Perselingkuhan dan Kesetiaan dalam Pernikahan Kristen

Perselingkuhan terjadi karena berbagai alasan. Tak dapat dipungkiri pria dan wanita yang terlibat dalam "cinta segitiga" mempunyai alasan yang berbeda. Bisa jadi perselingkuhan terjadi karena ada niat dan ada kesempatan. Sementara yang lainnya karena merasa kurang perhatian, kesepian, dan mungkin karena kekerasan dalam rumah tangga. 

Ada juga yang berselingkuh dengan alasan hanya ingin "coba-coba", namun sayangnya sekali mencoba menjadi ketagihan. Ada yang berselingkuh karena kelebihan harta dan tak tahu bagaimana menggunakannya dengan baik, sementara yang lainnya justru dengan terpaksa berselingkuh karena kekurangan materi. Ada juga yang berselingkuh karena tidak cinta lagi dengan pasangannya, sementara yang lain dengan alasan ingin bersenang-senang dan "menikmati" hidup.
Perselingkuhan dan Kesetiaan dalam Pernikahan Kristen
Mengapa Perselingkuhan Terjadi?

1. Niat dan Kesempatan

Beberapa orang merencanakan perselingkuhan karena mereka memiliki niat jahat dan kesempatan untuk melakukannya.

2. Kurang Perhatian

Kekurangan perhatian dalam hubungan bisa menjadi pemicu perselingkuhan. Seseorang mencari perhatian di tempat lain.

3. Kesepian

Rasa kesepian dapat mendorong seseorang mencari kenyamanan emosional di luar hubungan mereka.

4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kadang-kadang, individu mencari pelarian dari hubungan yang penuh kekerasan dengan berselingkuh.

5. Coba-coba yang Berujung Ketagihan

Beberapa orang mungkin mencoba berselingkuh hanya untuk mencicipi sensasi baru, namun akhirnya mereka menjadi ketagihan.

6. Kelebihan Harta

Orang dengan kekayaan berlebih mungkin berselingkuh karena memiliki sumber daya untuk melakukannya.

7. Kekurangan Materi

Di sisi lain, beberapa individu berselingkuh karena merasa terpaksa akibat kekurangan materi.

8. Tidak Cinta Lagi

Perasaan tidak mencintai pasangan dapat memicu perselingkuhan.

9. Bersenang-senang

Beberapa orang mencari kesenangan semata dan melihat perselingkuhan sebagai cara untuk "menikmati" hidup.

Tantangan dalam Menolak Perselingkuhan

Tak ada seorang pria dan wanita yang kebal terhadap godaan seks, kita semua memiliki kecenderungan dan naluri biologis ini. Mengatakan bahwa diri kita kebal terhadap godaan seks bisa jadi merupakan bentuk arogansi diri dan memungkiri natur alamiah kita. Menyadari hal itu maka kita membutuhkan anugerah dan tuntunan Tuhan setiap hari. Perlu memperkuat iman dan hidup dalam standar kebenaran-Nya. Memelihara cinta dan komitmen dengan pasangan, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat "mengundang" keinginan untuk berselingkuh.

Konsekuensi Perselingkuhan

Kita juga mesti mengingat bahwa pengkhianatan cinta karena perselingkuhan akan menyakiti dan melukai pasangan kita, melukai orang -orang di sekitar kita (anak-anak, orang tua, dan keluarga dekat lainnya). Perselingkuhan dapat merusak hubungan pernikahan, mengakibatkan pertengkaran dan bisa berakhir dengan perceraian. Bukan hanya itu dampak luasnya dapat menimbulkan sakit hati, kecewa, dendam, dan kematian.

Seks dalam Pandangan Agama

Perlu diketahui, bahwa seks sebenarnya bukanlah sesuatu yang kotor ataupun jahat seperti yang diajarkan dalam beberapa kebudayaan. Seks menurut Kitab Suci merupakan anugerah dari Tuhan kepada manusia. Seks merupakan “suatu anugerah yang unik yang diberikan hanya dalam institusi pernikahan”. Alkitab memberitahu kita bahwa seks merupakan sesuatu yang wajar, baik, dan Tuhanlah yang menciptakannya. Namun, dalam ajaran Kristen, seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Jadi seks dikhususkan dan dikuduskan oleh Allah untuk dinikmati oleh manusia hanya untuk pernikahan.

Seks di Bawah Pernikahan

Semua hubungan seks yang dilakukan di luar hubungan pernikahan merupakan sesuatu yang dilarang di dalam Alkitab. Dalam Alkitab, hubungan seksual yang terjadi sebelum pernikahan disebut “percabulan” (Kisah Para Rasul 15:20; 1 Korintus 6:18), dan hubungan seksual yang dilakukan di luar hubungan pernikahan disebut “perzinaan” (Keluaran 20:14; Matius 19:9). Baik percabulan maupun perzinaan, keduanya sangat dilarang di dalam Alkitab.

Pentingnya Kesetiaan

Josh McDowell mengatakan, “Dalam istilah Alkitab, imoralitas seksual adalah semua hubungan seks di luar pernikahan (termasuk sebelum menikah). Tuhan telah bicara melalui hukum (firman), dan Dia telah menjadikan standarNya jelas: keterlibatan seksual di luar pernikahan itu salah”. Jadi untuk mencegah imoralitas seksual ini merupakan alasan mengapa kita menemukan bahwa saat Alkitab membicarakan tentang seks paling banyak ditulis dalam bentuk negasi yang tegas.
Perselingkuhan dan Kesetiaan dalam Pernikahan Kristen
Konsekuensi Dosa Seksual

Justin Taylor menyatakan, “Sebuah pencarian kata dari istilah sex dalam Alkitab bahasa Inggris menunjukkan bahwa istilah tersebut hampir selalu dipakai di dalam konteks imoralitas seksual”. Dengan demikian, Alkitab memandang dosa seksual sebagai hal yang serius! Yesus memperingatkan bahwa akibat dari dosa seksual ini dapat melemparkan seseorang ke dalam neraka (Matius 5:27-30); rasul Paulus menegaskan bahwa orang sundal dan cabul tidak mendapat bagian dalam kerajaan surga (Galatia 5:19-21; Efesus 5:3-5); penulis kitab Ibrani mengingatkan bahwa orang sundal dan penzina akan dihakimi Allah (Ibrani 13:4).

Kesimpulan

Jadi, walaupun seks diciptakan oleh Allah untuk relasi (persahabatan khusus), rekreasi (kesenangan), dan prokreasi (mendapatkan keturunan), namun seks bukanlah segalanya. Seks bukanlah syarat mutlak untuk menuju kehidupan yang sukses dan bahagia. Karena itu, lemparkan jauh-jauh segala bentuk ketidaksetiaan, perselingkuhan, dan pengkhianatan terhadap pasangan hanya untuk memuaskan keinginan sendiri. Jadilah suami dan istri yang setia seumur hidup hanya dengan pasangannya sendiri. Tuhan dalam anugerah-Nya menolong dan memampukan kita!
Next Post Previous Post