KEHENDAK ALLAH DAN POSISI HORIZONTAL MANUSIA
Pdt. DR. Stephen Tong
MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH
BAB IV : KEHENDAK ALLAH DAN POSISI HORIZONTAL MANUSIA
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8)
Allah berkata kepada kita bahwa Ia rela menyatakan diri. Ia mau kita mengenal-Nya. Mengenal Allah itu mungkin, bukan tidak mungkin. Tetapi kemungkinan mengerti kehendak Allah ini pun perlu ketelitian dan pengenalan yang sejati. Itu sebabnya Kitab Suci diwahyukan dan Roh Kudus dikaruniakan sehingga memimpin kita “masuk” ke dalam kehendak Allah menurut firman-Nya. Tetapi akhir-akhir ini, orang yang paling banyak bicara tentang Roh Kudus adalah orang yang paling sembarangan menafsirkan Kitab Suci. Bahaya yang besar sudah melanda Kekristenan, tetapi banyak orang yang sama sekali tidak menyadari hal itu.
Abad XX mempunyai satu nama khusus dalam bidang filsafat yaitu The Century of Analyze. Abad ini adalah abad penganalisaan yang berarti manusia di dalam keadaan yang begitu rumit, perlu menganalisa baik data yang di luar maupun di dalam diri manusia. Hal yang paling tuntas serta lebih serius daripada itu adalah manusia berada di tengah-tengah keadaan chaotik, keadaan kacau. Manusia memerlukan suatu kejernihan pikiran tentang identitas dirinya. Ketika abad XX ini sudah hampir habis, manusia baru menyadari bahwa komunisme itu salah, teori evolusi itu tidak bisa diandalkan. Logical Positivism penuh dengan kelemahan, ilmu pengetahuan tidak mungkin menjelaskan segala sesuatu untuk mengisi kebutuhan yang hakiki dalam hidup manusia.
[ Logical Positivism (Positivisme Logis) adalah filsafat yang berusaha untuk mengembangkan dan mensistematikkan Empirisisme dengan bantuan perlengkapan konseptual yang disediakan oleh riset modern dalam teori yang logis dan sistematis.]
Bukankah hal-hal yang begitu penting, sistem ideologi yang dipegang pada abad ke-20 telah mencengkeram ratusan juta manusia? Mengapa manusia baru menyadari kesalahannya setelah begitu lama? Karena pada abad ke-20 manusia berusaha meninggalkan firman Tuhan. Kecuali mengenal Tuhan dan kehendak-Nya, tidak ada satu jalan keluar pun bagi umat manusia! Tidak ada filsafat yang bisa memberesklan kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema di dalam kebudayaan manusia.
Biarlah seluruh umat manusia yang dicipta oleh Tuhan, yang diberi rasio, mempergunakan rasio sebaik mungkin. Biarlah satu-satunya makhluk yang mempunyai daya pikiran, menaklukkan pikiran di bawah Roh Kudus yang mewahyukan kebenaran.
Di manakah identitas manusia? Di manakah posisi manusia? Manusia di tengah-tengah alam, bukan hanya mengikuti segala macam, binatang yang berjuang mempertahankan hidupnya sendiri. Kita hidup di dunia bukan hanya mencari kekayaan semata sehingga menumpuk kebencian dari orang miskin terhadap kita. Kita hidup di dalam dunia bukan hanya untuk menikmati segala sesuatu semau kita sesudah itu mati dan habis. Bukan itu! Kita mau mengenal apakah rencana Tuhan di dalam diri kita. Kita harus mengetahui di mana posisi kita. Kita dicipta di tengah-tengah Allah dan alam oleh Allah yang mencipta alam bagi kita. Allah di atas kita, alam di bawah kita. Kita harus menaklukkan segala sesuatu yang lain kepada kita bagi Allah.
Kita mempunyai status sebagai nabi, imam dan raja. Sebagai raja, kita menguasai alam; sebagai nabi kita menginterpretasi alam dan itulah kemungkinan daripada ilmu pengetahuan; dan sebagai imam, kita membawa alam ini ke dalam normalitas yang seharusnya. Ini merupakan kerangka pemikiran Kristen yang penting. Logika dan pikiran kita perlu dibentuk dan ditaklukkan seluruhnya di hadapan firman Tuhan, dan kita boleh menjadi seseorang yang bertanggung jawab di hadapan Allah untuk selama-alamnya.
Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang puluhan tahun menjadi orang Kristen, namun tidak mengetahui kerangka pemikiran Kristen yang jelas dan tidak mengetahui perbedaan antara keunikan Kekristenan dibandingkan dengan agama lain. Pembentukan karakter dan struktuir pikiran Kristiani adalah salah satu hal yang penting untuk kita kerjakan.
Jikalau kita yang berada di bawah Allah mau menaklukkan diri di bawah Allah, maka di situ ada kemungkinan untuk juga menaklukkan segala sesuatu di bawah kita.. Orang yang takluk kepada Allah baru berhak untuk menaklukkan alam. Jikalau orang tidak taat kepada Allah, dia tidak berhak dan tidak mungkin berkuasa untuk menaklukkan dunia. Posisi ini sudah jelas.
Posisi yang kedua yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah manusia berada di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia di tengah-tengah Allah dan alam, mempunyai hubungan yang berada di garis yang disebut sebagai garis vertikal (vertical relationship) yang menjadikan kita terikat. Tetapi manusia di tengah-tengah manusia lainnya, mempunyai hubungan yang berada di garis lain yang disebut garis horisontal (horizontal relationship). Suatu relasi horisontal yang juga menjadikan kita terikat. Manusia berada di tengah-tengah Allah dan alam, manusia juga berada di tengah-tengah manusia lainnya.
(1) Posisi Horizontal Manusia dan Kehendak Allah.
Di manakah saya berada? Saya berada di tengah. Saya terjepit di tengah-tengah Allah dan alam, di tengah-tengah manusia dan manusia. Apa yang seharusnya manusia lakukan terhadap Allah, alam, manusia yang lain dan terhadap dirinya sendiri? Selangkah demi selangkah kita mengupas semuanya ini sehingga menjadi jelas. Itulah kehendak Allah.
Di tengah-tengah manusia lain, siapakah saya? Saya tidak kurang dan tidak lebih hanya manusia saja! Kelihatannya hal ini sederhana sekali, tetapi banyak hal yang tampaknya sederhana, justru merupakan hal yang banyak dilanggar. Seseorang bertanya kepada saya tentang prinsip dan bagaimana seharusnya mencari teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah dan tidak menyimpang? Saya menjawab: “Jika mau menikah, seorang pria harus mencari seorang wanita.” Bukankah hal itu sudah diketahui manusia sejak dulu, tetapi bukankah pada masa kini banyak pria yang mencari pria dan banyak wanita yang mencari wanita sehingga muncul kaum homo dan lesbian yang hidup tidak karu-karuan?
Siapakah manusia? Saya adalah manusia. Di mana saya? Saya di tengah-tengah manusia dan manusia. Di tengah-tengah manusia dan manusia, siapakah saya? Saya tidak lebih dan tidak kurang hanya manusia saja. Kalimat yang sederhana ini mengandung satu hal yang penting untuk kita mengerti, sehingga kita tidak hidup dalam keadaan yang tidak normal. Keadaan yang tidak normal yang saya maksud adalah keadaan mentalitas yang berlebihan atau yang kurang.
(2) Penyimpangan Posisi Horizontal Manusia.
Jikalau Saudara mempunyai mentalitas melebihi batas yang ditentukan oleh Tuhan, ini disebut superior. Jikalau Saudara mempunyai mentalitas yang kurang dari batas yang ditentukan Tuhan, itu disebut inferior.
Jika Saudara menyelidiki filsafat yang dianut oleh psikologi yang dikembangkan oleh Alfred Adler, Saudara akan menemukan bahwa dia banyak memikirkan tentang apakah artinya minder, apakah artinya inferioritas. Inferiority complex merupakan sesuatu hal yang tidak normal yang terjadi pada waktu manusia menilai diri nya sendiri. Dalam menilai diri, kita sering gagal, karena kita menilai diri dengan ukuran yang tidak beres. Kita kadang-kadang menilai diri lebih daripada yang seharusnya, itu menjadi superioritas, Sebaliknya, ketika kita menilai diri kurang daripada yang seharusnya, itu menjadi inferioritas.
Orang superior dan orang inferior keduanya adalah orang yang tidak normal menurut kehendak Tuhan. Barangsiapa melihat diri lebih dari pada seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang congkak, orang angkuh, orang sombong. Orang yang melihat diri kurang dari pada yang seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang minder, orang yang menghina diri sendiri. Tuhan tidak mau kita sombong atau menghina diri. Tuhan tidak mau kita memiliki superiority complex maupun inferiority complex.
Minder dan angkuh, dua-duanya adalah penghambat pertumbuhan kerohanian kita masing-masing. Minder dan angkuh, dua-duanya menjadikan kita tidak mungkin bergaul dengan baik terhadap orang lain. Adakah orang yang tidak sombong? Tidak ada. Setiap orang memiliki kesombongannya sendiri. Adakah orang yang tidak memiliki rasa minder? Tidak ada! Setiap orang memiliki rasa mindernya sendiri-sendiuri. Kalau demikian, apakah setiap orang itu tidak normal? Kuasa Injil melepaskan kita bukan hanya dari dosa, tetapi juga mengeluarkan kita dari ketidaknormalan dalam menilai diri.
Ada satu kejadian di dalam satu kebaktian Perjamuan Kudus di Inggris. Orang-orang yang menunggu roti dan cawan perjamuan dalam gereja, berlutut di dekat mimbar dan di antaranya adalah seorang petani yang tinggal di satu kota kecil. Waktu petani itu melihat orang lain yang berlutut di sebelahnya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran petani tersebut seolah-olah dia mengenal wajah orang itu. Waktu ia mencoba mengingat-ingat orang itu, ia berhasil. Ternyata orang yang berlutut di sebelahnya adalah Perdana Menteri Inggris yang bernama Gladstone. Walaupun petani itu tinggal di daerah terpencil, namun ia pernah melihat wajah sang Perdana Menteri itu di surat kabar. Waktu ia tahu bahwa ia sedang berlutut bersama-sama dengan seorang Perdana Menteri, petani itu merasa tidak layak dan mulai menggeser lututnya untuk menjauhkan diri. Petani itu mulai merasa minder.
Gladstone merasakan bahwa orang yang ada di sebelahnya itu mulai menjauhkan diri. Lalu dipegangnya bahu petahi tersebut sambil bertanya, “Apakah Anda mengenal saya?” Petani tersebut menjawabnya, “Jika tidak salah mengenali orang. Maka saya kira Anda adalah Perdana Menteri Gladstone.” Gladstone berkata lagi kepada petani itu, “Benar. Tetapi di hadapan Yesus Kristus kita adalah sama. Kita sama-sama orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus. Jadi, jangan menjauh dari saya.” Sikap Gladstone adalah sikap yang benar.
Di dalam gereja, tidak ada orang yang lebih daripada orang yang lain. Tidak ada orang yang lebih mulia daripada orang lain. Di hadapan Tuhan kita semua adalah orang berdosa yang ditebus! Jika posisi kita sama-sama seperti manusia lainnya, mengapa Saudara menjadi minder karena Saudara lebih miskin dari orang lain? Itu tidak perlu! Mengapa minder karena orang tua kita tidak mempunyai kesempatan dan kemuliaan seperti orang tua teman-teman kita? Itu tidak perlu! Yesus dicaci-maki pada waktu hiduyp-Nya karena orang lain menganggap bahwa Dia adalah anak haram. Orang lain menunjuk Yesus sambil berkata: “Mama-Mu belum menikah, tetapi sudah punya Kamu!” Kalau dilihat dari pandangan manusia, Yesus Kristus punya cukup syarat untuk menjadi minder. Tetapi itu tidak terjadi di dalam diri Yesus.
Sebenarnya keminderan tidak perlu terjadi dalam diri kita dan kita bisa melihat itu dalam hidup Yesus Kristus. Tidak ada bayang-bayang minder yang perlu menghantui kita. Demi nama Yesus Kristus saya berkata kepada Saudara: “Bangkitlah dan berdirilah dari keminderan Saudara, dan ingatlah bahwa Saudara adalah seorang manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Tuhan!” Tetapi saya pun berkata satu kalimat yang lain: “Turunlah dari keangkuhan dan kecongkakan Saudara, karena Saudara hanya orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus!”
Setiap kali kita memandang diri dengan ukuran demikian, maka kita akan makin mengerti bahwa congkak dan minder sebenarnya adalah kakak-adik. Orang menjadi minder karena dia belum mencapai ambisi kecongkakannya. Orang minder adalah orang yang sekaligus bisa menjadi congkak. Orang yang congkak adalah orang yang mempunyai bibit minder. Kedua hal itu bisa saling bertukaran. Kita bisa saja menjadi minder luar biasa pada waktu pagi, namun kita bisa saja menjadi congkak luar biasa pada waktu malamnya.
Seringnya terjadi penilaian diri yang tidak beres, mengakibatkan ketegangan antara kita dengan orang lain. Jika hubungan antar manusia beres, maka banyak hal di dalam dunia ini yang menjadi beres. Jikalau hubungan antar manusia tidak beres, maka apa saja yang dikerjakan orang lain akan kelihatan tidak beres di mata kita. Manusia memiliki problema yang amat banyak. Namun hubungan antar manusia selalu mempunyai keadaan di mana manusia ada pada urutan depan, lalu kemudian diikuti oleh hal-hal lain yang dikerjakannya. Jadi jika si A menganggap si B sebagai orang yang tidak beres, maka apa pun yang dikerjakan si B akan menjadi tidak beres di mata si A.
Seseorang berkata kepada saya: “Kalau berwisata dengan orang yang Anda senangi, maka ke mana pun Anda pergi, Anda akan melihat pemandangan yang indah. Kalau Anda pergi bersama orang yang Anda anggap tidak baik, maka walaupun Anda pergi melihat pemandangan yang paling indah, tetap pemandangan yang paling indah itu menjadi tidak indah.” Perasaan hati dan hubungan antar manusia yang tidak beres mempengaruhi kepada aspek-aspek lain yang ada dalam hidup manusia.
Ada orang-orang non-Kristen yang sebenarnya bukan tidak mau menjadi orang Kristen. Mereka ingin menjadi Kristen, tetapi hubungan mereka dengan kita tidak beres. Makin kita mengabarkan Injil kepada mereka, makin mereka menjadi jengkel. Itu karena kita tidak memiliki hubungan yang beres dengan orang yang kita Injili. Mereka akan menganggap orang Kristen hanya bisa bicara saja, tetapi tidak bisa membereskan hubungan yang terjadi. Kalau hubungan Saudara dengan orang lain tidak beres, maka kesaksian mulut Saudara tidak akan berguna! Jadi, bereskan dulu hubungan antara Saudara dengan orang lain sebelum Saudara mengabarkan Injil kepada mereka.
(3) Sikap Manusia berkenaan dengan Posisi Horizontalnya.
Kehendak Allah atas seluruh umat manusia yang ditulis dalam Mikha 6:8 adalah juga satu ayat yang dicantumkan besar-besar di dalam perpustakaan yang terbesar di dunia. Jika Anda ke The Congress Library di Washington D.C., yang mempunyai lebih dari 30 juta buku, Saudara akan menemukan di sana satu kalimat yang paling penting. Kalimat itu bukanlah nasihat supaya rajin belajar, rajin membaca dan sebagainya. Nasihat untuk rajin belajar adalah satu dorongan, namun apakah kita juga memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar? Memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar adalah hal yang penting!
Ibu yang bodoh akan menasihatkan anaknya untuk terus belajar tanpa memberikan pandangan akan apa yang menjadi tujuan belajar; ibu tersebut menjadikan belajar sebagai tujuan dan bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ibu yang bijaksana akan menasihatkan anaknya untuk belajar dan memberikan pandangan pada anaknya untuk mencari sesuatu pimpinan Tuhan supaya apa yang anaknya pelajari benar-benar membentuk dirinya sendiri untuk mengikuti kehendak Tuhan.
Di tengah-tengah ruangan perpustakaan yang paling besar di dunia itu tertulis kalimat yang besar:
“Hai manusia, bukankah Allah telah menyatakan kepadamu apa itu baik. Yaitu: jalankan keadilan, cintailah belas kasihan dan dengan rendah hati berjalan dengan Allahmu.”
Inilah ayat yang dipilih dari antara berjuta-juta buku.
Untuk apa Saudara belajar? Untuk apa Saudara membaca begitu banyak buku? Untuk apa Saudara mempunyai pengetahuan yang banyak? Untuk apa Saudara memiliki semua itu jika Saudara tidak mempunyai tujuan hidup seperti yang dituntut oleh Allah? Inilah yang diminta oleh Tuhan: “Hai umat manusia bukankah Allah sudah menyatakan kepadamu apa itu baik?” Semua agama mengajar baik. Semua agama baik. Tetapi apakah itu baik? Bukankah masing-masing agama memiliki konsep yang berbeda tentang apa itu “baik”?
Marilah kita kembali kepada firman Tuhan, bukan agama; kepada wahyu Tuhan Allah, bukan imajinasi manusia. Jikalau setiap manusia sudah memegang beberapa kalimat dalam Mikha 6:8 untuk membereskan hubungannya dengan orang lain, maka dunia ini akan berubah. Inilah kehendak Allah untuk seluruh umat manusia. Inilah kehendak Allah yang menjadi pangkal dan fondasi kerukunan agama, dan kerukunan masyarakat, juga kerukunan antara rakyat dan pemerintah. Inilah satu pangkal antara negara, masyarakat dan kebudayaan supaya bisa berdampingan dan hidup dalam perdamaian. Inilah kehendak Allah untuk seluruh manusia di dalam relasi horizontal.
a) Menjalankan keadilan.
Allah sudah memberitahukan apa yang baik kepada manusia, Allah mau supaya manusia berlaku adil. Kapankah kita mulai merasa keadilan itu penting? Waktu kita diperlakukan tidak adil! Sejak kita masih kecil sekalipun kita sudah merasakan perlunya keadilan, yaitu ketika jiwa yangmasihkecil itu, hati nuraninya dilukai. Pada waktu kecil, mungkin Saudara pernah mengalami keadaan di mana Saudara dan adik Saudara sama-sama bersalah namun yang dihukum berat adalah Saudara, sedangkan adik Saudara diampuni. Pada waktu kecil Saudara mungkin pernah mengalami keadaan di mana jiwa Saudara merasa ditusuk oleh perlakuan tidak adil dari orang lain. Bukankah sejak saat itu Saudara mulai merasakan pentingnya keadilan dijalankan?
Keadilan itu penting dijalankan bukan sejak Saudara belajar hukum. Keadilan mulai terasa penting ketika Saudara kecil, ketika Saudara merasa bahwa hak azasi Saudara diganggu. Anak kecil tidak memilih ibu yang cantik bagi dirinya. Anak kecil tidak mencela ayahnya jika ayahnya orang miskin. Anak orang miskin senang pada ayahnya. Anak orang kaya senang pada ayahnya. Tidak ada anak yang mengatakan kepada ayahnya yang miskin: “Saya mau ganti ayah yang lain karena ayah terlalu miskin.” Yang dituntut oleh anak bukanlah uang, bukan pula rumah yang besar. Yang dituntut oleh anak yaitu keadilan ! Meskipun kecil, anak menuntut orang tuanya berlaku adil. Jika Saudara adil pada anak Saudara, maka anak Saudara tidak akan pernah menyesal berada di dalam keluarga Saudara. Ini hal yang mendasar. Tuhan sudah menunjukkan apa yang baik kepada Saudara. Jalankanlah keadilan!
Ketika umat manusia mengalami kemiskinan besar-besaran, mereka mengira komunisme dapat menolong keadaan itu. Manusia menyambut paham komunis dengan kedua tangan terbuka. Manusia ingin agar paham komunis dijalankan di negara mereka, seperti yang terjadi di Saigon, Moskow, dan Polandia misalnya. Pada waktu mereka merasa kecewa dengan sistem masyarakat mereka yang lama, mereka membuka tangan menyambut kedatangan komunisme dengan antusias. Tetapi setelah paham komunisme datang, mereka baru insaf bahwa komunisme datang membawa racun dengan warna luar yang menggoda. Siapa pun manusia ia tetap mempunyai dosa!
Paham komunisme mulai berkembang dengan aksi-aksi pemogokan. Paham komunis mulai jatuh juga dengan aksi-aksi pemogokan. Waktu paham komunis mulai berkembang, para pendukungnya melakukan mogok kerja dan membentuk front yang terdiri dari kaum buruh. Waktu paham, komunis mulai rontok, para pendukung gerakan anti-komunis melakukan gerakan mogok kerja khususnya di Polandia.
Jangan menghina Polandia. Walaupun Polandia bukanlah negara yang terlalu besar, tetapi Polandia pernah menghasilkan seorang musikus besar yang bernama Frederic Chopin, dan Polandia juga adalah satu negara yang menghasilkan suatu bibit permulaan yang merontokkan paham komunis dengan lebih dari sepuluh tahun perjuangan mogok kerja. Teori komunisme menganjurkan supaya para pengikutnya bekerja keras karena mereka dijanjikan akan mendapatkan kebutuhannya sesuai dengan berapa keras mereka bekerja. Itu semua omong kosong!
Adakah suatu keadilan antar negara? Apakah mereka yang menganut paham komunis menjalankan keadilan antar negara yang menganut paham komunis? Ketidak-adilan yang terus-menerus berjalan akan mengakibatkan kekejaman dan ledakan yang besar di antara manusia itu sendiri. Keadilan harus dijalankan! Di tengah-tengah negara dan negara perlu keadilan. D tengah-tengah lapisan masyarakat perlu ada keadilan. Saya kira, sampai Yesus Kristus datang kembali, tak mungkin kita bisa menghapus perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Namun kita masih mungkin memperbaiki keadaan dunia yang penuh dengan dosa ini.
Apakah Saudara mempunyai dua standar yang berbeda pada waktu menghadapi dua orang dari kalangan yang berbeda? Apakah Saudara mempunyai standar yang berbeda pada waktu menghadapi orang dari lapisan bawah? Bisakah Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang miskin seperti Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang kaya? Mungkinkah Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang miskin sama seperti Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang kaya? Alkitab tidak mengizinkan kita membela orang miskin (Keluaran 23:3).
MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH
BAB IV : KEHENDAK ALLAH DAN POSISI HORIZONTAL MANUSIA
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8)
Allah berkata kepada kita bahwa Ia rela menyatakan diri. Ia mau kita mengenal-Nya. Mengenal Allah itu mungkin, bukan tidak mungkin. Tetapi kemungkinan mengerti kehendak Allah ini pun perlu ketelitian dan pengenalan yang sejati. Itu sebabnya Kitab Suci diwahyukan dan Roh Kudus dikaruniakan sehingga memimpin kita “masuk” ke dalam kehendak Allah menurut firman-Nya. Tetapi akhir-akhir ini, orang yang paling banyak bicara tentang Roh Kudus adalah orang yang paling sembarangan menafsirkan Kitab Suci. Bahaya yang besar sudah melanda Kekristenan, tetapi banyak orang yang sama sekali tidak menyadari hal itu.
Abad XX mempunyai satu nama khusus dalam bidang filsafat yaitu The Century of Analyze. Abad ini adalah abad penganalisaan yang berarti manusia di dalam keadaan yang begitu rumit, perlu menganalisa baik data yang di luar maupun di dalam diri manusia. Hal yang paling tuntas serta lebih serius daripada itu adalah manusia berada di tengah-tengah keadaan chaotik, keadaan kacau. Manusia memerlukan suatu kejernihan pikiran tentang identitas dirinya. Ketika abad XX ini sudah hampir habis, manusia baru menyadari bahwa komunisme itu salah, teori evolusi itu tidak bisa diandalkan. Logical Positivism penuh dengan kelemahan, ilmu pengetahuan tidak mungkin menjelaskan segala sesuatu untuk mengisi kebutuhan yang hakiki dalam hidup manusia.
[ Logical Positivism (Positivisme Logis) adalah filsafat yang berusaha untuk mengembangkan dan mensistematikkan Empirisisme dengan bantuan perlengkapan konseptual yang disediakan oleh riset modern dalam teori yang logis dan sistematis.]
Bukankah hal-hal yang begitu penting, sistem ideologi yang dipegang pada abad ke-20 telah mencengkeram ratusan juta manusia? Mengapa manusia baru menyadari kesalahannya setelah begitu lama? Karena pada abad ke-20 manusia berusaha meninggalkan firman Tuhan. Kecuali mengenal Tuhan dan kehendak-Nya, tidak ada satu jalan keluar pun bagi umat manusia! Tidak ada filsafat yang bisa memberesklan kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema di dalam kebudayaan manusia.
Biarlah seluruh umat manusia yang dicipta oleh Tuhan, yang diberi rasio, mempergunakan rasio sebaik mungkin. Biarlah satu-satunya makhluk yang mempunyai daya pikiran, menaklukkan pikiran di bawah Roh Kudus yang mewahyukan kebenaran.
Di manakah identitas manusia? Di manakah posisi manusia? Manusia di tengah-tengah alam, bukan hanya mengikuti segala macam, binatang yang berjuang mempertahankan hidupnya sendiri. Kita hidup di dunia bukan hanya mencari kekayaan semata sehingga menumpuk kebencian dari orang miskin terhadap kita. Kita hidup di dalam dunia bukan hanya untuk menikmati segala sesuatu semau kita sesudah itu mati dan habis. Bukan itu! Kita mau mengenal apakah rencana Tuhan di dalam diri kita. Kita harus mengetahui di mana posisi kita. Kita dicipta di tengah-tengah Allah dan alam oleh Allah yang mencipta alam bagi kita. Allah di atas kita, alam di bawah kita. Kita harus menaklukkan segala sesuatu yang lain kepada kita bagi Allah.
Kita mempunyai status sebagai nabi, imam dan raja. Sebagai raja, kita menguasai alam; sebagai nabi kita menginterpretasi alam dan itulah kemungkinan daripada ilmu pengetahuan; dan sebagai imam, kita membawa alam ini ke dalam normalitas yang seharusnya. Ini merupakan kerangka pemikiran Kristen yang penting. Logika dan pikiran kita perlu dibentuk dan ditaklukkan seluruhnya di hadapan firman Tuhan, dan kita boleh menjadi seseorang yang bertanggung jawab di hadapan Allah untuk selama-alamnya.
Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang puluhan tahun menjadi orang Kristen, namun tidak mengetahui kerangka pemikiran Kristen yang jelas dan tidak mengetahui perbedaan antara keunikan Kekristenan dibandingkan dengan agama lain. Pembentukan karakter dan struktuir pikiran Kristiani adalah salah satu hal yang penting untuk kita kerjakan.
Jikalau kita yang berada di bawah Allah mau menaklukkan diri di bawah Allah, maka di situ ada kemungkinan untuk juga menaklukkan segala sesuatu di bawah kita.. Orang yang takluk kepada Allah baru berhak untuk menaklukkan alam. Jikalau orang tidak taat kepada Allah, dia tidak berhak dan tidak mungkin berkuasa untuk menaklukkan dunia. Posisi ini sudah jelas.
Posisi yang kedua yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah manusia berada di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia di tengah-tengah Allah dan alam, mempunyai hubungan yang berada di garis yang disebut sebagai garis vertikal (vertical relationship) yang menjadikan kita terikat. Tetapi manusia di tengah-tengah manusia lainnya, mempunyai hubungan yang berada di garis lain yang disebut garis horisontal (horizontal relationship). Suatu relasi horisontal yang juga menjadikan kita terikat. Manusia berada di tengah-tengah Allah dan alam, manusia juga berada di tengah-tengah manusia lainnya.
(1) Posisi Horizontal Manusia dan Kehendak Allah.
Di manakah saya berada? Saya berada di tengah. Saya terjepit di tengah-tengah Allah dan alam, di tengah-tengah manusia dan manusia. Apa yang seharusnya manusia lakukan terhadap Allah, alam, manusia yang lain dan terhadap dirinya sendiri? Selangkah demi selangkah kita mengupas semuanya ini sehingga menjadi jelas. Itulah kehendak Allah.
Di tengah-tengah manusia lain, siapakah saya? Saya tidak kurang dan tidak lebih hanya manusia saja! Kelihatannya hal ini sederhana sekali, tetapi banyak hal yang tampaknya sederhana, justru merupakan hal yang banyak dilanggar. Seseorang bertanya kepada saya tentang prinsip dan bagaimana seharusnya mencari teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah dan tidak menyimpang? Saya menjawab: “Jika mau menikah, seorang pria harus mencari seorang wanita.” Bukankah hal itu sudah diketahui manusia sejak dulu, tetapi bukankah pada masa kini banyak pria yang mencari pria dan banyak wanita yang mencari wanita sehingga muncul kaum homo dan lesbian yang hidup tidak karu-karuan?
Siapakah manusia? Saya adalah manusia. Di mana saya? Saya di tengah-tengah manusia dan manusia. Di tengah-tengah manusia dan manusia, siapakah saya? Saya tidak lebih dan tidak kurang hanya manusia saja. Kalimat yang sederhana ini mengandung satu hal yang penting untuk kita mengerti, sehingga kita tidak hidup dalam keadaan yang tidak normal. Keadaan yang tidak normal yang saya maksud adalah keadaan mentalitas yang berlebihan atau yang kurang.
(2) Penyimpangan Posisi Horizontal Manusia.
Jikalau Saudara mempunyai mentalitas melebihi batas yang ditentukan oleh Tuhan, ini disebut superior. Jikalau Saudara mempunyai mentalitas yang kurang dari batas yang ditentukan Tuhan, itu disebut inferior.
Jika Saudara menyelidiki filsafat yang dianut oleh psikologi yang dikembangkan oleh Alfred Adler, Saudara akan menemukan bahwa dia banyak memikirkan tentang apakah artinya minder, apakah artinya inferioritas. Inferiority complex merupakan sesuatu hal yang tidak normal yang terjadi pada waktu manusia menilai diri nya sendiri. Dalam menilai diri, kita sering gagal, karena kita menilai diri dengan ukuran yang tidak beres. Kita kadang-kadang menilai diri lebih daripada yang seharusnya, itu menjadi superioritas, Sebaliknya, ketika kita menilai diri kurang daripada yang seharusnya, itu menjadi inferioritas.
Orang superior dan orang inferior keduanya adalah orang yang tidak normal menurut kehendak Tuhan. Barangsiapa melihat diri lebih dari pada seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang congkak, orang angkuh, orang sombong. Orang yang melihat diri kurang dari pada yang seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang minder, orang yang menghina diri sendiri. Tuhan tidak mau kita sombong atau menghina diri. Tuhan tidak mau kita memiliki superiority complex maupun inferiority complex.
Minder dan angkuh, dua-duanya adalah penghambat pertumbuhan kerohanian kita masing-masing. Minder dan angkuh, dua-duanya menjadikan kita tidak mungkin bergaul dengan baik terhadap orang lain. Adakah orang yang tidak sombong? Tidak ada. Setiap orang memiliki kesombongannya sendiri. Adakah orang yang tidak memiliki rasa minder? Tidak ada! Setiap orang memiliki rasa mindernya sendiri-sendiuri. Kalau demikian, apakah setiap orang itu tidak normal? Kuasa Injil melepaskan kita bukan hanya dari dosa, tetapi juga mengeluarkan kita dari ketidaknormalan dalam menilai diri.
Ada satu kejadian di dalam satu kebaktian Perjamuan Kudus di Inggris. Orang-orang yang menunggu roti dan cawan perjamuan dalam gereja, berlutut di dekat mimbar dan di antaranya adalah seorang petani yang tinggal di satu kota kecil. Waktu petani itu melihat orang lain yang berlutut di sebelahnya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran petani tersebut seolah-olah dia mengenal wajah orang itu. Waktu ia mencoba mengingat-ingat orang itu, ia berhasil. Ternyata orang yang berlutut di sebelahnya adalah Perdana Menteri Inggris yang bernama Gladstone. Walaupun petani itu tinggal di daerah terpencil, namun ia pernah melihat wajah sang Perdana Menteri itu di surat kabar. Waktu ia tahu bahwa ia sedang berlutut bersama-sama dengan seorang Perdana Menteri, petani itu merasa tidak layak dan mulai menggeser lututnya untuk menjauhkan diri. Petani itu mulai merasa minder.
Gladstone merasakan bahwa orang yang ada di sebelahnya itu mulai menjauhkan diri. Lalu dipegangnya bahu petahi tersebut sambil bertanya, “Apakah Anda mengenal saya?” Petani tersebut menjawabnya, “Jika tidak salah mengenali orang. Maka saya kira Anda adalah Perdana Menteri Gladstone.” Gladstone berkata lagi kepada petani itu, “Benar. Tetapi di hadapan Yesus Kristus kita adalah sama. Kita sama-sama orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus. Jadi, jangan menjauh dari saya.” Sikap Gladstone adalah sikap yang benar.
Di dalam gereja, tidak ada orang yang lebih daripada orang yang lain. Tidak ada orang yang lebih mulia daripada orang lain. Di hadapan Tuhan kita semua adalah orang berdosa yang ditebus! Jika posisi kita sama-sama seperti manusia lainnya, mengapa Saudara menjadi minder karena Saudara lebih miskin dari orang lain? Itu tidak perlu! Mengapa minder karena orang tua kita tidak mempunyai kesempatan dan kemuliaan seperti orang tua teman-teman kita? Itu tidak perlu! Yesus dicaci-maki pada waktu hiduyp-Nya karena orang lain menganggap bahwa Dia adalah anak haram. Orang lain menunjuk Yesus sambil berkata: “Mama-Mu belum menikah, tetapi sudah punya Kamu!” Kalau dilihat dari pandangan manusia, Yesus Kristus punya cukup syarat untuk menjadi minder. Tetapi itu tidak terjadi di dalam diri Yesus.
Sebenarnya keminderan tidak perlu terjadi dalam diri kita dan kita bisa melihat itu dalam hidup Yesus Kristus. Tidak ada bayang-bayang minder yang perlu menghantui kita. Demi nama Yesus Kristus saya berkata kepada Saudara: “Bangkitlah dan berdirilah dari keminderan Saudara, dan ingatlah bahwa Saudara adalah seorang manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Tuhan!” Tetapi saya pun berkata satu kalimat yang lain: “Turunlah dari keangkuhan dan kecongkakan Saudara, karena Saudara hanya orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus!”
Setiap kali kita memandang diri dengan ukuran demikian, maka kita akan makin mengerti bahwa congkak dan minder sebenarnya adalah kakak-adik. Orang menjadi minder karena dia belum mencapai ambisi kecongkakannya. Orang minder adalah orang yang sekaligus bisa menjadi congkak. Orang yang congkak adalah orang yang mempunyai bibit minder. Kedua hal itu bisa saling bertukaran. Kita bisa saja menjadi minder luar biasa pada waktu pagi, namun kita bisa saja menjadi congkak luar biasa pada waktu malamnya.
Seringnya terjadi penilaian diri yang tidak beres, mengakibatkan ketegangan antara kita dengan orang lain. Jika hubungan antar manusia beres, maka banyak hal di dalam dunia ini yang menjadi beres. Jikalau hubungan antar manusia tidak beres, maka apa saja yang dikerjakan orang lain akan kelihatan tidak beres di mata kita. Manusia memiliki problema yang amat banyak. Namun hubungan antar manusia selalu mempunyai keadaan di mana manusia ada pada urutan depan, lalu kemudian diikuti oleh hal-hal lain yang dikerjakannya. Jadi jika si A menganggap si B sebagai orang yang tidak beres, maka apa pun yang dikerjakan si B akan menjadi tidak beres di mata si A.
Seseorang berkata kepada saya: “Kalau berwisata dengan orang yang Anda senangi, maka ke mana pun Anda pergi, Anda akan melihat pemandangan yang indah. Kalau Anda pergi bersama orang yang Anda anggap tidak baik, maka walaupun Anda pergi melihat pemandangan yang paling indah, tetap pemandangan yang paling indah itu menjadi tidak indah.” Perasaan hati dan hubungan antar manusia yang tidak beres mempengaruhi kepada aspek-aspek lain yang ada dalam hidup manusia.
Ada orang-orang non-Kristen yang sebenarnya bukan tidak mau menjadi orang Kristen. Mereka ingin menjadi Kristen, tetapi hubungan mereka dengan kita tidak beres. Makin kita mengabarkan Injil kepada mereka, makin mereka menjadi jengkel. Itu karena kita tidak memiliki hubungan yang beres dengan orang yang kita Injili. Mereka akan menganggap orang Kristen hanya bisa bicara saja, tetapi tidak bisa membereskan hubungan yang terjadi. Kalau hubungan Saudara dengan orang lain tidak beres, maka kesaksian mulut Saudara tidak akan berguna! Jadi, bereskan dulu hubungan antara Saudara dengan orang lain sebelum Saudara mengabarkan Injil kepada mereka.
(3) Sikap Manusia berkenaan dengan Posisi Horizontalnya.
Kehendak Allah atas seluruh umat manusia yang ditulis dalam Mikha 6:8 adalah juga satu ayat yang dicantumkan besar-besar di dalam perpustakaan yang terbesar di dunia. Jika Anda ke The Congress Library di Washington D.C., yang mempunyai lebih dari 30 juta buku, Saudara akan menemukan di sana satu kalimat yang paling penting. Kalimat itu bukanlah nasihat supaya rajin belajar, rajin membaca dan sebagainya. Nasihat untuk rajin belajar adalah satu dorongan, namun apakah kita juga memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar? Memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar adalah hal yang penting!
Ibu yang bodoh akan menasihatkan anaknya untuk terus belajar tanpa memberikan pandangan akan apa yang menjadi tujuan belajar; ibu tersebut menjadikan belajar sebagai tujuan dan bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ibu yang bijaksana akan menasihatkan anaknya untuk belajar dan memberikan pandangan pada anaknya untuk mencari sesuatu pimpinan Tuhan supaya apa yang anaknya pelajari benar-benar membentuk dirinya sendiri untuk mengikuti kehendak Tuhan.
Di tengah-tengah ruangan perpustakaan yang paling besar di dunia itu tertulis kalimat yang besar:
“Hai manusia, bukankah Allah telah menyatakan kepadamu apa itu baik. Yaitu: jalankan keadilan, cintailah belas kasihan dan dengan rendah hati berjalan dengan Allahmu.”
Inilah ayat yang dipilih dari antara berjuta-juta buku.
Untuk apa Saudara belajar? Untuk apa Saudara membaca begitu banyak buku? Untuk apa Saudara mempunyai pengetahuan yang banyak? Untuk apa Saudara memiliki semua itu jika Saudara tidak mempunyai tujuan hidup seperti yang dituntut oleh Allah? Inilah yang diminta oleh Tuhan: “Hai umat manusia bukankah Allah sudah menyatakan kepadamu apa itu baik?” Semua agama mengajar baik. Semua agama baik. Tetapi apakah itu baik? Bukankah masing-masing agama memiliki konsep yang berbeda tentang apa itu “baik”?
Marilah kita kembali kepada firman Tuhan, bukan agama; kepada wahyu Tuhan Allah, bukan imajinasi manusia. Jikalau setiap manusia sudah memegang beberapa kalimat dalam Mikha 6:8 untuk membereskan hubungannya dengan orang lain, maka dunia ini akan berubah. Inilah kehendak Allah untuk seluruh umat manusia. Inilah kehendak Allah yang menjadi pangkal dan fondasi kerukunan agama, dan kerukunan masyarakat, juga kerukunan antara rakyat dan pemerintah. Inilah satu pangkal antara negara, masyarakat dan kebudayaan supaya bisa berdampingan dan hidup dalam perdamaian. Inilah kehendak Allah untuk seluruh manusia di dalam relasi horizontal.
a) Menjalankan keadilan.
Allah sudah memberitahukan apa yang baik kepada manusia, Allah mau supaya manusia berlaku adil. Kapankah kita mulai merasa keadilan itu penting? Waktu kita diperlakukan tidak adil! Sejak kita masih kecil sekalipun kita sudah merasakan perlunya keadilan, yaitu ketika jiwa yangmasihkecil itu, hati nuraninya dilukai. Pada waktu kecil, mungkin Saudara pernah mengalami keadaan di mana Saudara dan adik Saudara sama-sama bersalah namun yang dihukum berat adalah Saudara, sedangkan adik Saudara diampuni. Pada waktu kecil Saudara mungkin pernah mengalami keadaan di mana jiwa Saudara merasa ditusuk oleh perlakuan tidak adil dari orang lain. Bukankah sejak saat itu Saudara mulai merasakan pentingnya keadilan dijalankan?
Keadilan itu penting dijalankan bukan sejak Saudara belajar hukum. Keadilan mulai terasa penting ketika Saudara kecil, ketika Saudara merasa bahwa hak azasi Saudara diganggu. Anak kecil tidak memilih ibu yang cantik bagi dirinya. Anak kecil tidak mencela ayahnya jika ayahnya orang miskin. Anak orang miskin senang pada ayahnya. Anak orang kaya senang pada ayahnya. Tidak ada anak yang mengatakan kepada ayahnya yang miskin: “Saya mau ganti ayah yang lain karena ayah terlalu miskin.” Yang dituntut oleh anak bukanlah uang, bukan pula rumah yang besar. Yang dituntut oleh anak yaitu keadilan ! Meskipun kecil, anak menuntut orang tuanya berlaku adil. Jika Saudara adil pada anak Saudara, maka anak Saudara tidak akan pernah menyesal berada di dalam keluarga Saudara. Ini hal yang mendasar. Tuhan sudah menunjukkan apa yang baik kepada Saudara. Jalankanlah keadilan!
Ketika umat manusia mengalami kemiskinan besar-besaran, mereka mengira komunisme dapat menolong keadaan itu. Manusia menyambut paham komunis dengan kedua tangan terbuka. Manusia ingin agar paham komunis dijalankan di negara mereka, seperti yang terjadi di Saigon, Moskow, dan Polandia misalnya. Pada waktu mereka merasa kecewa dengan sistem masyarakat mereka yang lama, mereka membuka tangan menyambut kedatangan komunisme dengan antusias. Tetapi setelah paham komunisme datang, mereka baru insaf bahwa komunisme datang membawa racun dengan warna luar yang menggoda. Siapa pun manusia ia tetap mempunyai dosa!
Paham komunisme mulai berkembang dengan aksi-aksi pemogokan. Paham komunis mulai jatuh juga dengan aksi-aksi pemogokan. Waktu paham komunis mulai berkembang, para pendukungnya melakukan mogok kerja dan membentuk front yang terdiri dari kaum buruh. Waktu paham, komunis mulai rontok, para pendukung gerakan anti-komunis melakukan gerakan mogok kerja khususnya di Polandia.
Jangan menghina Polandia. Walaupun Polandia bukanlah negara yang terlalu besar, tetapi Polandia pernah menghasilkan seorang musikus besar yang bernama Frederic Chopin, dan Polandia juga adalah satu negara yang menghasilkan suatu bibit permulaan yang merontokkan paham komunis dengan lebih dari sepuluh tahun perjuangan mogok kerja. Teori komunisme menganjurkan supaya para pengikutnya bekerja keras karena mereka dijanjikan akan mendapatkan kebutuhannya sesuai dengan berapa keras mereka bekerja. Itu semua omong kosong!
Adakah suatu keadilan antar negara? Apakah mereka yang menganut paham komunis menjalankan keadilan antar negara yang menganut paham komunis? Ketidak-adilan yang terus-menerus berjalan akan mengakibatkan kekejaman dan ledakan yang besar di antara manusia itu sendiri. Keadilan harus dijalankan! Di tengah-tengah negara dan negara perlu keadilan. D tengah-tengah lapisan masyarakat perlu ada keadilan. Saya kira, sampai Yesus Kristus datang kembali, tak mungkin kita bisa menghapus perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Namun kita masih mungkin memperbaiki keadaan dunia yang penuh dengan dosa ini.
Apakah Saudara mempunyai dua standar yang berbeda pada waktu menghadapi dua orang dari kalangan yang berbeda? Apakah Saudara mempunyai standar yang berbeda pada waktu menghadapi orang dari lapisan bawah? Bisakah Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang miskin seperti Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang kaya? Mungkinkah Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang miskin sama seperti Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang kaya? Alkitab tidak mengizinkan kita membela orang miskin (Keluaran 23:3).
Pembelaan atas orang miskin tidak disenangi oleh Tuhan, tetapi keadilan antar lapisan perlu dijalankan. Tidak seharusnya kita berlaku hormat hanya kepada yang lebih kaya daripada kita, dan berlaku tidak hormat kepada orang yang lebih miskin dari kita. Belajarlah dengan ukuran yang sama menghadapi orang kalangan atas dengan orang kalangan bawah, orang kaya dengan orang miskin, orang yang sehat dengan orang yang cacat.
Biarlah kita mempunyai suatu sikap yang adil dalam diri kita. Sama rata di luar diri, itu sulit dilakukan. Tetapi, sikap sama rata di dalam diri kita harus dijalankan lebih dahulu. Yesus Kristus tidak pernah menghina orang berdosa yang datang kepada Dia. Yesus Kristus tidak pernah menolak orang dari lapisan bawah yang datang kepada Dia. Dia memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai si sakit dan si miskin.
Kita cenderung lebih dahulu melihat kelemahan orang yang datang kepada kita. Dapatkah kita melihat orang lain yang datang kepada kita sebagai manusia yang dicipta oleh Tuhan yang sekarang sedang di dalam kelemahan? Jika perasaan dan kecenderungan itu sudah dirubah barulah kita mungkin belajar menjadi orang yang melakukan keadilan. Inilah kehendak Tuhan! Kehendak Allah adalah supaya kita memperlakukan sesama manusia dengan sikap keadilan! Kita sudah terlalu terbiasa melihat seseorang hanya dari sudut lahiriah saja. Orang yang berpakaian bagus dan orang yang berpakaian sederhana sudah membuat dua penilaian berbeda di mata kita.
Apakah status yang berbeda yang dimiliki orang lain membuat kita memiliki sikap yang berubah-ubah? Jikalau Saudara orang Kristen, belajarlah menjadi orang Kristen yang melakukan keadilan. Jangan menghina orang miskin, jangan menghina mereka yang sakit, jangan menjunjung mereka yang mulia sambil menghina mereka yang kurang mulia. Di hadapan Tuhan Allah ada ukuran yang lain, itulah yang perlu kita jalankan.
Menghormati orang yang lebih miskin bukan satu hal yang dibuat-buat. Itu adalah satu sikap pengaliran yang keluar dari jiwa yang mengenal kehendak Allah. Jalankanlah keadilan! Ini dituntut oleh Tuhan. Antar negara perlu ada kleadilan. Antar lapisan perlu keadilan. Antara pribadi dengan pribadi perlu keadilan.
Yesus Kristus berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12). Konfusius berkata: “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan kepadamu.”
Yesus Kristus memberikan satu perintah yang bersifat positif. Etika Kristen bersifat lebih dinamis. Etika Kristen lebih berinisiatif. Etika Kristen jauh lebih aktif dibandingkan dengan etika Konfusius. Yesus Kristus satu-satunya yang memberikan segala pengajaran yang lebih tinggi dari segala sistem filsafat. Anak Allah memberikan kepada kita sesuatu pengajaran yang adil bagi umat manusia.
b) Menaruh Belas Kasihan (Compassion).
Terjemahan bahasa Indonesia mengatakan, “.....mencintai kesetiaan” kurang tepat. Lebih tepat jika diterjemahkan “menaruh belas kasihan”. Ayat ini dapat berarti pula: mempunyai perasaan yang sama.
Saya mengakui ada banyak orang yang pandai di dunia ini meskipun mereka itu minoritas. Namun di antara sekian banyak orang yang pandai, hanya ada sedikit orang yang agung. Apakah gunanya jika kita memiliki kepandaian dan otak yang hebat, tetapi kita mempunyai hati yang dingin? Apa gunanya jika kita mempunyai pengetahuan yang banyak, tetapi egois? Apa gunanya kita mengenal seluruh hukum, jika kita sengaja melanggar hukum? Apa gunanya kita mengetahui bahwa kita harus mencintai sesama manusia dan mengetahui teori-teori teologi yang kuat, jika kita membuntukan perasaan belas kasihan pada waktu orang yang amat butuh pertolongan datang kepada kita?
Kehendak Allah untuk seluruh umat manusia adalah supaya kita menaruh belas kasihan. Compassion, mempunyai persamaan perasaan! Waktu orang lain sakit, Saudara merasa seperti diri Saudara sendiri yang sakit. Waktu orang lain susah, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang susah. Wakltu orang lain menderita, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang menderita. Itu merupakan hal yang tidak mudah dan hampir tidak mungkin diterapkan dalam sistem pendidikan masa kini.
Dunia sekarang adalah dunia yang cenderung semakin mengandalkan sistem-sitem dari luar dan tidak lagi menggali potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Apakah Saudara memiliki hati yang ingin membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan?
Ada orang tua yang mendengar seorang muda berteriak-teriak di tengah hujan salju. Orang tua ini berpikir bahwa orang lain dapat menolong orang yang berteriak itu, sehingga ia tidak mengacuhkannya dan justru pergi tidur. Walaupun suara itu terus memanggil-manggil meminta tolong, orang tua itu tetap tidak acuh kepada teriakan tersebut. Keesokan harinya, orang tua tersebut keluar rumah dan memeriksa kejadian semalam. Orang lain memberitahukan kepada orang tua tersebut bahwa semalam ada orang yang mati karena tidak ada yang menolongnya pada waktu salju turun. Orang yangmati itu adalah orang yang semalam berteriak-teriak minta tolong, dan ternyata orang itu adalah anaknya sendiri. Anak itu rupanya pulang dalam keadaan yang sulit dan sebelum tiba di rumahnya ia sudah mati.
Jika Saudara menaruh belas kasihan kepada orang lain, siapakah yang mengetahui bahwa orang yang Saudara tolong itu akan menolong diri Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa orang yang pernah Saudara tolong akan mengakibatkan faedah yang besar dalam hidup Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa yang Saudara tolong adalah malaikat yang Tuhan utus untuk menguji sampai di mana cinta Saudara kepada sesama?
Tidak ada orang yang celaka karena menolong orang lain. Kalau orang yang menolong orang lain mendapat celaka secara jasmaniah, segala berkat baginya sudah ditumpuk di Sorga. Tidak ada orang yang menaruh belas kasihan kepada sesamanya yang sampai akhirnya dia sendiri tidak dipelihara oleh Tuhan. Tidak mungkin! Tolonglah, belajarlah menaruh belas kasihan! Jika Saudara melihat orang lain sudah betul-betul bekerja keras namun masih berkekurangan, cobalah untuk menolong orang itu.
Orang yang perlu ditolong adalah orang yang merasa bahwa dirinya tidak perlu ditolong. Orang yang merasa dirinya harus menolong adalah orang yang tidak perlu ditolong. Ini paradoks! Saya kira kita perlu memiliki bijaksana yang melintasi segala kepura-puraan manusia yang selalu memperalat hati orang baik. Terkadang ada orang yang sudah mengetahui kebaikan hati seorang Kristen dan ia dengan sengaja mencari orang Kristen untuk ditipu.
Menjadi orang Kristen ada kesusahannya sendiri. Tetapi orang Kristen yang setelah ditipu oleh orang lain lalu tidak melakukan tindakan apa-apa adalah orang Kristen yang tidak melakukan kebenaran. Memang ada terlalu banyak orang Kristen yang tidak karu-karuan yang sengaja menipu orang Kristen yang sejati, namun demikian jangan menjadi orang yang tidak pernah menolong orang lain karena pernah ditipu. Lebih baik menolong orang lain dengan resiko sepuluh kali ditipu danm dua kali menjalankan kebenaran daripada tidak pernah menolong orang lain dalam dua belas kali kesempatan. Compassion! Itu penting sekaliu.
Sundar Singh dari India, mempunyai satu beban khusus untuk mengabarkan Injil di Tibet. Tibet adalah negara yang mempunyai suhu begitu rendah, amat dingin. Negara Tibet memiliki kebudayaan yang begitu keras, kolot dan tua. Mengabarkan Injil kepada orang Tibet begitu sulit, tetapi Sundar Singh tetap berusaha mengabarkan Injil di sana. Suatu kali Sundar Singh dan seorang rekannya berjalan dalam keadaan cuaca yang begitu dingin. Mereka melihat seseorang berjalan di tengah-tengah cuaca yang demikian dingin. Orang itu terlihat gemetar dan kejang-kejang di atas salju. Sundar Singh mengajak rekannya untuk menolong orang itu, namun rekannya merasa keberatan. Rekan Sundar Singh menganggap bahwa menolong orang yang demikian sama halnya dengan mencari mati sendiri. Rekannya tidak mau menolong orang itu dan akhirnya meninggalkan Sundar Singh bersama orang yang hampir mati itu.
Hati Sundar Singh digerakkan oleh Tuhan dan ia menolong orang itu. Diangkatnya orang itu dari salju dan dipanggulnya di bahu. Dengan menggendong orang yang hampir mati karena beku dan beban yang berat, Sundar Singh meneruskan perjalanannya. Setelah tidak berapa lama ia berjalan, dilihatnya ada orang lain yang sepertinya hampir mati di tengah jalan karena dingin. Sundar Singh merasa putus harapan karena dia sendiri sedang menggendong orang yang hampir mati karena kedinginan pula. Tetapi setelah ia mendekati orang lain itu, ternyata orang itu tidak perlu ditolong lagi. Orang itu sudah mati.
Sundar Singh agak menyesali dirinya karena ia tidak mampu menolong orang lain itu sehingga dia mati sebelum mendapat pertolongan. Sundar Singh penuh dengan belas kasihan. Setelah ia memperhatikan dengan seksama, ternyata orang yang sudah mati itu adalah rekannya sendiri yang tadi tidak mau menolong orang lain.
Pada waktu Sundar Singh menolong orang yang hampir mati kedinginan itu, panas yang keluar dari tubuh Sundar Singh dan panas tubuh orang yang digendongnya telah melindungi mereka berdua dari dingin yang menggigit. Sedangkan temannya yang tidak menolong orang lain itu justru mati.
Siapakah orang yang agung? Ada beberapa rumusan tentang orang yang agung, dan salah satunya diukur dari berapa banyak orang yang mengantar jenasahnya pada waktu ia mati.Ada seorang yang kaya luar biasa yang pada waktu ia dikuburkan hanya dihadiri tidak lebih dari tiga puluh orang. Ada saeorang miskin yang pada waktu meninggal dunia dihantar oleh lebih dari enam ratus lima puluh orang. Dengan air mata ratusan orang, ia diantar ke kuburan. Orang miskin ini adalah orang yang selalu mengingat untuk menolong orang lain. Semasa hidupnya, orang miskin ini banyak mendoakan orang lain, menaruh belas kasihan kepada orang lain, merawat orang lain, memelihara dan melindungi orang lain. Inilah orang yang tidak begitu kaya, tetapi jiwanya agung. Semasa hidupnya orang tidak melihat pekerjaannya yang menonjol. Orang ini bekerja demi memuliakan Tuhan, bukan supaya dilihat manusia. Ia membantu orang lain satu persatu, sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya menjadi satu keindahan yang luar biasa. Compassion, inilah kehendak Allah! Jalankanlah keadilan, milikilah belas kasihan!
BACA JUGA: KEHENDAK ALLAH DAN POSISI VERTIKAL MANUSIA
Biarlah kita mempunyai suatu sikap yang adil dalam diri kita. Sama rata di luar diri, itu sulit dilakukan. Tetapi, sikap sama rata di dalam diri kita harus dijalankan lebih dahulu. Yesus Kristus tidak pernah menghina orang berdosa yang datang kepada Dia. Yesus Kristus tidak pernah menolak orang dari lapisan bawah yang datang kepada Dia. Dia memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai si sakit dan si miskin.
Kita cenderung lebih dahulu melihat kelemahan orang yang datang kepada kita. Dapatkah kita melihat orang lain yang datang kepada kita sebagai manusia yang dicipta oleh Tuhan yang sekarang sedang di dalam kelemahan? Jika perasaan dan kecenderungan itu sudah dirubah barulah kita mungkin belajar menjadi orang yang melakukan keadilan. Inilah kehendak Tuhan! Kehendak Allah adalah supaya kita memperlakukan sesama manusia dengan sikap keadilan! Kita sudah terlalu terbiasa melihat seseorang hanya dari sudut lahiriah saja. Orang yang berpakaian bagus dan orang yang berpakaian sederhana sudah membuat dua penilaian berbeda di mata kita.
Apakah status yang berbeda yang dimiliki orang lain membuat kita memiliki sikap yang berubah-ubah? Jikalau Saudara orang Kristen, belajarlah menjadi orang Kristen yang melakukan keadilan. Jangan menghina orang miskin, jangan menghina mereka yang sakit, jangan menjunjung mereka yang mulia sambil menghina mereka yang kurang mulia. Di hadapan Tuhan Allah ada ukuran yang lain, itulah yang perlu kita jalankan.
Menghormati orang yang lebih miskin bukan satu hal yang dibuat-buat. Itu adalah satu sikap pengaliran yang keluar dari jiwa yang mengenal kehendak Allah. Jalankanlah keadilan! Ini dituntut oleh Tuhan. Antar negara perlu ada kleadilan. Antar lapisan perlu keadilan. Antara pribadi dengan pribadi perlu keadilan.
Yesus Kristus berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12). Konfusius berkata: “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan kepadamu.”
Yesus Kristus memberikan satu perintah yang bersifat positif. Etika Kristen bersifat lebih dinamis. Etika Kristen lebih berinisiatif. Etika Kristen jauh lebih aktif dibandingkan dengan etika Konfusius. Yesus Kristus satu-satunya yang memberikan segala pengajaran yang lebih tinggi dari segala sistem filsafat. Anak Allah memberikan kepada kita sesuatu pengajaran yang adil bagi umat manusia.
b) Menaruh Belas Kasihan (Compassion).
Terjemahan bahasa Indonesia mengatakan, “.....mencintai kesetiaan” kurang tepat. Lebih tepat jika diterjemahkan “menaruh belas kasihan”. Ayat ini dapat berarti pula: mempunyai perasaan yang sama.
Saya mengakui ada banyak orang yang pandai di dunia ini meskipun mereka itu minoritas. Namun di antara sekian banyak orang yang pandai, hanya ada sedikit orang yang agung. Apakah gunanya jika kita memiliki kepandaian dan otak yang hebat, tetapi kita mempunyai hati yang dingin? Apa gunanya jika kita mempunyai pengetahuan yang banyak, tetapi egois? Apa gunanya kita mengenal seluruh hukum, jika kita sengaja melanggar hukum? Apa gunanya kita mengetahui bahwa kita harus mencintai sesama manusia dan mengetahui teori-teori teologi yang kuat, jika kita membuntukan perasaan belas kasihan pada waktu orang yang amat butuh pertolongan datang kepada kita?
Kehendak Allah untuk seluruh umat manusia adalah supaya kita menaruh belas kasihan. Compassion, mempunyai persamaan perasaan! Waktu orang lain sakit, Saudara merasa seperti diri Saudara sendiri yang sakit. Waktu orang lain susah, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang susah. Wakltu orang lain menderita, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang menderita. Itu merupakan hal yang tidak mudah dan hampir tidak mungkin diterapkan dalam sistem pendidikan masa kini.
Dunia sekarang adalah dunia yang cenderung semakin mengandalkan sistem-sitem dari luar dan tidak lagi menggali potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Apakah Saudara memiliki hati yang ingin membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan?
Ada orang tua yang mendengar seorang muda berteriak-teriak di tengah hujan salju. Orang tua ini berpikir bahwa orang lain dapat menolong orang yang berteriak itu, sehingga ia tidak mengacuhkannya dan justru pergi tidur. Walaupun suara itu terus memanggil-manggil meminta tolong, orang tua itu tetap tidak acuh kepada teriakan tersebut. Keesokan harinya, orang tua tersebut keluar rumah dan memeriksa kejadian semalam. Orang lain memberitahukan kepada orang tua tersebut bahwa semalam ada orang yang mati karena tidak ada yang menolongnya pada waktu salju turun. Orang yangmati itu adalah orang yang semalam berteriak-teriak minta tolong, dan ternyata orang itu adalah anaknya sendiri. Anak itu rupanya pulang dalam keadaan yang sulit dan sebelum tiba di rumahnya ia sudah mati.
Jika Saudara menaruh belas kasihan kepada orang lain, siapakah yang mengetahui bahwa orang yang Saudara tolong itu akan menolong diri Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa orang yang pernah Saudara tolong akan mengakibatkan faedah yang besar dalam hidup Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa yang Saudara tolong adalah malaikat yang Tuhan utus untuk menguji sampai di mana cinta Saudara kepada sesama?
Tidak ada orang yang celaka karena menolong orang lain. Kalau orang yang menolong orang lain mendapat celaka secara jasmaniah, segala berkat baginya sudah ditumpuk di Sorga. Tidak ada orang yang menaruh belas kasihan kepada sesamanya yang sampai akhirnya dia sendiri tidak dipelihara oleh Tuhan. Tidak mungkin! Tolonglah, belajarlah menaruh belas kasihan! Jika Saudara melihat orang lain sudah betul-betul bekerja keras namun masih berkekurangan, cobalah untuk menolong orang itu.
Orang yang perlu ditolong adalah orang yang merasa bahwa dirinya tidak perlu ditolong. Orang yang merasa dirinya harus menolong adalah orang yang tidak perlu ditolong. Ini paradoks! Saya kira kita perlu memiliki bijaksana yang melintasi segala kepura-puraan manusia yang selalu memperalat hati orang baik. Terkadang ada orang yang sudah mengetahui kebaikan hati seorang Kristen dan ia dengan sengaja mencari orang Kristen untuk ditipu.
Menjadi orang Kristen ada kesusahannya sendiri. Tetapi orang Kristen yang setelah ditipu oleh orang lain lalu tidak melakukan tindakan apa-apa adalah orang Kristen yang tidak melakukan kebenaran. Memang ada terlalu banyak orang Kristen yang tidak karu-karuan yang sengaja menipu orang Kristen yang sejati, namun demikian jangan menjadi orang yang tidak pernah menolong orang lain karena pernah ditipu. Lebih baik menolong orang lain dengan resiko sepuluh kali ditipu danm dua kali menjalankan kebenaran daripada tidak pernah menolong orang lain dalam dua belas kali kesempatan. Compassion! Itu penting sekaliu.
Sundar Singh dari India, mempunyai satu beban khusus untuk mengabarkan Injil di Tibet. Tibet adalah negara yang mempunyai suhu begitu rendah, amat dingin. Negara Tibet memiliki kebudayaan yang begitu keras, kolot dan tua. Mengabarkan Injil kepada orang Tibet begitu sulit, tetapi Sundar Singh tetap berusaha mengabarkan Injil di sana. Suatu kali Sundar Singh dan seorang rekannya berjalan dalam keadaan cuaca yang begitu dingin. Mereka melihat seseorang berjalan di tengah-tengah cuaca yang demikian dingin. Orang itu terlihat gemetar dan kejang-kejang di atas salju. Sundar Singh mengajak rekannya untuk menolong orang itu, namun rekannya merasa keberatan. Rekan Sundar Singh menganggap bahwa menolong orang yang demikian sama halnya dengan mencari mati sendiri. Rekannya tidak mau menolong orang itu dan akhirnya meninggalkan Sundar Singh bersama orang yang hampir mati itu.
Hati Sundar Singh digerakkan oleh Tuhan dan ia menolong orang itu. Diangkatnya orang itu dari salju dan dipanggulnya di bahu. Dengan menggendong orang yang hampir mati karena beku dan beban yang berat, Sundar Singh meneruskan perjalanannya. Setelah tidak berapa lama ia berjalan, dilihatnya ada orang lain yang sepertinya hampir mati di tengah jalan karena dingin. Sundar Singh merasa putus harapan karena dia sendiri sedang menggendong orang yang hampir mati karena kedinginan pula. Tetapi setelah ia mendekati orang lain itu, ternyata orang itu tidak perlu ditolong lagi. Orang itu sudah mati.
Sundar Singh agak menyesali dirinya karena ia tidak mampu menolong orang lain itu sehingga dia mati sebelum mendapat pertolongan. Sundar Singh penuh dengan belas kasihan. Setelah ia memperhatikan dengan seksama, ternyata orang yang sudah mati itu adalah rekannya sendiri yang tadi tidak mau menolong orang lain.
Pada waktu Sundar Singh menolong orang yang hampir mati kedinginan itu, panas yang keluar dari tubuh Sundar Singh dan panas tubuh orang yang digendongnya telah melindungi mereka berdua dari dingin yang menggigit. Sedangkan temannya yang tidak menolong orang lain itu justru mati.
Siapakah orang yang agung? Ada beberapa rumusan tentang orang yang agung, dan salah satunya diukur dari berapa banyak orang yang mengantar jenasahnya pada waktu ia mati.Ada seorang yang kaya luar biasa yang pada waktu ia dikuburkan hanya dihadiri tidak lebih dari tiga puluh orang. Ada saeorang miskin yang pada waktu meninggal dunia dihantar oleh lebih dari enam ratus lima puluh orang. Dengan air mata ratusan orang, ia diantar ke kuburan. Orang miskin ini adalah orang yang selalu mengingat untuk menolong orang lain. Semasa hidupnya, orang miskin ini banyak mendoakan orang lain, menaruh belas kasihan kepada orang lain, merawat orang lain, memelihara dan melindungi orang lain. Inilah orang yang tidak begitu kaya, tetapi jiwanya agung. Semasa hidupnya orang tidak melihat pekerjaannya yang menonjol. Orang ini bekerja demi memuliakan Tuhan, bukan supaya dilihat manusia. Ia membantu orang lain satu persatu, sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya menjadi satu keindahan yang luar biasa. Compassion, inilah kehendak Allah! Jalankanlah keadilan, milikilah belas kasihan!
BACA JUGA: KEHENDAK ALLAH DAN POSISI VERTIKAL MANUSIA
Kitab Suci mencatat ada sepuluh kali Tuhan Yesus jatuh belas kasihan. An ak Allah yang turun inkarnasi menjadi Anak Manusia, tidak pernah meninggikan diri-Nya sendiri. Dia tidak menghiraukan berapa rugi meninggalkan Sorga untuk turun ke dalam dunia. Ia terus memikirkan orang lain yang menderita dan Dia mau berbelas kasihan, mempunyai perasaan yang sama. Manusia yang mengesankan Saudara adalah manusia yang pada waktu Saudara menderita, mempunyai perasaan yang sama dengan Saudara.
c) Dengan Rendah Hati Berjalan dengan Tuhan.
Hal ini hampir tidak masuk akal, “Dengan rendah hati berjalan bersama Tuhanmu.” Kalau seorang profesor berjalan bersama seorang anak sekolah dasar, berarti profesor tersebut dengan rendah hati berjalan bersama anak sekolah dasar. Sebaliknya, anak sekolah dasar tersebut dengan bangga berjalan bersama seorang profesor. Tetapi ayat ini mengatakan: “Dengan rendah hati berjalan dengan Tuhanmu.” Pegang tangan Tuhan dengan rendah hati. Apa arti yang dimaksudkan-Nya ini? Jika Allah tidak rela merendahkan diri, tidak mungkin kita berjalan dengan Allah kita. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana Allah rela merendahkan diri, kita tidak mungkin bersehati dengan Tuhan Allah!
Pengertian inkarnasi, pengertian pengorbanan diri dan pengertian rela mengorbankan diri, mengakibatkan kita bisa berjalan dengan Tuhan Allah. Ada orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat, namun sikap mereka amat rendah hati. Itu menjadi contoh yang baik bagi kita.
Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menjalankan keadilan, memiliki hati yang penuh dengan belas kasihan, dan dengan rendah hati berjalan dengan Tuhan. Itulah kehendak Allah!
c) Dengan Rendah Hati Berjalan dengan Tuhan.
Hal ini hampir tidak masuk akal, “Dengan rendah hati berjalan bersama Tuhanmu.” Kalau seorang profesor berjalan bersama seorang anak sekolah dasar, berarti profesor tersebut dengan rendah hati berjalan bersama anak sekolah dasar. Sebaliknya, anak sekolah dasar tersebut dengan bangga berjalan bersama seorang profesor. Tetapi ayat ini mengatakan: “Dengan rendah hati berjalan dengan Tuhanmu.” Pegang tangan Tuhan dengan rendah hati. Apa arti yang dimaksudkan-Nya ini? Jika Allah tidak rela merendahkan diri, tidak mungkin kita berjalan dengan Allah kita. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana Allah rela merendahkan diri, kita tidak mungkin bersehati dengan Tuhan Allah!
Pengertian inkarnasi, pengertian pengorbanan diri dan pengertian rela mengorbankan diri, mengakibatkan kita bisa berjalan dengan Tuhan Allah. Ada orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat, namun sikap mereka amat rendah hati. Itu menjadi contoh yang baik bagi kita.
Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menjalankan keadilan, memiliki hati yang penuh dengan belas kasihan, dan dengan rendah hati berjalan dengan Tuhan. Itulah kehendak Allah!