwa Allah itu jauh dari manusia (Transenden), Dia tidak dapat dijangkau oleh manusia. Manusia merasa Allah yang jauh itu tidak dapat hadir dan dekat dengan manusia, bahkan Dia tidak mengetahui apa-apa tentang manusia sedikit pun. “Golongan Teisme selalu percaya pada Allah yang transenden sekaligus imanen, sedangkan golongan Deisme menyingkirkan Allah dari dunia dan menekankan ketransendenan Allah dengan akibat penyingkiran keimanannya”.
Allah tahu apa yang manusia lakukan di depan umum untuk diketahui oleh semua orang, Allah juga tahu apa yang dilakukan manusia secara pribadi yang tidak ingin diketahui oleh orang banyak, bahkan Allah tahu motivasi setiap orang melakukan sesuatu. Allah tahu akan menjadi apa manusia ke depanya, Allah tahu segala apa yang manusia miliki. Tidak ada satu pun yang tersembunyi di hadapan Allah, semuanya telanjang di hadapan-Nya, segala sesuatunya Allah ke tahui.
Baca Juga: Prinsip Takut Akan Tuhan Berdasarkan Kitab Amsal
Keberadaan-Nya bukan seperti yang oleh kebanyakan orang ketahui. Banyak orang menyangka bahwa Allah itu jauh dari manusia (Transenden), Dia tidak dapat dijangkau oleh manusia. Manusia merasa Allah yang jauh itu tidak dapat hadir dan dekat dengan manusia, bahkan Dia tidak mengetahui apa-apa tentang manusia sedikit pun. “Golongan Teisme selalu percaya pada Allah yang transenden sekaligus imanen, sedangkan golongan Deisme menyingkirkan Allah dari dunia dan menekankan ketransendenan Allah dengan akibat penyingkiran keimanannya”.
Allah tahu apa yang manusia lakukan di depan umum untuk diketahui oleh semua orang, Allah juga tahu apa yang dilakukan manusia secara pribadi yang tidak ingin diketahui oleh orang banyak, bahkan Allah tahu motivasi setiap orang melakukan sesuatu. Allah tahu akan menjadi apa manusia ke depanya, Allah tahu segala apa yang manusia miliki. Tidak ada satu pun yang tersembunyi di hadapan Allah, semuanya telanjang di hadapan-Nya, segala sesuatunya Allah ke tahui.
Baca Juga: Prinsip Takut Akan Tuhan Berdasarkan Kitab Amsal
Pengetahuan Allah bersifat Intuitif (bersifat secara intuisi, berdasar bisikan gerak hati). Ketika Anda duduk di gereja, Dia tahu, Anda lebih suka berada di suatu tempat lain. Dia tahu rencana Anda bila Anda keluar dari gereja. Dia selalu sungguh mengetahui dengan baik segala data yang menyangkut semua manusia di mana pun.
Pengetahuan-Nya bersifat intuitif. Kalau manusia menyadari akan keberadaan Allah yang Mahatahu ini dengan benar, maka semua hal yang menyangkut kehidupannya, gerak-geriknya dan semua yang dilakukannya berdasarkan Takut akan TUHAN, sehingga segala sesuatu yang buruk dan tidak memuliakan TUHAN tidak akan pernah menjadi kesukaannya.
Pengetahuan-Nya bersifat intuitif. Kalau manusia menyadari akan keberadaan Allah yang Mahatahu ini dengan benar, maka semua hal yang menyangkut kehidupannya, gerak-geriknya dan semua yang dilakukannya berdasarkan Takut akan TUHAN, sehingga segala sesuatu yang buruk dan tidak memuliakan TUHAN tidak akan pernah menjadi kesukaannya.