AMSAL 4:20-27 - DIDIKAN ORANGTUA

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : AMSAL 4:20-27. DIDIKAN ORANGTUA.

Setelah memperingatkan kita supaya tidak berbuat jahat, di sini Salomo mengajari kita untuk berbuat baik. Tidak cukup bagi kita untuk menutup peluang dosa saja, tetapi kita juga harus belajar cara-cara menjalankan kewajiban kita.
AMSAL 4:20-27 - DIDIKAN ORANGTUA
[I]. Kita harus selalu mengindahkan firman Allah dan berusaha supaya firman itu selalu siap kita amalkan.

1. Ucapan-ucapan hikmat harus menjadi pedoman yang mengatur kita, menjadi pengawas yang memperingatkan kita akan kewajiban dan marabahaya. Karena itu,

(a). Kita harus siap menerimanya: “Arahkanlah telingamu kepada ucapan-ucapan itu (Amsal 4:20). Tundukkanlah dirimu dengan rendah hati di hadapannya, dan dengarkanlah dengan tekun.” 

Mendengarkan firman Allah dengan baik menandakan bahwa pekerjaan anugerah telah dimulai di dalam hati dan itu merupakan sarana yang bagus untuk melanjutkan pekerjaan tersebut. Orang yang mengarahkan telinga untuk mengenal nasihat-nasihat itu diharapkan untuk menjalankan kewajiban mereka.

(b). Kita harus memeliharanya dengan saksama (Amsal 4:21). Kita harus menempatkannya di hadapan kita sebagai pedoman kita: “Janganlah semuanya itu menjauh dari matamu. Periksalah, tinjau ulang lagi, dan dalam segala hal berusahalah untuk berjalan sesuai dengannya.” Kita harus menanamkannya di dalam diri kita sebagai asas yang utama, yang pengaruhnya memerintah atas seluruh diri kita: “Simpanlah itu di lubuk hatimu, sebagai harta kesayanganmu, yang engkau takut bila itu hilang.” Biarlah firman Allah dituliskan di hati kita, dan apa yang tertulis di sana akan tinggal tetap.

2. Alasan mengapa kita harus mengutamakan perkataan hikmat adalah karena perkataan itu akan menjadi makanan dan kesembuhan bagi kita, seperti pohon kehidupan (Wahyu 22:2; Yehezkiel 47:12). Orang-orang yang mencari dan menemukannya, yang menemukan dan memeliharanya, akan mendapati di dalamnya,

(a). Makanan. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya (Amsal 4:22). Sebagaimana kehidupan rohani dibangun oleh firman yang menjadi alatnya, begitu pula kehidupan itu masih ditumbuh-kembangkan dan dipelihara oleh firman yang sama. Kita tidak dapat hidup tanpanya. Dalam iman, kita dapat hidup oleh karenanya.

(b). Kesembuhan. Perkataan hikmat itu merupakan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka, manusia seutuhnya, baik jiwa maupun raga. Perkataan hikmat itu membantu keduanya di dalam keadaan yang sukar. Perkataan hikmat itu merupakan kesembuhan bagi seluruh tubuh (begitulah menurut Septuaginta). Dengannya ada kesembuhan yang cukup untuk memulihkan dunia yang sakit ini. 

Perkataan hikmat itu adalah obat bagi seluruh tubuh mereka (begitulah kalimat aslinya), bagi segala kebejatan mereka, sebab mereka disebut daging oleh karena kedukaan mereka yang bagaikan duri di dalam daging. Di dalam firman Allah ada obat yang cocok untuk menyembuhkan semua penyakit rohani kita.

[II]. Kita harus mengawasi dan mengekang segala sikap diri kita (Amsal 4:23). Di sini terdapat:

1). Kewajiban besar yang dituntut oleh hukum hikmat supaya kita memperoleh hikmat dan memeliharanya: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan. Allah, yang memberi kita jiwa, juga menyertakan tugas yang ketat mengenainya: Laki-laki ataupun perempuan, waspadalah dan berhati-hatilah (Ulangan 4:9). Kita harus mempertahankan semangat yang menyala-nyala untuk menjaga diri kita, dan berjaga-jaga dengan ketat, mengawasi jalan-jalan yang ditempuh jiwa kita.

Jagalah hati kita supaya tidak melukai dan dilukai, supaya tidak dicemari dosa atau dikacaukan oleh kesukaran. Jagalah hati kita seperti permata, seperti kebun anggur kita. Peliharalah hati nurani supaya tidak tercemar, jauhi pikiran-pikiran yang buruk, pertahankanlah pikiran-pikiran yang baik, kobarkan kasihmu terhadap hal-hal yang baik dalam batas-batas yang semestinya. 

Jagalah baik-baik (begitulah kalimat aslinya). Ada banyak cara untuk menjaga sesuatu, yaitu dengan ketekunan, dengan kekuatan, dengan meminta bantuan, dan kita harus memakai semuanya untuk menjaga hati kita. Oleh karena hati itu begitu licik (Yeremia 17:9), semuanya itu sebetulnya belumlah cukup. Atau dengan sangat baik-baik.

Kita harus menjaga hati kita dengan lebih tekun dan saksama, lebih daripada menjaga hal-hal lainnya. Kita harus menjaga mata kita (Ayub 31:1), menjaga lidah kita (Mazmur 34:14), menjaga kaki kita (Pengkhotbah 5:1), tetapi, lebih dari semua itu, kita harus menjaga hati kita.

2. Alasan baik untuk memelihara hati, yaitu karena dari situlah terpancar kehidupan. Dari hati yang dijaga dengan baik mengalirlah hal-hal yang hidup, buah-buah yang baik bagi kemuliaan Allah dan peneguhan orang lain. Atau, secara umum, segala tindakan kehidupan memancar dari dalam hati, dan karena itulah, memeliharanya berarti mengokohkan pohon dan memulihkan sumber airnya. Hidup kita akan teratur atau kacau, nyaman atau tidak nyaman, sesuai dengan keadaan hati kita, apakah terpelihara atau terlantar.

[III]. Kita harus mengendalikan mulut kita supaya tidak menyinggung orang lain dengan lidah kita (Amsal 4: 24): Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. Karena sifat asal hati kita itu cemar, maka dari dalamnya dapat muncul banyak sekali perkataan yang cemar, dan karena itulah kita harus merasa sangat gentar dan benci terhadap segala perkataan jahat, kutukan, sumpah serapah, kebohongan, fitnah, gertakan, kenajisan dan percakapan yang sia-sia, yang datang dari mulut serong dan bibir dolak-dalik.

Mulut dan bibir yang seperti itu tidak sudi tunduk kepada akal sehat maupun agama, malahan menentang keduanya, dan keduanya merupakan hal yang jelek dan tidak diinginkan di hadapan Allah, sama menjijikkannya seperti mulut cacat dalam pandangan manusia. Kita harus menjauhkan segala macam dosa lidah, sejauh-jauhnya dari kita, melalui kesiagaan dan tekad yang kuat, dengan cara menghindari segala perkataan buruk dan tidak mau mengenal perkataan seperti itu.

[IV]. Kita harus berjanji mengenai mata kita sendiri: “Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tetap ke mukamu (Amsal 4:25). Biarlah matamu terarah dan tidak mengembara. Biarlah matamu tidak berkelana ke segala hal yang menampakkan diri, sebab jika begitu, matamu akan disesatkan dari hal baik dan dijebak dalam kejahatan. Berhentilah memandang kesia-siaan. Biarlah matamu menjadi utuh dan tidak terbagi-bagi. Biarlah maksudmu tulus dan tidak berubah-ubah, dan janganlah melirik ke jalan yang menyimpang.”


Kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Guru kita, dan berawas-awas supaya kita tetap mengikuti Dia. Arahkan mata kita kepada pedoman kita dan taatilah. Arahkan pandangan kita kepada tanda kita, upah panggilan agung kita, dan arahkanlah semuanya itu kepada hal tersebut. ‘Oculum in metam’ – Mata terarah ke tujuan.

[V]. Kita harus hati-hati dalam segala tindakan kita (Amsal 4:26): Tempuh-lah jalan yang rata, dan pertimbangkanlah (begitulah kata aslinya). “Letakkanlah firman Allah di satu sisi timbangan, dan apa yang telah engkau lakukan, atau apa yang akan engkau lakukan, di sisi yang satunya lagi, dan lihatlah bagaimana perbandingan di antara keduanya. Bersikap baik dan cermatlah dalam meninjau apakah jalanmu baik di hadapan Allah dan apakah jalan itu akan berakhir baik.”

Kita harus mempertimbangkan jalan yang telah kita lalui dan menyelidiki apa yang telah kita lakukan, juga jalan yang sekarang sedang kita tempuh, apa yang sedang kita kerjakan, ke mana kita melangkah, dan lihatlah apakah kita telah berjalan dengan cermat. Kita harus memper-timbangkan apa saja kewajiban kita dan kesukarannya, apa saja keuntungan dan tantangan dari jalan kita, supaya kita bisa berlaku dengan tepat. “Janganlah terburu-buru bertindak.”

[VI]. Kita harus berlaku teguh, cermat dan tidak berubah-ubah.

“Hendaklah tetap segala jalanmu (Amsal 4:26) dan jangan goyah di dalamnya seperti orang yang bercabang pendirian. Janganlah berhenti di persimpangan jalan, melainkan teruslah melangkah dengan taat. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, sebab ada kesalahan dalam keduanya, dan Iblis mencapai tujuannya jika dia berhasil menyesatkan kita ke kiri ataupun ke kanan. Berhati-hatilah supaya jauh kakimu dari kejahatan. Berjaga-jagalah supaya jangan keluar dari batas, sebab di sana terdapat kejahatan, dan biarlah matamu memandang terus ke depan, supaya engkau memelihara jalan emas itu.” Orang-orang yang hendak bertindak bijaksana haruslah berjaga-jaga.
Next Post Previous Post