Kepemimpinan Yesus: Pemahaman dari Injil Yohanes

Dalam perjalanan hidup, konsep kepemimpinan telah menjadi landasan yang mendalam dan inspiratif bagi banyak individu. Salah satu figur yang menggambarkan kepemimpinan yang tak tertandingi adalah Yesus Kristus. Dalam tiga dimensi kepemimpinan yang unik — sebagai Gembala, Pemimpin Melayani, dan Pemuridan yang Mengutus — Yesus menawarkan pandangan yang mendalam dan relevan bagi pemimpin masa kini. Mari kita selami esensi dari kepemimpinan-Nya yang memukau ini.
Kepemimpinan Yesus: Pemahaman dari Injil Yohanes
Pertama, kita melihat Yesus sebagai Penggembala bagi domba-domba-Nya (Yohanes 10:1-21). Kedua, Yesus menyajikan diri-Nya sebagai Pemimpin yang melayani (Yohanes 13:1-17), dan ketiga, Yesus melakukan muridkan dan mengutus (Yohanes 1:35-51; 20:21; 21:22).

1. Yesus Sebagai Penggembala Domba (Yohanes 10:1-21)

Bagian ini sangatlah menarik karena di dalam keempat kitab Injil, hanya kitab Injil Yohanes yang mengatakan bahwa Yesus sebagai gembala. Hal ini menunjukkan ciri khas dari kitab Injil Yohanes yang mana menyatakan bahwa Yesus sebagai Gembala yang baik. Dalam bagian ini, Yesus menganalogikan diri-Nya sebagai Gembala dan pengikutnya sebagai domba-domba-Nya. Dalam pernyataan-Nya, Yesus mengatakan bahwa diri-Nya sebagai Gembala yang Baik (Yohanes 19:11). Istilah baik dalam konteks ini menunjukkan bahwa bukan berkenaan dengan moralitas atau pun dampak dari pada moraltas tersebut, namun itu berkenaan dengan hal-hal yang menarik perhatian.

J. Dwight Pentacost dalam bukunya menjelaskan keberadaan Yesus sebagai gembala yang didasari dari pernyataan-pernyataan dalam kitab Injil Yohanes pasal 10 ialah:

Pertama, Yesus menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Gembala yang sejati (Yohanes 10:1-6). 

Yesus sebagai Gembala yang sejati karena Dia telah datang dan berada di tengah-tengah domba-domba-Nya, berdasarkan ketetapan-ketetapan yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama bahwa Gembala akan datang (Yesaya 61:1-2). Sebagai seorang Gembala yang sejati, Yesus telah datang di tengah-tengah kawanan umat Allah. Di dalam perumpamaan, gembala “memanggil domba-domba-Nya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar” (Yohanes 10:3). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus mengenal siapa orang-orang yang dipimpin-Nya.

Kedua, Yesus adalah Gembala yang Agung (Yohanes10:7-11). 

Dalam Mazmur 23 jelas diterangkan bagaimana peranan seorang gembala, yaitu membawa domba-dombanya ke padang rumput yang hijau dan ke air yang tenang. Peranan ini menunjukkan bahwa gembala itu ialah gembala yang baik. Sebagai Gembala yang baik, Yesus sendirilah jalan menuju rumput yang hijau dan jalan menuju air yang tenang. Di luar Yesus, tidak ada yang akan menuju tempat tersebut, dalam arti kata yaitu keselamatan jiwa.

Ketiga, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai satu-satu-Nya gembala (Yohanes 10:12-16). 

Hal ini untuk menegaskan bahwa Kristus tidaklah sama dengan gembala/pemimpin dunia lainnya yang hanya mencari keuntungan pribadi, dan yang sebenarnya bukanlah gembala. Yesus merupakan Gembala yang rela menyerahkan diri-Nya bagi domba-domba-Nya. Tidak ada seorang gembala atau pun pemimpin yang sempurna seperti Yesus. Karena itu, sangat tepat dikatakan bahwa Yesuslah satu-satunya Gembala.

Dengan penjabaran demikian, dapat diketahui bahwa Yohanes 10 memberikan analogi yang sangat jelas mengenai kepemimpinan Yesus sebagai Gembala. Dalam hal ini, jabatan Yesus sebagai Mesias tidak dapat dipisahkan dengan jabatan Yesus sebagai Gembala. Gembala yang memimpin kepada keselamatan dan Yesuslah jalan keselamatan itu sendiri. Yesus sebagai Gembala yang sejati, Yesus sebagai Gembala yang Agung, dan Yesuslah satu-satunya Gembala. Kepemimpinan Yesus sebagai Gembala berbeda dengan kepemimpinan pada umumnya. Yesus memberikan suatu teladan yang sempurna sebagai Pemimpin Gembala. Adapun beberapa sikap Tuhan Yesus dalam kepemimpinan-Nya sebagai Gembala.

Menolong Pribadi Yang Dipimpin. 

Salah satu sikap penting Yesus sebagai Pemimpin Gembala ialah memperhatikan kebutuhan orang yang dipimpin-Nya. Yesus memandang bahwa jiwa-jiwa yang tersesat sebagai suatu hal yang sangat penting. Ketika Yesus dengan murid-murid-Nya, dalam percakapan-Nya dengan Yudas Iskariot (Yohanes 13:18-30), kepada Petrus (Yohanes 13:31-14:4), dengan Yudas (Yohanes 14:22-24), dan percakapan-Nya dengan semua murid (Yohanes 14:25-31), tersirat bahwa Ia senantiasa memiliki hasrat untuk menolong. Price dalam bukunya mengatakan bahwa “suatu sifat yang nyata sekali dalam kepribadian Yesus ialah perhatian-Nya akan kesejahteraan orang-orang lain.” Kesejahteraan itu termasuk kebutuhan akan keselamatan jiwa orang yang dipimpin-Nya.

Mengasihi Dengan Menegur. 

Di dalam Injil Yohanes 8:11, Yesus menegur dan menasihati perempuan yang kedapatan berzina, yaitu dengan berkata bahwa Yesus tidak menghukum perempuan itu dan memerintahkannya untuk pergi dan jangan berbuat dosa lagi. 

Torm juga mengatakan bahwa justru yang berdosa didekati, dikunjungi oleh gembala, yang sakit memerlukan akan dokter, lebih daripada yang sehat. Hal itu menegaskan bahwa orang berdosa juga perlu didekati dan digembalakan, tidak berarti bahwa gembala juga membenarkan perbuatan atau perkataan jahat orang berdosa. Seperti Yesus, gembala juga menawarkan kepada orang berdosa anugerah Allah dan pengampunan dosa, dan mencoba untuk membawa kepada pertobatan dan hidup yang baru.

Selain itu, bukti dari kasih Yesus terhadap orang yang dipimpin-Nya yaitu ketika Ia menegur Yudas Iskariot yang akan menjual dan menghianati Dia (Yohanes 13:21, 27). Hal yang menarik ketika Yesus menegur ialah Ia merahasiakan setiap permasalahan para murid yang dilayani-Nya. Yesus tidak menceritakan permasalahan para murid-Nya satu dengan yang lain. Sikap Yesus itu memiliki alasan yang baik dan benar, mengapa Ia tidak menceritakan masalah dengan orang lain. Sikap kepemimpinan demikian masih relevan untuk diterapkan pada saat ini.

Memiliki Nilai Positif. 

Sikap lain dari kepemimpinan Yesus sebagai Gembala ialah Ia memiliki nilai positif terhadap orang-orang yang dipimpin-Nya. Meskipun para murid banyak masalah dan juga banyak kekurangan, Yesus tetap bersikap positif dengan mempersiapkan para murid dan melatih mereka untuk melanjutkan tugas kepemimpinan yang telah Yesus lakukan dan visi Yesus diteruskan kepada para murid. Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Maxwell bahwa pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk melihat orang-orang yang dipimpin dengan cara positif dan perlu mempercayai yang dipimpin sebagai tim pelayanan.

2. Yesus Sebagai Pemimpin Yang Melayani (Yohanes 13:1-17)

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kepemimpinan merupakan suatu tugas untuk menjadi hamba dan melayani, karena itu jabatan bukanlah kekuasaan, namun penyerahan diri untuk melayani. Meskipun memiliki otoritas untuk memimpin, akan tetapi setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada sikap hati yang melayani. Hal itulah yang dilakukan oleh Yesus Kristus sebagai pemimpin. Model kepemimpinan Yesus yang sangat menonjol dalam kitab Injil Yohanes ialah pemimpin yang melayani. Sebagai pemimpin yang melayani, ada dua hal utama yang dapat dilihat dari pribadi Yesus Kristus.

Bertanggung Jawab.

Pemimpin yang memiliki hati melayani diliputi rasa tanggung jawab atas tugas yang dipercayakan dan bertanggung jawab atas orang-orang yang dipimpin. Yesus merupakan contoh sempurna sebagai pemimpin yang melayani dan bertanggung jawab. Hal yang mendasar dari sikap seorang pemimpin yang melayani ialah kepatuhan kepada kehendak Bapa. Yesus sendiri dalam Injil lain mengatakan bahwa jika seseorang mau menjadi yang terbesar di antara kamu, ia harus menjadi pelayan. Karena itu, sebagai pemimpin yang percaya pada Kristus, melayani merupakan salah satu hal utama dalam kepemimpinan.

Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, Yesus diberi kepercayaan untuk menjalankan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya (Yohanes  9:4), dan Ia mengerjakan pekerjaan itu dengan hati yang mau melayani dan bertanggung jawab. Pernyataan-Nya yang ditulis oleh Yohanes sangat jelas yaitu “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes  4:35). Pernyataan Yesus ini menegaskan kepada murid-murid-Nya untuk tugas mereka di masa yang akan datang dan menasihati apa yang diperlukan bagi mereka. 

Berkaitan dengan tanggung jawab, Boland berkata bahwa: Dari kayu salib di Golgota terdengar Yesus yang berkata “sudah selesai” kata itu dapat berarti : sudah diakhiri, sudah dicapai (tujuannya), sudah dilaksanakan (perbuatan), sudah digenapi (hukum-hukum), sudah diselesaikan (suatu perkara), sudah dibereskan (hutang). Jadi, Yesus memiliki sikap yang bertanggung jawab sebagai Pemimpin yang diberikan tugas oleh Bapa, meskipun hal tersebut harus dikerjakan dengan penuh pergumulan, namun Ia tetap bertanggung jawab dengan cara melaksanakan tugas itu hingga selesai.

Rendah Hati.

Pemimpin merupakan orang yang melakukan hal-hal yang besar. Hal itu membuat seorang pemimpin sulit untuk melakukan hal-hal yang kecil, tugas-tugas yang kecil. Dunia mengajarkan bahwa jika seseorang ingin menjadi yang terbesar, hendaklah ia menjadi seorang pemimpin sehingga ia dikenal. Berbeda dengan Yesus, ia mengajarkan bahwa setiap orang yang mau menjadi pemimpin, hal yang terlebih dahulu ia miliki ialah rendah hati dan mau melayani. 

Melayani bukanlah hal yang mudah, apalagi jika sudah berada di posisi atas. Perlu membayar harga untuk dapat melayani orang-orang yang dipimpin. Selain itu, hal yang paling utama ialah rendah hati. Seseorang tidak akan dapat melayani jika ia tidak rendah hati.

Yesus merupakan Pemimpin yang sangat berpengaruh di dunia, bahkan hingga saat ini dan selamanya. Ia merupakan pemimpin yang rendah hati. Menjadi pemimpin berarti siap untuk melayani dan memiliki kerendahan hati. Hal serupa telah Yesus tunjukkan kepada para murid. Dalam kitab Injil Yohanes dengan jelas menuliskan bagaimana Yesus membasuh kaki para murid sebagai teladan bagi mereka. 

Jika Yesus pribadi yang sombong, atau mempertahankan kewibawaan-Nya, hal itu tidak Ia lakukan. Namun tindakan Yesus ini merupakan tindakan yang benar dan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin yang ada di dunia ini, baik itu pemimpin rohani maupun pemimpin sekuler. Kerendahan hati merupakan sala satu awal dari kepemimpinan yang sehat dan berhasil.

3. Yesus Memuridkan dan Mengutus (Yohanes 1:35-51; 20:21; 21:22)

Alkitab jelas sekali menceritakan bahwa Yesus menetapkan para murid untuk mengikuti Dia serta dilatih dan diutus untuk memberitakan Injil (Yohanes 1:43; 21:22; 20:21). Yesus melatih para murid dalam metode instruksi yang tidak formal. Melalui bentuk kehidupan dan pelayanan ini dapat menjadi suatu pengalihan didikan kehidupan sehari-hari kepada pembentukan karakter, keahlian, bahkan kepada pastoral konseling. 

Sebagai contoh pada saat bersama-sama, mereka makan bersama, sharing atau membahas hal-hal yang berkaitan dengan segi mental dan spiritual (Yohanes 21:1-14). Selain itu, contoh yang tepat dalam proses belajar informal Yesus kepada murid-murid-Nya ialah pada waktu perjamuan malam, Yesus memakai momen tersebut untuk melatih kelompok kecil.

Model Pemuridan Yesus Kepada Murid-Murid-Nya.

Di dalam Yohanes 13 menceritakan aktivitas Yesus dengan murid-murid-Nya. Selama melangsungkan makan bersama, Yesus bertindak dengan berbicara secara pribadi kepada murid-murid-Nya. Yesus memaparkan apa yang perlu murid-murid-Nya pelajari, dan melalui teladan-Nya, Ia memberikan pengajaran. Sebagai pemimpin, Yesus selalu memuridkan orang-orang yang tulus mengikuti Dia. Setelah dimuridkan, Ia mengutus untuk melakukan suatu pekerjaan dan tugas yang bahkan lebh besar dari pada apa yang Yesus lakukan, secara khusus yang berkaitan dengan waktu dan wilayah.

Kepemimpinan Yesus meninggalkan suatu teladan yang sangat baik. Meskipun Ia tidak lagi bersama-sama dengan manusia dan tinggal bersama manusia, namun gaya kepemimpinan Yesus masih ada di dalam kehidupan manusia. nya visi Yesus tetap ada hingga kelak tiba kesudahan zaman. Model kepemimpinan Yesus memberikan pencerahan bagi pemimpin-pemimpin masa kini untuk memimpin dengan memiliki vis dan menyiapkan penerus untuk menghindari kesombongan dan subjektivitas.

Memberi Perhatian Khusus.

Memberikan perhatian khusus secara pribadi merupakan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin yang memuridkan. Hal ini didasarkan pada bermacam ragam permasalahan yang dialami oleh orang-orang yang dipimpin. Dalam kepemimpinan-Nya, saat memuridkan dan mengaderkan seorang murid untuk menjadi pemimpin, Ia memberi perhatian secara objektif pribadi orang yang dipimpin-Nya. Kebutuhan setiap orang berbeda dan permasalahan juga yang berbeda. Yesus sebagai Pemimpin yang sempurna tahu akan hal tersebut. Perhatian secara khusus terhadap para murid sangatlah penting sebagai dasar untuk membangun karakter pemimpin yang berintegritas.

Yesus berkata, bahwa Ia mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya mengenal Dia (Yohannes 10:14). Hendriks juga mengatakan bahwa pemeliharaan Yesus sebagai Pemimpin mengimplikasikan perhatian kepada setiap pribadi yang dipimpin-Nya. Dalam kitab-kitab Injil, dapat dilihat bagaimana Yesus menunjukkan pemeliharaan-Nya. 

Ia mengajar Nikodemus di tengah malam (Yohanes 3), berbicara dengan wanita Samaria (Yohanes 4), mencari orang yang sakit di Bethesda (Yohanes  5). Selain itu, Yesus juga mengunjungi sekumpulan murid-murid yang mengalami ketakutan terhadap orang-orang Yahudi (Yohanes 20:19). Yesus datang dengan tujuan untuk memberikan pertolongan dan perhatian khusus bagi mereka sehingga mereka dikuatkan dan juga mengalami damai sejahtera serta imannya terpelihara.

Baca Juga: Prinsip Pelayanan Pemimpin Kristen: Mengikuti Jejak Ilahi

Kepemimpinan Yesus ini sangatlah berbeda dengan kepemimpinan orang-orang Yahudi pada masa itu. Para pemimpin Yahudi zaman itu kebanyakan tidak dapat berbaur dengan orang-orang yang dipimpinnya. Mereka sangat bersifat eksklusif, terlebih terpisah jauh antar pribadi. Model kepemimpinan Yesus menunjukkan bahwa terbeban dan terpanggilnya seorang pemimpin menentukan tindakannya dalam memimpin.

Kesimpulan

Dari telaah mendalam terhadap kepemimpinan Yesus dalam Injil Yohanes, dapat disimpulkan bahwa Gembala, Pemimpin Melayani, dan Pemuridan yang Mengutus adalah dimensi-dimensi yang menyatu harmonis dalam kepemimpinan-Nya. Dalam setiap aspek, Yesus menawarkan teladan yang tak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga memberikan panduan berharga bagi pemimpin masa kini.

Kepemimpinan Yesus sebagai Gembala menyoroti keintiman, perhatian, dan tanggung jawab terhadap mereka yang dipimpin-Nya. Sebagai Pemimpin Melayani, Dia menunjukkan bahwa kebesaran terletak pada kesediaan untuk melayani dan rendah hati. Pemuridan yang Mengutus mencerminkan sikap Yesus yang memuridkan dan memberdayakan, memberikan perhatian khusus pada setiap individu.

Keseluruhan, kepemimpinan Yesus menandai standar tertinggi dalam kepedulian, kehormatan, dan ketulusan. Sebagai inspirasi bagi pemimpin-pemimpin masa kini, Yesus Kristus memberikan landasan yang kokoh untuk kepemimpinan yang berintegritas dan memberdayakan.
Next Post Previous Post