Peran Rohaniwan dan Jemaat dalam Pertumbuhan Gereja(Efesus 4:11-16)

Pendahuluan

Dalam pemahaman tugas rohaniwan dan peran jemaat, Surat Paulus kepada jemaat Efesus memberikan pandangan yang kaya akan anugerah dan tanggung jawab dalam gereja. Pada Efesus 4:11-16, Paulus merinci peran rohaniwan sebagai pemberi dan jemaat sebagai penerima serta pelaku pelayanan. Mari eksplorasi lebih lanjut bagaimana pemahaman ini dapat membentuk pertumbuhan gereja secara seimbang dan berkelanjutan
Peran Rohaniwan dan Jemaat dalam Pertumbuhan Gereja(Efesus 4:11-16)
Pengetahuan tentang Peran Rohaniwan (Efesus 4:11-12)

Peran rohaniwan, yang dijelaskan pada Efesus 4:11, seharusnya dipahami sebagai salah satu anugerah rohaniah yang ditekankan pada Efesus 4:7-10. Seperti halnya anugerah-anugerah lain, seperti rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, dan pengajar (4:11), semuanya adalah pemberian dan ketetapan dari Kristus (Efesus 4:7, "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus"). Kristus memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan siapa yang memiliki peran atau anugerah tertentu.

Menariknya, meskipun karunia sebagai rohaniwan adalah anugerah dari Kristus kepada rohaniwan, rohaniwan sendiri diberikan oleh Kristus kepada jemaat. Artinya, rohaniwan berperan sebagai penerima sekaligus anugerah dari Kristus kepada jemaat. Dengan kata lain, rohaniwan diberi untuk dapat memberi.

Dari lima jabatan rohani di Efesus  4:11, dua di antaranya sudah dibahas dalam surat ini. Paulus mengajarkan bahwa gereja "dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (2:20). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa karunia sebagai rasul dan nabi mungkin sudah tidak berlaku lagi, karena keduanya sangat terkait dengan pembentukan gereja pada abad ke-1. Konsep dasar ini tidak memberi ruang bagi generasi berikutnya untuk mengemban peran ini.

Meskipun rasul dan nabi memiliki posisi yang berbeda, semua jabatan rohani ini memiliki tugas utama yang sama. Berbeda dengan pandangan umum, Efesus 4:12 mengajarkan bahwa tugas utama rohaniwan bukanlah hanya melayani jemaat. Rohaniwan diberikan oleh Kristus kepada jemaat "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (LAI:TB).

Tugas rohaniwan dapat disimpulkan dalam satu kalimat: memperlengkapi orang-orang kudus (pros ton katartismon tōn hagiōn, artinya "untuk kelengkapan orang-orang kudus"). "Kelengkapan" (katartismos) mencerminkan sesuatu yang sempurna atau memadai untuk mencapai tujuan atau fungsi (KJV "the perfecting"). Ini adalah tugas utama seorang rohaniwan: mempersiapkan jemaat agar siap untuk tugas tertentu.

Penjelasan lebih lanjut tentang tugas ini diberikan pada Efesus 4:12b. Menurut teks Yunani, bagian ini terdiri dari dua frasa kata depan: untuk pekerjaan pelayanan (eis ergon diakonias) dan untuk pembangunan tubuh Kristus (eis oikodomēn tou sōmatos tou Christou). Karena kedua frasa ini tidak dihubungkan oleh kata sambung "dan" (kai), sebaiknya kita memahaminya secara bertingkat. Artinya, "untuk pekerjaan pelayanan" memiliki tujuan berikutnya, yaitu "untuk pembangunan tubuh Kristus." Jika semua elemen di ayat 12 digabungkan, kita mendapatkan gambaran bahwa rohaniwan bertugas untuk mempersiapkan jemaat agar mereka dapat melayani, sehingga seluruh tubuh Kristus akan terbangun.

Konsep ini menunjukkan kesalahan yang sering dilakukan oleh gereja-gereja. Mungkin diperlukan pertobatan massal. Rohaniwan yang hanya melayani jemaat tanpa mempersiapkan mereka tidak setia pada tugas utama mereka. Jemaat bukan hanya penerima pelayanan, tetapi juga subjek yang berpartisipasi. Pelayanan bukan hanya panggung untuk mencari pengakuan, melainkan sarana untuk membangun tubuh Tuhan. Ini bukanlah tentang aktualisasi diri, melainkan pemberian diri.

Peran Jemaat dalam Pelayanan (Efesus 4:13-16)

Bagian ini menjelaskan bagian terakhir dari Efesus 4:12b (untuk pembangunan tubuh Kristus). Apa indikator pertumbuhan gereja? Bagaimana kita dapat tumbuh dengan baik?

Indikator pertumbuhan yang ditekankan oleh Paulus lebih bersifat kualitatif (Efesus 4:13 "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus"). Paulus tidak menolak pertumbuhan kuantitatif, tetapi sedang menekankan aspek kualitatif.

Dari indikator pertumbuhan pada Efesus 4:13, terlihat bahwa pertumbuhan yang diinginkan oleh Tuhan harus seimbang: mencakup pengetahuan (Efesus 4:13a) dan karakter ( Efesus 4:13b). Pengenalan yang dimaksud tidak hanya intelektual ("iman dan pengetahuan yang benar"), tetapi juga personal ("kepenuhan Kristus"). Teologi bukan hanya teori, tetapi harus dihayati. Keselarasan antara akal, hati, dan tindakan harus ada. Tanpa itu, pertumbuhan tidak mencapai harapan.

Keseimbangan tersebut tidak mengurangi penekanan Paulus pada aspek doktrinal. Kata "iman" pada ayat 13 bukan hanya merujuk pada perasaan, tetapi pada ajaran (versi Inggris "the faith"). Ini ditegaskan dengan adanya artikel di depan kata "iman" dan hubungannya dengan "pengetahuan yang benar." Selain itu, bahaya yang dihadapi pada ayat 14 adalah ajaran sesat. Meskipun guru-guru palsu juga mengajarkan gaya hidup tidak bermoral, bahaya utama terletak pada ajaran mereka. Pertumbuhan doktrinal yang baik (ayat 13) dapat melindungi dari bahaya kesesatan (Efesus 4:14).

Bagaimana mencapai pertumbuhan seimbang? Cara pertama dijelaskan pada Efesus 4:15: "dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." Dalam teks Yunani, frasa "dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih" menjelaskan "kita bertumbuh...". Sayangnya, terjemahan LAI:TB di sini kurang jelas. Seharusnya frasa ini diterjemahkan sebagai "dengan menyatakan kebenaran dalam kasih" (alētheuontes en agapē, seperti mayoritas versi Inggris).

Pertumbuhan seimbang hanya bisa tercapai jika cara yang digunakan juga seimbang. Kita harus berani menyatakan kebenaran, tetapi juga melakukannya dengan kasih. Akal budi dan hati harus bersinergi. Jangan menyuarakan kebenaran dengan cara yang tidak benar. Demikian pula, jangan menunjukkan kebaikan hingga kita tidak berani menyatakan kebenaran.

Cara kedua dijelaskan pada Efesus 4:16. Teks Yunani pada bagian ini kompleks, dan terjemahannya bervariasi di berbagai versi. Meskipun begitu, intinya cukup jelas. Pertumbuhan terjadi bukan hanya karena terhubung dengan Kristus sebagai Kepala, tetapi juga karena setiap anggota memainkan perannya. Dalam konteks ini, terjemahan NIV dan NLT cukup membantu: "ketika setiap bagian melakukan pekerjaannya" (as each part does its work atau its own special work).

Semua upaya rohaniwan untuk mempersiapkan jemaat akan sia-sia jika jemaat sendiri tidak mau memainkan peran masing-masing. Setiap orang memiliki tempat khusus dalam tubuh Kristus sesuai dengan jabatan dan karunia yang diberikan oleh Tuhan. Tidak ada ruang untuk "pengangguran" rohaniah di rumah Tuhan. Jika seseorang tidak berkontribusi, dia berhutang kepada banyak orang. Banyak potensi yang terhambat karena kurangnya keterlibatan dan semangat berkontribusi. Gereja banyak yang merosot karena kehilangan bakat-bakatnya.

Baca Juga: Pentingnya Pertumbuhan Gereja (Efesus 4:13-14)

Jika komunitas Kristen ingin terus berkembang, reproduksi rohani harus direncanakan dan dilakukan secara sengaja. Sekadar berharap tanpa tindakan tidak akan membawa perubahan yang signifikan. Setiap bagian, baik rohaniwan maupun anggota jemaat, harus melaksanakan perannya dengan sungguh-sungguh. Meski Kristus telah naik ke surga dan memberikan banyak karunia (Efesus 4:7-10), setiap elemen gereja juga perlu menggunakan karunia-karunia tersebut dengan setia (Efesus 4:11-16). Hanya dengan cara itulah gereja akan tumbuh sejalan dengan Kristus sebagai Kepala (Efesus 4:16)

Kesimpulan

Pemahaman Peran rohaniwan dan peran aktif jemaat dalam Surat Paulus kepada jemaat Efesus 4:11-16 menyoroti esensi kolaborasi yang seimbang dalam pertumbuhan gereja. Pemberian anugerah oleh Kristus kepada rohaniwan sebagai pemimpin pelayanan tidak hanya berfungsi sebagai pelayan tetapi juga sebagai penyedia alat untuk memperlengkapi jemaat. Terlebih lagi, peran aktif jemaat sebagai pelaku pelayanan dan kontributor dalam pembangunan tubuh Kristus menjadi kunci pertumbuhan gereja yang seimbang dan berdampak positif. Oleh karena itu, kolaborasi antara rohaniwan dan jemaat menjadi fondasi penting untuk menghasilkan gereja yang berkembang dan mencerminkan kepemimpinan Kristus sebagai Kepala.
Next Post Previous Post