Keajaiban Abraham: Bapa Iman dan Janji Allah
Pendahuluan:
Abraham, tokoh penting dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, dikenal sebagai bapa iman yang dipercaya oleh banyak orang sebagai contoh kesetiaan kepada Tuhan. Kisah hidupnya yang luar biasa penuh dengan perjalanan iman, janji Allah, dan teladan ketaatan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal usul Abraham, panggilan Allah kepadanya, serta janji-janji besar yang diberikan Allah kepadanya.
Asal Usul Abraham:
Abraham, keturunan ke-10 dari Nuh melalui Sem, lahir 352 tahun setelah Banjir Besar, sekitar tahun 2018 SM. Meskipun namanya pertama kali disebutkan di antara tiga putra Terah dalam Kejadian 11:26, dia bukan anak sulung. Alkitab menyatakan bahwa Terah berusia 70 tahun ketika putranya yang pertama lahir, dan Abraham lahir 60 tahun kemudian ketika ayahnya, Terah, berusia 130 tahun (Kejadian 11:32; 12:4).
Abraham, tokoh penting dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, dikenal sebagai bapa iman yang dipercaya oleh banyak orang sebagai contoh kesetiaan kepada Tuhan. Kisah hidupnya yang luar biasa penuh dengan perjalanan iman, janji Allah, dan teladan ketaatan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal usul Abraham, panggilan Allah kepadanya, serta janji-janji besar yang diberikan Allah kepadanya.
Asal Usul Abraham:
Abraham, keturunan ke-10 dari Nuh melalui Sem, lahir 352 tahun setelah Banjir Besar, sekitar tahun 2018 SM. Meskipun namanya pertama kali disebutkan di antara tiga putra Terah dalam Kejadian 11:26, dia bukan anak sulung. Alkitab menyatakan bahwa Terah berusia 70 tahun ketika putranya yang pertama lahir, dan Abraham lahir 60 tahun kemudian ketika ayahnya, Terah, berusia 130 tahun (Kejadian 11:32; 12:4).
Abraham terdaftar pertama di antara putra-putra ayahnya karena kesetiaannya yang luar biasa dan ketenarannya dalam Alkitab. Ini adalah tradisi yang diikuti dalam kaitan dengan beberapa pria beriman yang menonjol lainnya, seperti Sem dan Ishak (Kejadian 5:32; 11:10; 1 Tawarikh 1:28).
Abraham: Bapa Iman
Abraham, yang awalnya bernama Abram, adalah anak Terah (Kejadian 11:26-27) dan suami dari Sarai (Kejadian 11:29). Perjanjian antara Allah dan Abraham dicatat dan diuraikan dalam Kitab Kejadian (Kejadian 12:1-3; 13:14-17; 15:1-21; 17:1-27; 22:15-18; Keluaran 2:24; Nehemia 9:8; Mazmur 105:1-45; Mikha 7:20; Lukas 1:68-75; Roma 4:1-25; Ibrani 6:13-15).
Abraham, yang awalnya bernama Abram, adalah anak Terah (Kejadian 11:26-27) dan suami dari Sarai (Kejadian 11:29). Perjanjian antara Allah dan Abraham dicatat dan diuraikan dalam Kitab Kejadian (Kejadian 12:1-3; 13:14-17; 15:1-21; 17:1-27; 22:15-18; Keluaran 2:24; Nehemia 9:8; Mazmur 105:1-45; Mikha 7:20; Lukas 1:68-75; Roma 4:1-25; Ibrani 6:13-15).
Abraham kemudian dipanggil keluar dari Ur, melalui Haran, ke Kanaan (Kejadian 12:1; Kisah Para Rasul 7:2-4; Ibrani 11:8-10).
Tanakh menggambarkan Abraham sebagai sosok yang rendah hati (Kej. 13:1-10), penuh belas kasihan (Kejadian 18:16-33), dan teladan dalam penerima tamu (Kejadian 18:1-8). Tradisi Yahudi memuliakannya sebagai sosok legendaris, menggambarkan semua kebajikan (bdk. Yesus bin Sirakh 44:19, "Tidak ada yang setara dengan kemuliaannya"). Abraham memiliki empat signifikansi bagi bangsa Yahudi.
Pertama, dia adalah orang pertama yang percaya kepada satu Tuhan dan menyebarkan ajaran itu.
Kedua, dia teladan ketaatan sempurna kepada Tuhan. Talmud menggambarkan Abraham mematuhi seluruh hukum Taurat, meskipun hukum Taurat baru muncul pada masa Musa, jauh setelah hidup Abraham.
Tanakh menggambarkan Abraham sebagai sosok yang rendah hati (Kej. 13:1-10), penuh belas kasihan (Kejadian 18:16-33), dan teladan dalam penerima tamu (Kejadian 18:1-8). Tradisi Yahudi memuliakannya sebagai sosok legendaris, menggambarkan semua kebajikan (bdk. Yesus bin Sirakh 44:19, "Tidak ada yang setara dengan kemuliaannya"). Abraham memiliki empat signifikansi bagi bangsa Yahudi.
Pertama, dia adalah orang pertama yang percaya kepada satu Tuhan dan menyebarkan ajaran itu.
Kedua, dia teladan ketaatan sempurna kepada Tuhan. Talmud menggambarkan Abraham mematuhi seluruh hukum Taurat, meskipun hukum Taurat baru muncul pada masa Musa, jauh setelah hidup Abraham.
Ketiga, dia adalah teladan iman yang teguh meski menghadapi sepuluh cobaan.
Keempat, sebagai balasan atas kesalehannya, dia dianggap sebagai sahabat Allah.
Melalui Abraham, "semua kaum di bumi akan mendapat berkat" (Kejadian 12:3), dan dia menjadi "bapa dari banyak bangsa" (Kejadian 17:4), "bapak termasyhur dari banyak bangsa." Namun, dalam tradisi Yahudi, Abraham dipahami secara eksklusif sebagai bapak bangsa Yahudi, baik secara fisik maupun spiritual, bukan bangsa-bangsa lain.
Panggilan Allah kepada Abraham
Panggilan Allah kepada Abraham bukan hanya perintah untuk meninggalkan negaranya, kerabat, dan rumah ayahnya menuju tanah yang akan ditunjukkan Allah kepadanya (Kejadian 12:1), tetapi juga sebuah perjanjian.
Panggilan Allah kepada Abraham bukan hanya perintah untuk meninggalkan negaranya, kerabat, dan rumah ayahnya menuju tanah yang akan ditunjukkan Allah kepadanya (Kejadian 12:1), tetapi juga sebuah perjanjian.
Perjanjian Allah dengan Abraham jelas tertulis dalam Kejadian 12:2-3: "Aku akan menjadikan engkau bangsa yang besar; Aku akan memberkati engkau dan membuat namamu besar; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang yang mengutuk engkau; dan olehmu semua kaum di bumi akan diberkati."
Janji akan Tanah
Janji utama dalam perjanjian ini adalah "tanah" yang akan ditunjukkan Allah kepadanya. Bahasa yang sama akan digunakan dalam konteks pengorbanan Ishak (Kejadian 22:2), merujuk kepada Gunung Moria, tempat Ishak akan dipersembahkan dan di mana Bait Suci Yerusalem akan dibangun (2 Tawarikh 3:1). Janji Allah bukan hanya tentang tanah fisik tetapi juga tentang keselamatan dunia. Ide ini ditegaskan kembali dalam janji Allah akan berkat bagi semua bangsa (Kejadian 12:2, 3).
Janji utama dalam perjanjian ini adalah "tanah" yang akan ditunjukkan Allah kepadanya. Bahasa yang sama akan digunakan dalam konteks pengorbanan Ishak (Kejadian 22:2), merujuk kepada Gunung Moria, tempat Ishak akan dipersembahkan dan di mana Bait Suci Yerusalem akan dibangun (2 Tawarikh 3:1). Janji Allah bukan hanya tentang tanah fisik tetapi juga tentang keselamatan dunia. Ide ini ditegaskan kembali dalam janji Allah akan berkat bagi semua bangsa (Kejadian 12:2, 3).
Kata kerja "memberkati," barakh, muncul lima kali dalam bagian ini. Proses berkat universal ini bekerja melalui "keturunan" Abram (Kejadian 22:18, Kejadian 26:4, Kejadian 28:14). Ayat-ayat ini merujuk kepada "keturunan," yang pada akhirnya akan terwujud dalam Yesus Kristus (Kis. 3:25).
Empat Berkat yang Dijanjikan kepada Abraham
Dalam panggilan Abraham (Kejadian 12:1-3), empat berkat dijanjikan oleh Allah kepadanya. Berkat-bertkat ini adalah:
Berkat Individual (Kejadian 12:2b): Berkat ini berisi janji harta kekayaan dan kemasyhuran yang Allah akan berikan kepada Abraham. Berkat ini bersyarat; membutuhkan iman dan ketaatan.
Berkat Teritorial (Kejadian 12:1): Janji teritorial ini membentuk hubungan dengan tanah yang akan menjadi milik Abraham dan keturunannya. Kepemilikan tanah ini akan menjadi milik mereka selamanya, seperti yang ditekankan dalam Kejadian 12:1-3.
Menjadi Bangsa yang Besar (Kejadian 12:2): Analogi yang digunakan untuk menjelaskan jumlah keturunan Abraham yang besar adalah seperti "debu tanah yang banyak" (Kejadian 13:16) dan "bintang di langit" (Kejadian 15:5). Namun, janji spesifik tentang menjadi bangsa yang besar akan terwujud dalam Daud dan keturunannya. Perjanjian ini kemudian diperluas dalam perjanjian Daud.
Berkat Terakhir yang Dijanjikan oleh Allah adalah "Berkat Spiritual." Allah akan menjadikan Abraham sebagai saluran berkat bagi semua bangsa di bumi. Ungkapan "melalui engkau semua kaum di bumi akan diberkati" (Kejadian 12:3c) menunjukkan tujuan dan keinginan Allah, di mana setiap orang merespons berkat Abraham tersebut.
Dalam panggilan Abraham (Kejadian 12:1-3), empat berkat dijanjikan oleh Allah kepadanya. Berkat-bertkat ini adalah:
Berkat Individual (Kejadian 12:2b): Berkat ini berisi janji harta kekayaan dan kemasyhuran yang Allah akan berikan kepada Abraham. Berkat ini bersyarat; membutuhkan iman dan ketaatan.
Berkat Teritorial (Kejadian 12:1): Janji teritorial ini membentuk hubungan dengan tanah yang akan menjadi milik Abraham dan keturunannya. Kepemilikan tanah ini akan menjadi milik mereka selamanya, seperti yang ditekankan dalam Kejadian 12:1-3.
Menjadi Bangsa yang Besar (Kejadian 12:2): Analogi yang digunakan untuk menjelaskan jumlah keturunan Abraham yang besar adalah seperti "debu tanah yang banyak" (Kejadian 13:16) dan "bintang di langit" (Kejadian 15:5). Namun, janji spesifik tentang menjadi bangsa yang besar akan terwujud dalam Daud dan keturunannya. Perjanjian ini kemudian diperluas dalam perjanjian Daud.
Berkat Terakhir yang Dijanjikan oleh Allah adalah "Berkat Spiritual." Allah akan menjadikan Abraham sebagai saluran berkat bagi semua bangsa di bumi. Ungkapan "melalui engkau semua kaum di bumi akan diberkati" (Kejadian 12:3c) menunjukkan tujuan dan keinginan Allah, di mana setiap orang merespons berkat Abraham tersebut.
Respon Abraham dengan Iman
Tuhan berjanji menjadikan Abraham bangsa yang besar dan berkat bagi semua bangsa. Dia percaya dan mengamini janji Allah. Itulah sebabnya dia pergi, meninggalkan keluarga dan tanah airnya menuju tanah yang tidak dia kenal, untuk hidup sepenuhnya di bawah bayangan janji itu.
Tuhan berjanji menjadikan Abraham bangsa yang besar dan berkat bagi semua bangsa. Dia percaya dan mengamini janji Allah. Itulah sebabnya dia pergi, meninggalkan keluarga dan tanah airnya menuju tanah yang tidak dia kenal, untuk hidup sepenuhnya di bawah bayangan janji itu.
Abraham merespons janji Allah dengan iman (Kejadian 15:6b), meskipun mungkin ada banyak pertanyaan dalam hatinya tentang bagaimana semuanya akan terpenuhi. Tetapi di sinilah titik pentingnya iman, yaitu percaya sesuatu sebagai kebenaran meskipun tidak bisa dicapai oleh pikiran manusia yang terbatas.
Kesimpulan,
Kesimpulan,
Kisah Abraham bukan hanya catatan sejarah tetapi juga perjalanan iman yang mendalam, ketaatan, dan pemenuhan janji Allah. Warisannya sebagai bapa iman terus mengilhami jutaan orang di seluruh dunia, menjadi simbol dari kepercayaan yang teguh terhadap rencana ilahi meskipun ada ketidakpastian. Melalui Abraham, kita belajar tentang kekuatan iman, ganjaran ketaatan, dan berkat universal yang datang dari hidup sesuai dengan kehendak Allah.