Salib: Keharusan dalam Penebusan Kristus
Dalam perjalanan kehidupan Yesus, salah satu episode yang paling dikenal adalah saat Dia berdoa di Taman Getsemani. Dalam doanya, Dia mengucapkan kata-kata yang sangat dalam, "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki" (Markus 14:36). Respons yang muncul dari doa ini adalah suatu pengertian bahwa salib adalah suatu keharusan dalam rencana penebusan Kristus. Mengapa salib menjadi hal yang begitu penting dalam konteks penebusan?
Salib, dalam konteks penebusan yang dibawa oleh Kristus, memiliki beberapa kriteria yang tak bisa diabaikan. Kriteria-kriteria ini menjadi landasan utama mengapa salib menjadi suatu keharusan dalam karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus.
Salib, dalam konteks penebusan yang dibawa oleh Kristus, memiliki beberapa kriteria yang tak bisa diabaikan. Kriteria-kriteria ini menjadi landasan utama mengapa salib menjadi suatu keharusan dalam karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus.
1. Penumpahan Darah
Pertama-tama, dalam penebusan yang sempurna, darah harus terlibat. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip keagamaan yang terdapat dalam Alkitab. Dalam Ibrani 9:22, tertulis dengan jelas, "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." Dengan kata lain, segala bentuk penebusan yang tidak melibatkan penumpahan darah adalah tak sah. Oleh karena itu, tidak mungkin Yesus mengalami kematian yang tidak melibatkan penumpahan darah-Nya.
Pertama-tama, dalam penebusan yang sempurna, darah harus terlibat. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip keagamaan yang terdapat dalam Alkitab. Dalam Ibrani 9:22, tertulis dengan jelas, "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." Dengan kata lain, segala bentuk penebusan yang tidak melibatkan penumpahan darah adalah tak sah. Oleh karena itu, tidak mungkin Yesus mengalami kematian yang tidak melibatkan penumpahan darah-Nya.
2. Menerima Kutukan
Kedua, Yesus harus mati sebagai orang yang terkutuk akibat ketidaktaatan kita. Ini merupakan prinsip penebusan yang mendalam. Dalam Galatia 3:13, terdapat pernyataan yang sangat penting, "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" Manusia, dalam ketidaktaatannya, telah membawa kutukan dan murka Allah. Mereka terkutuk dan terpisah dari Allah. Oleh karena itu, siapa pun yang akan menjadi Juruselamat manusia harus mati sebagai orang yang terkutuk.
Orang-orang Yahudi pada masa itu meyakini bahwa orang yang digantung di atas kayu salib adalah orang-orang yang terkutuk. Yesus Kristus, tanpa memandang bentuk salibnya, mati di atas kayu salib. Ini adalah simbol yang sangat kuat mengenai orang yang terkutuk. Di dalam budaya Romawi pada masa itu, hukuman salib adalah yang paling kejam, menjijikkan, dan hina. Hukuman ini diperuntukkan bagi para pemberontak dan orang-orang yang dianggap tak bisa diperbaiki lagi. Bahkan anak-anak kecil dilarang berbicara tentang salib karena dianggap sangat kejam. Namun, pada salib itulah Juru selamat kita terpaku, karena Dia menanggung kutukan orang-orang berdosa.
Kedua, Yesus harus mati sebagai orang yang terkutuk akibat ketidaktaatan kita. Ini merupakan prinsip penebusan yang mendalam. Dalam Galatia 3:13, terdapat pernyataan yang sangat penting, "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" Manusia, dalam ketidaktaatannya, telah membawa kutukan dan murka Allah. Mereka terkutuk dan terpisah dari Allah. Oleh karena itu, siapa pun yang akan menjadi Juruselamat manusia harus mati sebagai orang yang terkutuk.
Orang-orang Yahudi pada masa itu meyakini bahwa orang yang digantung di atas kayu salib adalah orang-orang yang terkutuk. Yesus Kristus, tanpa memandang bentuk salibnya, mati di atas kayu salib. Ini adalah simbol yang sangat kuat mengenai orang yang terkutuk. Di dalam budaya Romawi pada masa itu, hukuman salib adalah yang paling kejam, menjijikkan, dan hina. Hukuman ini diperuntukkan bagi para pemberontak dan orang-orang yang dianggap tak bisa diperbaiki lagi. Bahkan anak-anak kecil dilarang berbicara tentang salib karena dianggap sangat kejam. Namun, pada salib itulah Juru selamat kita terpaku, karena Dia menanggung kutukan orang-orang berdosa.
3. Dinyatakan Bersalah Tanpa Kesalahan
Ketiga, penebus harus dihukum sebagai orang yang bersalah, padahal Dia tidak melakukan satu pelanggaran pun. Ini adalah aspek yang sangat penting dalam penebusan Kristus. Dalam pandangan Allah, kita semua adalah orang-orang yang bersalah. Oleh karena itu, siapa pun yang akan menanggung kesalahan kita harus dinyatakan bersalah, padahal Dia tidak bersalah.
Yesus Kristus dinyatakan bersalah dalam proses pengadilan. Keputusan pengadilan pada saat itu menyatakan bahwa Dia bersalah dan patut disalibkan. Meskipun keputusan itu dipengaruhi oleh iri hati para pemimpin Yahudi dan keputusan Pontius Pilatus yang tidak adil, dalam proses pengadilannya, Tuhan Yesus dinyatakan bersalah. Tetapi kita harus mengingat bahwa Dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dalam 2 Korintus 5:21, kita temukan firman ini, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita." Oleh karena itu, kita tidak bisa menyatakan bahwa Kristus mati karena kesalahan-Nya. Dia harus dinyatakan bersalah, padahal Ia tidak bersalah.
Hukuman salib adalah bentuk hukuman yang paling cocok dengan semua kriteria yang telah disebutkan di atas. Pada salib, terjadi penumpahan darah. Pada salib, kutukan ilahi yang harus ditanggung terwujud. Pada salib, terdapat keputusan pengadilan yang menyatakan Yesus bersalah, padahal Dia tidak bersalah. Dalam perjalanan penebusan Kristus, salib adalah satu-satunya cara yang memungkinkan penebusan yang sempurna. Oleh karena itu, salib adalah sebuah keharusan.
Kesimpulan, kita harus menyadari bahwa penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus adalah suatu perbuatan besar kasih Allah yang tidak terkalahkan. Salib menjadi simbol penebusan yang sempurna, memenuhi semua kriteria yang diperlukan untuk penyelamatan manusia. Dengan demikian, kita memahami bahwa Kristus mati di atas kayu salib bukanlah suatu kecelakaan sejarah, melainkan suatu keharusan dalam rencana penyelamatan Allah.
Ketiga, penebus harus dihukum sebagai orang yang bersalah, padahal Dia tidak melakukan satu pelanggaran pun. Ini adalah aspek yang sangat penting dalam penebusan Kristus. Dalam pandangan Allah, kita semua adalah orang-orang yang bersalah. Oleh karena itu, siapa pun yang akan menanggung kesalahan kita harus dinyatakan bersalah, padahal Dia tidak bersalah.
Yesus Kristus dinyatakan bersalah dalam proses pengadilan. Keputusan pengadilan pada saat itu menyatakan bahwa Dia bersalah dan patut disalibkan. Meskipun keputusan itu dipengaruhi oleh iri hati para pemimpin Yahudi dan keputusan Pontius Pilatus yang tidak adil, dalam proses pengadilannya, Tuhan Yesus dinyatakan bersalah. Tetapi kita harus mengingat bahwa Dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dalam 2 Korintus 5:21, kita temukan firman ini, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita." Oleh karena itu, kita tidak bisa menyatakan bahwa Kristus mati karena kesalahan-Nya. Dia harus dinyatakan bersalah, padahal Ia tidak bersalah.
Hukuman salib adalah bentuk hukuman yang paling cocok dengan semua kriteria yang telah disebutkan di atas. Pada salib, terjadi penumpahan darah. Pada salib, kutukan ilahi yang harus ditanggung terwujud. Pada salib, terdapat keputusan pengadilan yang menyatakan Yesus bersalah, padahal Dia tidak bersalah. Dalam perjalanan penebusan Kristus, salib adalah satu-satunya cara yang memungkinkan penebusan yang sempurna. Oleh karena itu, salib adalah sebuah keharusan.
Kesimpulan, kita harus menyadari bahwa penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus adalah suatu perbuatan besar kasih Allah yang tidak terkalahkan. Salib menjadi simbol penebusan yang sempurna, memenuhi semua kriteria yang diperlukan untuk penyelamatan manusia. Dengan demikian, kita memahami bahwa Kristus mati di atas kayu salib bukanlah suatu kecelakaan sejarah, melainkan suatu keharusan dalam rencana penyelamatan Allah.