4 Kriteria Gembala Yang baik (Yohanes 10:1-18)

Mengartikan makna harfiah dari seorang gembala dan memperluasnya dalam konteks gereja saat ini, seorang gembala merujuk pada pemimpin jemaat yang juga dikenal sebagai gembala sidang. Seorang gembala sidang harus memiliki kriteria-kriteria seorang gembala yang baik, sebagaimana tertera dalam Yohanes 10:1-18.
4 Kriteria Gembala Yang baik (Yohanes 10:1-18)
1. Dimensi Rohani Gembala Sidang

Salah satu kriteria krusial bagi seorang gembala sidang yang efektif adalah hubungannya dengan Allah. Karena Allah adalah roh, koneksi ini bersifat rohani, disebut sebagai dimensi rohani gembala sidang.

Pertama-tama, mengenal Allah dengan benar sangat penting. Yohanes 10:15 menegaskan bahwa, seperti gembala yang baik, Yesus mengenal Bapa. Begitu pula, seorang gembala sidang yang baik harus memiliki pengetahuan mendalam tentang Allah. Namun, keterbatasan manusia dalam memahami Allah, sebagai ciptaan semata, membuat pengetahuan langsung tidak mungkin. 

Pengakuan terhadap Allah bersifat luas dan sulit diukur, namun pemahaman dapat tercermin melalui doktrin dasar tentang siapa Yesus itu. Iman kepada Yesus sebagai Anak Allah dan satu-satunya Juru selamat mencerminkan eksklusivitas iman Kristen. Setiap penyimpangan dari keyakinan ini menimbulkan keraguan tentang pemahaman seorang gembala akan Allah.

Selanjutnya, membangun hubungan yang erat dengan Allah sangat penting. Yohanes 10:15 juga menyatakan bahwa Bapa mengenal Yesus. Artinya, seorang gembala sidang yang baik dikenal oleh Tuhan karena hubungan yang akrab. Matius 7:22-23 memperingatkan tentang orang-orang yang aktif dalam kegiatan rohani tetapi tidak dikenal oleh Tuhan karena hubungannya yang dangkal. Hanya mengucapkan "Tuhan, Tuhan" tidak cukup; hubungan yang nyata dengan Tuhan yang rohaniah harus dibangun dari waktu ke waktu.

2. Karakter Gembala Sidang

Kriteria berikutnya berkaitan dengan karakter. Menurut Rajagukguk, kepribadian seorang gembala sebagai pemimpin gereja secara signifikan memengaruhi perkembangan jemaat. Pemimpin gereja harus secara konsisten menjaga dan meningkatkan kredibilitas pribadinya.

Tanggung jawab, pengorbanan, dan konsistensi muncul dari analisis Yohanes 10:1-18 sebagai sifat karakter seorang gembala sidang yang baik. Mengenai tanggung jawab, Yohanes 10:12-13 menceritakan tentang upahan yang tidak bertanggung jawab melarikan diri saat bahaya mengancam domba-dombanya. Sebaliknya, gembala yang baik melindungi kawanan bahkan dengan risiko nyawa mereka, menunjukkan tanggung jawab yang kuat. Delegasi, sebagaimana Patterson menyarankan, melibatkan pemberian wewenang, tanggung jawab, dan akuntabilitas kepada orang lain. Yesus mendelegasikan tugas penggembalaan kepada mereka yang benar-benar dapat bertanggung jawab.

Tentang pengorbanan, Yohanes 10:11 dengan jelas menyatakan bahwa gembala yang baik meletakkan nyawanya demi domba-dombanya. Ini mencerminkan kesediaan seorang gembala sidang untuk berkorban, bahkan sampai pada tingkat ketidak-egoisan, demi jemaat mereka. Pengorbanan yang dilandasi oleh perhatian yang tulus membedakan seorang gembala baik dari para pemimpin yang mementingkan diri sendiri.

Konsistensi, seperti yang terlihat dalam pengenalan setiap domba (Yohanes 10:3), terbentuk dari upaya yang konsisten dalam jangka waktu yang panjang. Hocking menekankan bahwa pemimpin rohani harus menunjukkan kesaksian dan gaya hidup yang konsisten di antara mereka yang percaya maupun tidak percaya.

3. Hubungan Gembala Sidang dengan Jemaat

Kriteria berikutnya untuk seorang gembala sidang yang efektif adalah hubungannya dengan jemaat. Mengetahui, dipercayai, menjadi teladan, dan mengintegrasikan jemaat ke dalam hidup gembala adalah indikator dalam dimensi ini.

Dalam Yohanes 10:3, gembala memanggil setiap domba dengan namanya, menunjukkan keakraban yang mendalam. Seorang gembala sidang yang baik harus mengenal dan memperlakukan setiap jemaat dengan unik, memahami tantangan individu mereka. Ini melampaui pengenalan yang dangkal untuk pemahaman mendalam terhadap perjuangan individu dalam jemaat.

Kepercayaan ditekankan dalam Yohanes 10:4, di mana domba mengikuti gembala karena mereka mengenal suaranya. Seorang gembala sidang yang baik harus dapat dipercayai oleh jemaat untuk membimbing mereka secara efektif. Kepercayaan dibangun melalui tindakan konsisten yang sejalan dengan kata-kata gembala.

Menjadi teladan ditekankan dalam Yohanes 10:4, di mana gembala berjalan di depan, dan domba mengikuti. Seorang gembala sidang yang baik memimpin dengan teladan, menetapkan jalan yang dengan senang hati diikuti jemaat. Dampak hidup teladan seorang gembala terhadap pertumbuhan gereja dijelaskan dalam penelitian Santo dan Simanjuntak.

Integrasi ke dalam hidup gembala diimplikasikan dalam Yohanes 10:14, di mana istilah kepemilikan menunjukkan hubungan yang erat antara gembala dan domba-domba. Seorang gembala sidang yang baik seharusnya merasa kehilangan jika ada jemaat yang tidak hadir, menunjukkan hubungan perlindungan. Kedekatan ini terbentuk ketika gembala menganggap jemaat sebagai bagian integral dari hidup mereka.

4. Pelayanan Gembala Sidang

Kriteria keempat bagi seorang gembala sidang yang efektif adalah pelayanannya. Memahami dan mematuhi prosedur, menghindari kepentingan pribadi, dan memiliki visi untuk membimbing jemaat adalah indikator kunci dalam dimensi ini.

Dalam Yohanes 10:1, gembala masuk melalui pintu, menghormati prosedur yang telah ditetapkan. Demikian pula, seorang gembala sidang yang baik menghormati dan mengikuti aturan dan struktur gereja, mengakui pentingnya keteraturan dan tata kelola.

Menghindari kepentingan pribadi ditekankan dalam Yohanes 10:1 dan 10:10, menggambarkan pencuri dan perampok yang mencari keuntungan pribadi. Seorang gembala sidang yang baik harus memprioritaskan kesejahteraan jemaat di atas ambisi pribadi, menghindari tindakan yang mengorbankan keamanan dan pertumbuhan kawanan.

Baca Juga: Eksposisi Yohanes 10:1-18 (Pintu Dan Gembala Yang Baik)

Memiliki visi dijelaskan dalam Yohanes 10:10b, di mana tujuan gembala adalah kehidupan yang berlimpah bagi domba-domba. Seorang gembala sidang yang baik seharusnya memiliki visi yang jelas untuk pertumbuhan dan kesejahteraan jemaat. Kehadirannya tidak boleh tanpa arah; sebaliknya, itu harus didorong oleh visi yang bermakna untuk jemaat.

Sebagai kesimpulan, kepemimpinan gereja yang efektif memerlukan seorang gembala dengan kedalaman rohani, karakter yang teladan, hubungan yang kuat dengan jemaat, dan pola pikir pelayanan yang berdedikasi. Seorang gembala yang mewujudkan kriteria ini memupuk komunitas yang berkembang dan diberkahi secara rohani.
Next Post Previous Post