Amsal 13:1-13 - Wejangan-Wejangan Moral
Matthew Henry (1662 – 1714).
BAHASAN : Amsal 13:1-13 - Wejangan-Wejangan Moral
.
Amsal 13:1.“Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan.”
BAHASAN : Amsal 13:1-13 - Wejangan-Wejangan Moral
.
Amsal 13:1.“Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan.”
Di antara anak-anak dari orang tua yang sama, bukanlah hal baru jika sebagiannya bisa diharapkan, sementara yang lainnya justru kebalikan-nya. Sekarang di sini kita diajar untuk membedakan mereka.
1. Ada harapan besar bagi anak-anak yang memiliki rasa hormat terhadap orang tua mereka dan bersedia dinasihati dan diperingatkan oleh mereka. Bijaklah, dan akan menjadi jauh lebih bijak lagi, anak yang mendengarkan didikan ayahnya, yang berkeinginan untuk mendengarkannya, memperhatikannya, dan menurutinya, dan tidak hanya mendengarnya sekilas, masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri.
2. Hanya ada sedikit harapan bagi orang-orang yang bukan saja tidak mau mendengarkan hardikan dengan sabar, tetapi juga tidak sudi tunduk pada peraturan, dan mencemooh orang-orang yang masih bersedia memperhatikan mereka. Bagaimana orang bisa memperbaiki kesalahan jika ia sendiri tidak mau diberi tahu kesalahannya, dan malah menganggap musuh orang-orang yang mau berbuat baik seperti itu kepada mereka?
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:2.“Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, tetapi nafsu seorang pengkhianat ialah melakukan kelaliman.”
Perhatikanlah:
Perhatikanlah:
1. Jika apa yang keluar dari dalam lubuk hati adalah baik, dan dari perbendaharaan yang baik, maka ia akan berbalik dengan membawa keuntungan. Penghiburan dan kepuasan batin akan menjadi makanan sehari-hari. Bahkan, hal itu akan menjadi pesta yang abadi bagi orang-orang yang senang dengan perkataan yang baik untuk membangun .
2. Kekerasan yang dilakukan akan berbalik menimpa orang yang melakukannya: nafsu seorang pengkhianat yang menyimpan dan merancangkan kejahatan, dan melampiaskannya dengan perkataan dan perbuatan, ialah melakukan kelaliman. Perut mereka akan dipenuhi dengan kelaliman. Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan (Wahyu 18:6). Setiap orang akan meminum apa yang direbusnya, menelan apa yang dikatakannya. Karena menurut ucapan kita, kita akan dibenarkan atau dihukum (Matius 12:37). Buah yang kita hasilkan, itulah yang akan kita makan (Roma 6:21-22).
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:3.
“Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.”
“Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.”
Perhatikanlah:
1. Menjaga bibir berarti menjaga jiwa. Orang yang berhati-hati, yang berpikir dua kali sebelum berbicara satu kali, yang jika ada pikiran jahat menekapkan tangan pada mulutnya untuk menahannya, yang mengekang lidahnya kuat-kuat, dan menggenggam kekang itu erat-erat, ia memelihara nyawanya dari banyak kesalahan dan juga kesedihan. Dan ia menyelamatkan dirinya dari banyak celaan pahit terhadap dirinya sendiri, dan dari celaan-celaan orang lain terhadap dia.
2. Sudah banyak orang yang hancur karena lidah yang tidak dijaga: siapa yang lebar bibir, untuk mengeluarkan ‘quod in buccam venerit’ – apa saja yang ingin dikeluarkannya, yang suka menghardik, menyentak-nyentak, membuat keributan, dan berbicara dengan seenak-nya sehingga menentang Allah maupun manusia, ia akan ditimpa kebinasaan. Perbuatannya itu akan membinasakan nama baiknya, kepentingannya, penghiburannya, dan jiwanya untuk selama-lamanya (Yakobus 3:6).
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:4.“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.”
Inilah:
1. Kesengsaraan dan kehinaan si pemalas. Lihatlah betapa bodoh dan konyolnya mereka. Mereka menginginkan keuntungan-keuntungan yang didapat oleh orang rajin, tetapi mereka membenci jerih payah yang dilakukan orang rajin. Mereka mendambakan segala sesuatu yang bisa didambakan, tetapi tidak mau mengerjakan apa pun yang harus dikerja-kan. Oleh karena itu, sebagai akibatnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sebab, orang yang tidak mau bekerja akan kelaparan, dan janganlah ia makan (2 Tesalonika 3:10).
1. Kesengsaraan dan kehinaan si pemalas. Lihatlah betapa bodoh dan konyolnya mereka. Mereka menginginkan keuntungan-keuntungan yang didapat oleh orang rajin, tetapi mereka membenci jerih payah yang dilakukan orang rajin. Mereka mendambakan segala sesuatu yang bisa didambakan, tetapi tidak mau mengerjakan apa pun yang harus dikerja-kan. Oleh karena itu, sebagai akibatnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sebab, orang yang tidak mau bekerja akan kelaparan, dan janganlah ia makan (2 Tesalonika 3:10).
Keinginan si pemalas, yang seharusnya menggugah semangatnya, justru membuatnya tersiksa, yang seharusnya membuat dia sibuk, justru membuatnya selalu gelisah. Sebenarnya, semua itu justru merupakan kerja yang lebih keras daripada pekerjaan itu sendiri.
2. Kebahagiaan dan kehormatan orang yang rajin: hati mereka diberi kelimpahan. Mereka akan mendapatkan kelimpahan, dan akan menikmatinya dengan nyaman, dan dengan lebih nyaman lagi karena itu merupakan buah dari ketekunan mereka. Hal ini benar terutama dalam perkara-perkara rohani. Orang-orang yang hanya duduk malas membayangkan yang enak-enak tidak tahu akan keuntungan-keuntungan dari agama. Sedangkan orang-orang yang bersusah payah melayani Allah mendapatkan kesenangan maupun keuntungan darinya.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:5. “Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan diri.”
Perhatikanlah:
1. Apabila anugerah Allah bertakhta, dosa menjadi sesuatu yang menjijikkan. Adalah watak yang sudah tidak diragukan lagi pada setiap orang benar bahwa ia benci kepada dusta (maksudnya, semua dosa, sebab setiap dosa adalah dusta, dan khususnya semua penipuan dan kebohongan dalam perdagangan dan percakapan). Bukan saja ia tidak akan berdusta, tetapi juga ia membenci dusta, yang dilandasi dengan cinta kebenaran dan keadilan yang sudah berurat akar dan bertakhta di dalam dirinya dan dalam kepatuhannya terhadap Allah.
2. Apabila dosa bertakhta, maka orang menjadi menjijikkan. Jika kedua matanya dibuka dan hati nuraninya digugah, ia akan jijik kepada dirinya sendiri, ia akan membenci dirinya dan dengan menyesal duduk dalam debu dan abu . Namun bagaimanapun juga, ia menjijikkan bagi Allah dan semua orang baik. Terutama lagi, ia menjadikan dirinya menjijikkan dengan berdusta, yang lebih dibenci daripada apa pun. Dan, meskipun mungkin ia menyangka bisa menanganinya untuk sementara waktu, namun ia akan memburukkan diri dan terhina pada akhirnya, dan akan malu menunjukkan wajahnya (Daniel 12:2).
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:6.“Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.”
Lihatlah di sini:
1. Orang-orang kudus dilindungi dari kehancuran. Orang-orang yang saleh jalannya, yang berniat jujur dalam segala tindak-tanduk mereka, yang dengan kesadaran hati nurani taat pada aturan-aturan yang suci dan kekal tentang keadilan, yang dengan tulus hati berurusan baik dengan Allah maupun dengan manusia, kejujuran dan kesetiaan mereka akan menjagai mereka dari godaan-godaan Iblis, yang tidak akan menang atas mereka, dari celaan-celaan dan kejahatan-kejahatan orang fasik, yang tidak akan mencengkeram mereka, sehingga mereka tidak akan celaka (Mazmur 25:21).‘Hic murus aheneus esto, nil conscire sibi’. Jadikanlah kejujuran sebagai benteng pertahananmu yang kokoh berdiri tegar menjaga kemurnian hatinya
2. Orang-orang berdosa ditentukan untuk binasa. Kefasikan orang-orang fasik akan menjatuhkan mereka pada akhirnya, dan mereka terbelenggu di dalam kefasikan itu selagi mereka hidup. Dicelakah atau dihancurkankah mereka? Kefasikan mereka sendirilah yang mencela mereka, yang menghancurkan mereka. Mereka sendirilah yang akan menanggungnya.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:7.“Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”
Pengamatan ini bisa diterapkan:
[I]. Pada harta duniawi manusia. Dunia ini adalah suatu kebohongan besar, bukan hanya hal-hal dari dunia, melainkan juga manusia-manusia dunia. Semua manusia pembohong. Inilah contoh tentang dua kejahatan berat yang diperbuat di bawah matahari:
1. Sebagian orang yang sebenarnya miskin dipandang kaya, dan benar-benar disangka demikian. Mereka berbelanja dan menghabiskan uang seolah-olah mereka kaya, mereka sibuk ke sana kemari dan senang pamer ini itu seolah-olah mereka menyimpan harta karun, padahal mungkin, jika mereka harus melunasi semua utang mereka, harta mereka tidaklah sampai seribu rupiah. Ini adalah dosa, dan akan mendatangkan cela.
Oleh karena hal ini banyak orang menghancurkan keluarganya dan mendatangkan cela pada agama yang diakui di peluk-nya. Orang-orang yang hidup melebihi apa yang mereka miliki seperti itu memilih tunduk pada keangkuhan mereka sendiri dibandingkan pada pemeliharaan Allah, dan hidup mereka pun akan berakhir karena keangkuhan mereka itu.
2. Sebagian orang yang sebenarnya kaya dipandang miskin, dan benar-benar disangka demikian, karena mereka hidup kotor dan hina di bawah apa yang sudah diberikan Allah kepada mereka, dan lebih memilih memendamnya daripada menggunakannya (Pengkhotbah 6:1-2). Dalam hal ini terdapat perasaan tidak bersyukur kepada Allah, ketidakadilan terhadap keluarga dan sesama, dan kekikiran terhadap kaum miskin.
[II]. Pada keadaan rohani mereka. Anugerah adalah harta kekayaan jiwa. Itulah kekayaan yang sesungguhnya. Namun demikian, manusia biasanya salah memandang diri mereka sendiri, entah dengan sengaja atau karena kekeliruan dan ketidaktahuan mereka sendiri.
1. Ada banyak orang munafik yang lancang, yang sebenarnya miskin dan kosong dari anugerah, namun menganggap diri sendiri kaya, dan tidak mau diyakinkan akan kemiskinan mereka, atau berpura-pura menjadi kaya, dan tidak mau mengakui kemiskinan mereka.
2. Ada banyak orang Kristen yang penakut dan gemetar, yang kaya secara rohani dan penuh dengan anugerah, namun menganggap diri sendiri miskin, dan tidak mau diyakinkan bahwa mereka kaya, atau setidak-tidaknya, tidak mau mengakuinya. Dengan segala keraguan dan ketakutan mereka, segala keluhan dan kesedihan mereka, mereka menjadikan diri mereka sendiri miskin. Kesalahan yang pertama di atas akan menghancurkan orang pada akhirnya, sedangkan kesalahan yang kedua ini akan menggelisahkan orang selama mereka hidup.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:8.“Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang, tetapi orang miskin tidak akan mendengar ancaman.”
Kita cenderung menilai kebahagiaan manusia, setidaknya di dunia ini, melalui kekayaan mereka, bahwa mereka berbahagia atau tidak bergantung pada banyak sedikitnya kekayaan duniawi yang mereka miliki. Namun, Salomo di sini menunjukkan betapa penilaian ini merupa-kan kesalahan parah, supaya kita bisa menerima dengan baik keadaan miskin, dan tidak mendambakan kekayaan bagi diri kita sendiri atau iri hati terhadap orang-orang yang hidupnya berkelimpahan.
1. Orang-orang yang kaya memang dihormati oleh sebagian orang karena kekayaan mereka, namun, untuk mengimbanginya, oleh sebagian yang lain mereka dicemburui dan diserang, dan nyawa mereka menjadi terancam, dan karena itu mereka terpaksa memberikan tebusan dengan kekayaan-kekayaan mereka. Janganlah bunuh kami, sebab kami masih mempunyai perbekalan tersembunyi di luar kota (Yeremia 41:8).
Di bawah pemerintahan sebagian penguasa yang lalim, menjadi kaya sudah merupakan kejahatan. Dan betapa sedikit saja manusia harus berterima kasih pada kekayaannya jika kekayaan itu hanya digunakan untuk menebus nyawanya, yang tidak akan terancam seandainya ia tidak kaya!
2. Orang-orang yang miskin direndahkan dan diabaikan oleh sebagian orang, yang seharusnya menjadi teman-teman mereka, namun, untuk mengimbanginya, mereka juga direndahkan dan diabaikan oleh orang lain yang bisa saja menjadi musuh-musuh mereka seandainya ada barang berharga yang mereka miliki: orang miskin tidak akan men-dengar ancaman, tidak akan dicela, dihardik, didakwa, atau ditimpa kesulitan, seperti halnya dengan orang kaya.
Sebab, tidak ada orang yang memandang layak untuk memperhatikan mereka. Ketika orang-orang Yahudi yang kaya dibawa sebagai tawanan ke Babel, orang miskin dari negeri itu ditinggalkan (2 Raja-raja 25:12). ‘Cantabit vacuus coram latrone viator’ – Apabila seorang pelancong dihadang perampok, ia akan gembira karena tidak ada banyak barang padanya.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:9.“Terang orang benar bercahaya gemilang,sedangkan pelita orang fasik padam.”
Inilah:
1. Penghiburan bagi orang-orang yang baik semakin bertumbuh dan tetap untuk selama-lamanya: terang orang benar bercahaya gemilang, maksudnya, terang itu bertambah besar, dan membuat mereka gembira. Bahkan kemakmuran lahiriah mereka adalah sukacita mereka, dan terlebih lagi karunia-karunia, anugerah-anugerah, dan penghiburan-penghiburan itu, yang dengannya jiwa mereka diterangi. Semuanya itu bercahaya kian bertambah terang (4:18). Roh adalah cahaya mereka, dan Ia memberi mereka sukacita yang penuh, dan bergirang untuk berbuat baik kepada mereka .
2. Penghiburan bagi orang-orang yang jahat layu dan mati: pelita orang fasik bersinar redup dan lemah. Pelita itu tampak menyedihkan, seperti lilin kecil di dalam kendi, dan akan segera padam meninggalkan kegelapan yang teramat pekat (Yesaya 50:11). Terang orang benar seperti terang matahari, yang mungkin tertutup gerhana dan diliputi awan, namun akan terus memancar. Terang orang fasik seperti terang yang mereka nyalakan sendiri, yang akan segera redup dan mudah dipadamkan.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:10.“Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.”
Perhatikanlah:
1. Keangkuhan yang bodoh cepat mendatangkan perselisihan. Mau tahukah engkau dari mana datangnya sengketa dan pertengkaran? Sengketa dan pertengkaran datang dari akar kepahitan ini. Hawa-hawa nafsu lain (amarah, iri hati, dan ketamakan) bisa menyebabkan perselisihan, tetapi dari semuanya keangkuhanlah penyebab yang terbesar. Keangkuhan sendirilah yang akan menebarkan perpecahan, tanpa perlu bantuan apa pun.
Keangkuhan membuat orang tidak sabar menghadapi pertentangan dalam hal pendapat atau keinginan mereka, tidak sabar menghadapi persaingan dan permusuhan, tidak sabar menghadapi penghinaan, atau apa pun yang tampak seperti tindakan meremehkan. Keangkuhan membuat orang tidak sabar dalam mencapai kesepakatan, namun lebih memilih mengundurkan diri, karena kesombongan untuk memper-tahankan suatu hak dan kebenaran tertentu pada pihak mereka.
Dari semua inilah timbul pertengkaran-pertengkaran di antara sanak saudara dan sesama, pertengkaran-pertengkaran di antara bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan, di antara jemaat-jemaat dan persekutuan persekutuan Kristen. Manusia ingin membalas dendam dan tidak mau mengampuni, karena mereka angkuh.
2. Orang-orang yang rendah hati dan menebarkan kedamaian berarti berhikmat dan mendengarkan nasihat. Orang-orang yang mau meminta dan menerima nasihat, yang mau bertanya pada suara hati mereka sendiri, pada Alkitab mereka, hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, teman-teman mereka, dan tidak mau berbuat sesuatu dengan gegabah, berarti berhikmat. Seperti dalam hal-hal lain, begitu pula dalam hal ini, mereka mau merendahkan diri, mau membungkuk dan tunduk, demi menjaga ketenangan dan mencegah pertengkaran.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:11.“Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.”
Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan akan bertahan tergantung bagai-mana ia didapat dan dipakai.
1. Apa yang didapat dengan cara yang jahat tidak akan pernah memberikan manfaat, sebab kutuk yang menyertainya akan memboroskannya, dan kecenderungan-kecenderungan jahat yang sama yang men-condongkan manusia memakai jalan-jalan dosa untuk memperoleh yang nyaman, mencondongkan mereka pada jalan-jalan dosa yang serupa untuk hidup boros: harta yang cepat diperoleh (KJV: harta yang diperoleh dengan kesia-siaan – pen.) akan habis dalam kesia-siaan, dan kemudian akan berkurang.
Apa yang didapat dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak halal, atau yang tidak layak dikerjakan oleh orang-orang Kristen, seperti pekerjaan yang hanya dikerjakan untuk memuaskan keangkuhan dan kemewahan, yang diperoleh dengan berjudi atau bermain sandiwara, bisa dengan benar dikatakan sebagai harta yang diperoleh dengan kesia-siaan, sama seperti harta yang diperoleh dengan menipu dan berbohong, dan akan berkurang. De male quæsitis vix gaudet tertius hæres – Harta yang diperoleh dengan cara yang jahat hampir tidak bisa lagi dinikmati sesudah tiga turunan.
2. Apa yang didapat dengan ketekunan dan kejujuran akan semakin bertambah, bukannya berkurang. Harta itu akan melangsungkan kehidupan, akan diwariskan, dan akan berkelimpahan. Siapa bekerja keras, dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, akan bertambah kaya, sehingga ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan (Efesus 4:28). Dan, sekalipun ia membagikannya, hartanya kian hari kian bertambah.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:12.“Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.”
Perhatikanlah:
1. Tidak ada yang lebih menyedihkan selain sebuah pengharapan tinggi yang dikecewakan, meskipun bukan karena pengharapan itu ditolak, melainkan karena ditunda waktu pemenuhannya: harapan yang tertunda menyedihkan hati dan membuatnya merana, cepat kesal dan marah-marah. Tetapi harapan yang hancur membunuh hati, dan semakin tinggi harapan dipupuk, semakin pedih kekecewaan yang akan dirasakannya.
Oleh karena itu, kita berhikmat jika kita tidak menjanjikan kepada diri sendiri bahwa perkara-perkara besar akan diberikan kepada kita dari makhluk ciptaan. Janganlah menumbuhkan dalam diri kita harapan-harapan apa pun yang sia-sia dari dunia ini, supaya jangan kita menumpuk hal-hal yang nanti hanya akan membuat kita kesal. Dan jika kita benar-benar mengharapkan sesuatu, marilah kita siap-siap kecewa, supaya, jika memang demikian adanya, itu akan terasa lebih ringan. Juga, janganlah kita tergesa-gesa dalam berharap.
2. Tidak ada hal lain yang lebih memuaskan hati selain menikmati apa yang, pada akhirnya, sudah lama kita harap-harapkan dan nanti-nantikan: keinginan yang terpenuhi membuat orang serasa berada di dalam Firdaus, taman yang penuh kenikmatan, sebab itu adalah pohon kehidupan. Kesengsaraan kekal orang fasik akan bertambah berat dengan hancurnya harapan-harapan mereka. Sebaliknya, kebahagiaan sorgawi akan lebih disambut oleh orang-orang kudus, sebab itulah yang sudah mereka rindu-rindukan dengan sungguh-sungguh sebagai puncak dari harapan-harapan mereka.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:13.“Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.”
Inilah:
Inilah:
1). Tabiat dari orang yang sudah ditentukan untuk binasa: siapa meremehkan firman Allah, dan tidak peduli dengannya, tidak menghormatinya, atau tidak mau diatur olehnya, pasti akan menanggung akibatnya, sebab ia meremehkan apa yang merupakan satu-satunya sarana untuk menyembuhkan penyakit yang menghancurkan, dan membuat dirinya mengundang murka ilahi yang pasti akan menghancurkannya.
Orang-orang yang lebih memilih tuntutan-tuntutan hawa nafsu daripada perintah-perintah ilahi, serta bujukan-bujukan dunia dan kedagingan daripada janji-janji dan penghiburan-penghiburan dari Allah, berarti meremehkan firman-Nya, karena mereka lebih mengutamakan perkara-perkara yang bersaing dengan firman Allah. Dan sudah sewajarnya ini membawa kehancuran pada diri mereka sendiri: mereka sudah diperingatkan, tetapi tidak mau mendengar.
2. Tabiat orang yang pasti akan berbahagia: siapa taat kepada perintah, yang takut akan Allah, menghormati kewenangan-Nya, menghargai firman-Nya, takut berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan Allah dan mendatangkan hukuman-hukuman yang menyertai perintah itu, tidak hanya akan terhindar dari kehancuran, tetapi juga akan menerima balasan untuk rasa takutnya yang saleh. Orang yang berpegang pada perintah mendapat upah yang besar.