Ibadah Sejati berdasarkan Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, f supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)
Konsep Ibadah Sejati
Konsep ibadah sejati yang dimaksudkan dalam Roma 12:1 memperbandingkan Perjanjian Lama di mana orang-orang Yahudi memberikan persembahan kepada Tuhan dalam bentuk korban-korban bakaran. Akan tetapi, orang-orang Kristen dinasihatkan oleh Paulus untuk mempersembahkan tidak yang di luar tubuh melainkan mempersembahkan tubuh itu sendiri sebagai korban yang hidup, kudus, dan layak di hadapan Tuhan.
Konsep ibadah sejati yang dimaksudkan dalam Roma 12:1 memperbandingkan Perjanjian Lama di mana orang-orang Yahudi memberikan persembahan kepada Tuhan dalam bentuk korban-korban bakaran. Akan tetapi, orang-orang Kristen dinasihatkan oleh Paulus untuk mempersembahkan tidak yang di luar tubuh melainkan mempersembahkan tubuh itu sendiri sebagai korban yang hidup, kudus, dan layak di hadapan Tuhan.
Mempersembahkan yang Hidup
Hal pertama yang sangat jelas adalah mempersembahkan yang hidup dan bukan yang mati. Kata "mempersembahkan tubuh" berkaitan dengan Kristus yang mempersembahkan diri-Nya untuk penebusan dosa manusia, demikian juga orang-orang percaya hendaknya mempersembahkan tubuhnya kepada Allah. Kualitas persembahan ini dijelaskan pada kata-kata berikutnya yang berbunyi "yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah".
Kata "yang hidup" dikaitkan dengan persembahan ritual dalam Perjanjian Lama, yang mempersembahkan korban hewan yang mati, maka kita mempersembahkan tubuh kita, diri kita untuk melayani Tuhan. Persembahan tubuh kita harus kudus, sama seperti persembahan korban-korban yang pantas, yang tidak bercacat-cela. Kudus merupakan suatu persembahan rohani yang dikhususkan bagi Allah.
Hal pertama yang sangat jelas adalah mempersembahkan yang hidup dan bukan yang mati. Kata "mempersembahkan tubuh" berkaitan dengan Kristus yang mempersembahkan diri-Nya untuk penebusan dosa manusia, demikian juga orang-orang percaya hendaknya mempersembahkan tubuhnya kepada Allah. Kualitas persembahan ini dijelaskan pada kata-kata berikutnya yang berbunyi "yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah".
Kata "yang hidup" dikaitkan dengan persembahan ritual dalam Perjanjian Lama, yang mempersembahkan korban hewan yang mati, maka kita mempersembahkan tubuh kita, diri kita untuk melayani Tuhan. Persembahan tubuh kita harus kudus, sama seperti persembahan korban-korban yang pantas, yang tidak bercacat-cela. Kudus merupakan suatu persembahan rohani yang dikhususkan bagi Allah.
Tindakan Mempersembahkan
Kata "mempersembahkan" dalam terjemahan aslinya menggunakan kata παραστῆσαι suatu bentuk kata kerja aktif infinitif aoris, dari akar kata yaitu παρίστημι yang memiliki arti yaitu to be present, stand by (hadir, bersiap). Sehingga penulis menyimpulkan bahwa kata παρίστημι memiliki arti yaitu suatu tindakan aktif dari seorang individu untuk menyediakan atau menghadirkan atau membuat sesuatu tersedia dengan memiliki tujuan penyediaan itu kepada subyek lain yang dihormati tanpa mengubah kepemilikan dari "persembahan" yang disediakan tersebut.
Kata yang digunakan untuk menunjukkan sebuah objek yang dipersembahkan yaitu "tubuh" yang dalam bahasa Yunani dituliskan dengan kata σώματα yang merupakan kata benda jamak yang bergender netral dari kata dasar σώμα yang memiliki arti "body, living body, physical body" (tubuh, tubuh yang hidup, tubuh jasmani).
Kata "mempersembahkan" dalam terjemahan aslinya menggunakan kata παραστῆσαι suatu bentuk kata kerja aktif infinitif aoris, dari akar kata yaitu παρίστημι yang memiliki arti yaitu to be present, stand by (hadir, bersiap). Sehingga penulis menyimpulkan bahwa kata παρίστημι memiliki arti yaitu suatu tindakan aktif dari seorang individu untuk menyediakan atau menghadirkan atau membuat sesuatu tersedia dengan memiliki tujuan penyediaan itu kepada subyek lain yang dihormati tanpa mengubah kepemilikan dari "persembahan" yang disediakan tersebut.
Kata yang digunakan untuk menunjukkan sebuah objek yang dipersembahkan yaitu "tubuh" yang dalam bahasa Yunani dituliskan dengan kata σώματα yang merupakan kata benda jamak yang bergender netral dari kata dasar σώμα yang memiliki arti "body, living body, physical body" (tubuh, tubuh yang hidup, tubuh jasmani).
Kata ini secara langsung dapat diterjemahkan sebagai "tubuh", akan tetapi kata ini memiliki arti yang lebih mendalam di mana apa yang Paulus perintahkan kepada pembaca surat Roma ini adalah mempersembahkan "tubuh" yang hidup di mana tubuh yang hidup adalah tubuh yang menghasilkan sesuatu untuk kepentingan subyek yang diberi persembahan ini.
Arti Kekudusan
Kata ἁγίαν merupakan kata sifat feminin dari akar kata ἅγιος yang memiliki arti "holy, morally pure, upright, consecrated, set apart to God or by God" (suci, moral murni, sempurna, dikuduskan, ditetapkan untuk Allah atau oleh Allah). Dengan demikian kata ἁγίαν ini memiliki fungsi menerangkan objek yang ada sebelum kata sifat ini yang berarti "suatu hal (tubuh) yang suci, kudus, sempurna yang telah dikuduskan oleh Allah dan diperuntukkan kembali kepada Allah".
Penggunaan kata ἅγιος dalam Perjanjian Baru menunjukkan suatu objek yang dikagumi. Kata sifat ini berarti "clean" atau bersih. Kekudusan dari kata ini merupakan kekudusan yang absolut yaitu kekudusan yang terbaik (superlatif). Hal itu dikarenakan kekudusan tersebut dipersembahkan kepada Allah Maha Kudus.
Kata ἁγίαν merupakan kata sifat feminin dari akar kata ἅγιος yang memiliki arti "holy, morally pure, upright, consecrated, set apart to God or by God" (suci, moral murni, sempurna, dikuduskan, ditetapkan untuk Allah atau oleh Allah). Dengan demikian kata ἁγίαν ini memiliki fungsi menerangkan objek yang ada sebelum kata sifat ini yang berarti "suatu hal (tubuh) yang suci, kudus, sempurna yang telah dikuduskan oleh Allah dan diperuntukkan kembali kepada Allah".
Penggunaan kata ἅγιος dalam Perjanjian Baru menunjukkan suatu objek yang dikagumi. Kata sifat ini berarti "clean" atau bersih. Kekudusan dari kata ini merupakan kekudusan yang absolut yaitu kekudusan yang terbaik (superlatif). Hal itu dikarenakan kekudusan tersebut dipersembahkan kepada Allah Maha Kudus.
Menyenangkan Allah
Kata terakhir yang digunakan Paulus untuk menerangkan arti dari persembahan adalah "yang berkenan kepada Allah". Dalam terjemahan bahasa Indonesia, kata "yang berkenan kepada Allah" merupakan suatu tindakan yang menyenangkan seseorang. Dalam hal ini Paulus ingin menekankan bahwa dalam sebuah ibadah, orang-orang percaya yang telah mempersembahkan tubuh harus memiliki tujuan yang absolut yaitu mengambil sebuah tindakan yang menyenangkan Tuhan. Dalam konteks Perjanjian Baru, kata ini selalu digunakan sebagai suatu tujuan hidup orang Kristen atau orang percaya. Dan dalam hal ini, objek yang disenangkan oleh subyek adalah Allah.
Dapat disimpulkan bahwa persembahan tubuh dari orang Kristen atau orang percaya adalah sebuah tindakan menyenangkan Allah. Persembahan tubuh yang hidup dan yang kudus juga merupakan tindakan yang menyenangkan Allah. Menyenangkan Allah berarti membangun sebuah hubungan baik dengan Allah. Sudah seharusnya orang Kristen menyenangkan hati Allah dalam setiap ibadah yang dilakukannya.
Jadi, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah adalah esensi dari ibadah sejati bagi orang percaya. Ini bukanlah sekadar ritual, tetapi merupakan tindakan yang menunjukkan kasih kita kepada Tuhan.
Kata terakhir yang digunakan Paulus untuk menerangkan arti dari persembahan adalah "yang berkenan kepada Allah". Dalam terjemahan bahasa Indonesia, kata "yang berkenan kepada Allah" merupakan suatu tindakan yang menyenangkan seseorang. Dalam hal ini Paulus ingin menekankan bahwa dalam sebuah ibadah, orang-orang percaya yang telah mempersembahkan tubuh harus memiliki tujuan yang absolut yaitu mengambil sebuah tindakan yang menyenangkan Tuhan. Dalam konteks Perjanjian Baru, kata ini selalu digunakan sebagai suatu tujuan hidup orang Kristen atau orang percaya. Dan dalam hal ini, objek yang disenangkan oleh subyek adalah Allah.
Dapat disimpulkan bahwa persembahan tubuh dari orang Kristen atau orang percaya adalah sebuah tindakan menyenangkan Allah. Persembahan tubuh yang hidup dan yang kudus juga merupakan tindakan yang menyenangkan Allah. Menyenangkan Allah berarti membangun sebuah hubungan baik dengan Allah. Sudah seharusnya orang Kristen menyenangkan hati Allah dalam setiap ibadah yang dilakukannya.
Jadi, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah adalah esensi dari ibadah sejati bagi orang percaya. Ini bukanlah sekadar ritual, tetapi merupakan tindakan yang menunjukkan kasih kita kepada Tuhan.