Kehendak Allah

Pdt. DR. Stephen Tong.

MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH

BAB X : KEHENDAK ALLAH

“Karena ketika Aku masuk ke dunia, Aku berkata: "Korban dan persembahan bukanlah kehendak-Mu, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh yang sesuai. Pada korban bakaran dan korban penghapus dosa, Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Dan kemudian dia berkata: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama ia hapus, lalu yang kedua ia hapus.” (Ibrani 10:5-7,9)

“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selamanya.” (1 Yohanes 2:17)
------------------------------------------------------------------------
Kehendak Allah mesti dipahami dengan satu dasar pengertian yang paling penting, yaitu: Allah kita adalah Allah yang berdaulat! Allah adalah Allah yang mempunyai kedaulatan yang tidak dapat diganggu gugat atau ditawar oleh manusia. Di antara orang Kristen, banyak yang ingin menemukan satu Allah yang mendengarkan dirinya. Betapa banyak orang Kristen yang menginginkan agar Allah menuruti kehendaknya dan bukan dirinya yang menuruti kehendak Allah. Itu bukanlah agama Kristen yang sejati! Segala sesuatu harus ditujukan kepada kedaulatan Tuhan Allah.

Pada waktu murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya: “Tuhan telah mengajar kami untuk berdoa,” maka Kristus berkata: “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang ada di sorga. Ketahuilah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” (Matius 6:9-10; Lukas 11:1-2).

(1) ALLAH ADALAH ALLAH YANG BERDAULAT

Apakah Tuhan memberikan semua yang kita mau? Jika demikian, maka Tuhan bukanlah Tuhan atas kita, tetapi menjadi pembantu kita. Jika banyak doa Saudara yang tidak Tuhan kabulkan, karena hal itu memang perlu bagi Saudara. Sebab, kita seringkali berdoa secara sembarangan. Namun jika semua doa kita dikabulkan, maka Tuhan tidak membuktikan bahwa dirinya adalah Tuhan, tetapi penyuap!

Mampu membedakan antara doa yang ditujukan kepada Tuhan dan doa yang berusaha menjadikan Tuhan sebagai pembantu, adalah ciri dari orang yang rohaninya baik. Sebaliknya, orang yang tidak dapat berbuat demikian adalah orang yang memiliki mata rohani yang buta dan telinga rohani yang tuli. Kiranya kita memiliki satu pengertian yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Siapakah Allah yang harus kita taati? Siapakah Allah yang harus kita taati? Allah yang kita kenal melalui Yesus Kristus, itulah yang seharusnya kita lakukan! Melalui karya dan teladan Kristus, kita mengenal Allah. Hanya di dalam Kristus ada keselamatan dan anugerah yang memberikan pengampunan dosa. Di dalam Kristus kita melihat tanda dan teladan dari satu-satunya manusia yang taat kepada Allah. Dan ini tidak diberikan oleh nabi-nabi lain.

Pada saat berada di Taman Getsemani, Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi manusia di segala zaman. Kesimpulan dari kehidupan Kristen adalah: “Bukan kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” (Markus 14:36; Lukas 22:42). Jika kita mengakui kedaulatan Allah dan mengakui diri kita hanya sebagai salah satu ciptaan-Nya yang kecil dan yang seharusnya hidup dalam ketaatan akan pengaturan tangan Allah, maka barulah kita mempunyai kemungkinan hidup sebagai orang Kristen yang mau menjalankan kehendak Allah.

(2) KARYA DARI ALLAH YANG BERDAULAT

Ada tiga karya Allah yang paling besar:

1. Allah yang sejati adalah Allah yang menciptakan.

2. Allah yang sejati adalah Allah yang Menebus (Menebus Tuhan)

3. Allah yang sejati adalah Allah yang mewahyukan diri (Revelation God)

Melalui karya Allah yang ketiga (memahyukan Diri), orang percaya mengetahui akan karya Allah yang pertama (Mencipta) dan kedua (Menebus). Jika Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada kita, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang Allah yang menciptakan dan menebus. Semua karya-karya Allah disampaikan kepada kita melalui nabi-nabi dan rasul-rasul yang digerakkan Roh Kudus. Apa yang kita terima, membawa kita kembali kepada rencana Allah.

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah Allah yang melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri (Yesaya 46:9-11; Efesus 1:11). Tidak ada yang bisa mengganggu-gugat kehendak Allah atau bermain-main dengan kehendak Allah. Allah lebih besar dari segala sesuatu. John Calvin berkata: “Tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Tuhan, kecuali Tuhan sendiri” – tidak ada yang lebih besar dari kehendak Allah, kecuali Allah sendiri. Kehendak Allah adalah rencana Allah yang sifatnya lebih besar dari segala kehendak yang diciptakan. Itulah kehendak total yang harus berjalan, di sorga maupun di bumi. Kita harus menyerahkan keinginan kita kepada kehendak-Nya. Mati hidup kita ditentukan oleh Tuhan.

Keberadaan kita ditentukan oleh Dia. Jika Allah tidak berkehendak untuk menciptakan, maka tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi. Jika Allah tidak berkehendak untuk berdosa, maka tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan. Jika Allah tidak berkehendak untuk mengutus Kristus supaya mati bagi kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa menjual Yesus ataupun menyalibkan-Nya.

(3) TINGKATAN DALAM KEHENDAK ALLAH YANG BERDAULAT

(a) Rencana Allah.

Rencana Allah merupakan salah satu sifat Allah yang diberikan kepada manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berencana. Berdagang perlu rencana, mengusahakan sesuatu perlu rencana, belajar perlu rencana, mengerjakan satu hal yang bersifat membawa pengaruh perlu rencana. Rencana tidak pernah ada pada makhluk lain selain manusia. Manusia diciptakan berdasarkan peta teladan Allah. Allah adalah Allah yang berencana. Allah adalah Allah yang ber -ordo , berorganisasi. Allah adalah Allah yang ber-administrasi.

Sehelai daun yang tampak sederhana, mempunyai susunan sel yang begitu rumit, cepat dan sempurna. Allah kita bukanlah Allah yang lain. Demikian pula setiap kita yang hari ini menikmati hidup dalam keselamatan, harus mengingat bahwa keselamatan diri kita bukanlah di luar rencana Allah.

Jika kita mau mengerti kehendak Allah, maka seumur hidup kita harus baik-baik mempelajari akan rencana Allah. Entah itu rencana Allah bagi alam semesta, bagi sejarah, bagi diri kita pribadi maupun bagi negara kita. Kita akan menjadi orang yang lebih beres dalam pikiran maupun dalam tingkah laku, jika kita mengerti, menangkap dan kemudian semua rencana, prinsip dan cara Allah akan bekerja. Suatu langkah indah jika seseorang hidup telah sesuai dengan rencana Allah dan suatu langkah buruk jika seseorang hidup di luar ketaatan kepada rencana Allah.

Orang yang paham deisme mengajarkan bahwa setelah Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah membiarkan dunia berjalan sendiri tanpa kendali-Nya. Deisme bukanlah ajaran Kristen. Herbert dari Charbury adalah orang yang memperkenalkan paham deisme, yang kemudian diterima oleh orang-orang Encyclopaedic School of Philosophy di Prancis seperti Voltaire . Pada abad Pencerahan (abad 17-18), orang-orang di Jerman juga menerima paham Deisme.

Deisme antara lain mengajukan pemikiran seperti: Jika Allah mencintai dunia, mengapa dunia penuh dengan orang-orang sengsara? Jika Allah peduli terhadap dunia, mengapa di dunia ini ada banyak keajaiban?

Orang-orang Kristen tidak boleh mengikuti arus dunia yang tidak mengenal Allah yang sejati (1 Korintus 1:20-21). Dalam perjalanan menuju jalan kita, kita harus berhenti dan merenungkan serta bersikap bijaksana, yaitu menantikan jawaban Tuhan dan tidak bertindak teledor sehingga jatuh ke dalam tangan setan. Kita menolak deisme , karena deisme tidak pernah memberikan jawaban atas kehidupan manusia.

Apakah ada orang tua yang tidak merencanakan hal-hal yang baik bagi anaknya? Orang Kristen harus mengerti bahwa Bapa kita di Sorga mempunyai rencana yang baik bagi kita (Roma 8:28). Hendaknya kebebasan remaja dan pemuda-pemudi tidak menjadi pendusta, yaitu di luar ketaatan pada rencana Allah. Janganlah mencari hari depan di luar kehendak Allah. Berdoalah baik-baik, memohon agar hidup Saudara sesuai dengan rencana Allah.

Allah mempunyai rencana, dan rencana Allah mempunyai prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip dari rencana Allah hendaknya kita pelajari hanya dari Kitab Suci, bukan dari pengalaman atau dari perasaan kita sendiri. Orang-orang yang menjunjung tinggi pengalaman dan perasaannya, dan orang-orang yang mengidolakan rasio dan analisanya, akan menjadikan dirinya sebagai orang-orang yang melawan kehendak Allah.

Jika perasaan kita tidak sesuai dengan Alkitab, biarlah kita membuang perasaan itu. Jika pengalaman indah kita tidak sesuai dengan Alkitan, bukan Alkitab yang mesti dibuang, tetapi penghalaman indah kita itulah yang mesti dibuang. Jika analisis kita menentang Alkitab, maka analisis kita perlu dibuang, bukan kebenaran Alkitab.

(b) Pengaturan Allah.

Dalam Yunus 1:17 dikatakan: “Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.” Selain merencanakan, Allah juga menginginkan agar rencana-Nya berhasil atau tercapai. Allah mengatur dan memimpin. Dengan mengatur, Allah memberikan satu hal yang bersifat obyektif kepada manusia. Dengan memimpin, Allah memberikan satu hal yang subyektif kepada kita.

Dalam terjemahan Indonesia, pengaturan Allah diterjemahkan sebagai penentuan Allah (misalnya Yunus 1:17; 4:6). Saat mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang kita sulit mengetahuinya. Rencana Allah bersifat statis, tetapi pengaturan Tuhan bersifat dinamis dan memimpin kita untuk masuk ke dalam rencana Allah yang statis ini. Pengaturan Allah kadang-kadang sesuai dengan keinginan kita, tetapi kadang-kadang pengaturan Tuhan justru sama sekali berlawanan dengan keinginan kita.

Jangan lupa bahwa manusia adalah satu-satunya ciptaan yang mempunyai kehendak. Kehendak manusia jauh lebih kecil daripada kehendak Allah (yang menciptakan kehendak di dalam hati manusia). Jika kita memang betul-betul mencintai Tuhan dan berada di bawah kedaulatan-Nya, maka kita akan mengerti, bahwa pengaturan Tuhan tidak pernah merugikan kita! Pengaturan Tuhan membawa kita kepada keindahan yang akan kita temukan dalam rencana Allah.

Terkadang kita tidak mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini. Entah itu berupa pengalaman yang kurang berkenan kepada kita ataupun keadaan yang membuat klan kita tidak puas. Hal ini membuat diri kita dipenuhi dengan pertanyaan: Mengapa? Sebenarnya pertanyaan seperti itu muncul dari hati kita, karena kita tidak bisa melihat seluruh pengaturan Tuhan.

Tuhan Yesus berkata: “Apa yang Kuciptakan, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya dengan jelas.” (Yohanes 13:7) Bahkan orang-orang yang begitu dekat dengan Tuhan sekalipun, pada suatu saat pernah mengalami bahwa mereka tidak tahu jalan akan kehendak Tuhan. Jika kita berkata: “Aku tidak tahu kehendak-Mu, Tuhan,” maka ini adalah sesuatu yang normal. Tetapi jika seseorang selalu berkata: “Inilah kehendak Tuhan,” dan mengungkapkan dirinya sebagai orang yang mengetahui seluruh kehendak Tuhan, maka orang itu pasti tidak benar. Hanya murid-murid yang paling dekat dengan Yesus Kristus yang dibiarkan-Nya untuk sementara tidak tahu dengan jelas tentang kehendak Tuhan.

Apakah dalam pengaturan Tuhan ada kemungkinan salah? Tidak! Pengaturan Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kita rencanakan. Allah yang mempunytai rencana adalah Allah yang mengatur segala sesuatu sehingga akhirnya rencana-Nya itu akan tergenapi. Barangsiapa yang takut dan sungguh-sungguh setia kepada Tuhan, tidak mungkin akan diremehkan oleh-Nya. Orang yang lepas dari pengaturan Tuhan adalah orang yang paling celaka. Orang yang menganggap dirinya lebih pintar dari Tuhan, lalu mencari jalan dan mencari akal untuk melepaskan diri dari campur tangan Tuhan dalam hidupnya, orang tersebut akan menerima bahaya yang besar. Janganlah mencoba melarikan diri dari pengaturan Tuhan.

(c) Pimpinan Allah.

Dalam Roma 8:14-16 dikatakan: “Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Karena kamu tidak menerima Roh, yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berdoa: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu berfirman bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”

Ada keajaiban yang bersifat ganda di sini. Roh kita yang telah diselamatkan dan diperanakkan pula, berbicara bahwa kita adalah anak Allah. Tetapi ini saja tidak cukup. Roh Allah yang berada di dalam diri kita juga membuktikan dan memberikan kesaksian bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Untuk apa Allah memberikan Roh-Nya kepada kita? Bukan supaya hidup kita menjadi aneh, bukan pula menjadi congkak, menganggap dirinya lebih rohani daripada orang lain, tetapi supaya roh manusia dipimpin! Agama mengendalikan kepribadian, cobaan kesengsaraan mengendalikan kepribadian, dan Roh Kudus membimbing kepribadian. Agama memberikan peraturan-peraturan yang mengikat dan menakutkan manusia. Dalam agama, ada semacam kekuasaan pengontrolan atas pribadi manusia. Tidak ada manusia yang dikendalikan oleh agama. Hal ini dinyatakan pada saat seseorang tidak makan makanan tertentu, bersujud karena takut dimurkai, dsb. Itu kontrol agama.

Allah mengirim Anak-Nya bukan untuk membangun satu agama baru. Allah mengutus Kristus untuk menggenapi rencana keselamatan. Sebagai karya kedua dari tiga karya-Nya yang terbesar, Kristus datang untuk menggenapi Taurat (Matius 5:17); menggenapi rencana keselamatan dari Allah (Yohanes 3:16), dan menggenapi cara Allah menebus manusia (Imamat 17:11; Matius 26:28; Ibrani 9:22; Wahyu 5:9).

Jika agama mengontrol dan membuat manusia menjadi makhluk yang takut kepada Tuhannya, maka Roh Kudus justru memimpin manusia, sehingga manusia mengetahui bagaimana berjalan sesuai kehendak Allah.

Seorang raja di masa Tiongkok kuno, memberikan mandat kepada seorang pembesarnya untuk mencari cara penanggulangan banjir yang sering melanda daratan Tiongkok secara besar-besaran. Setelah menerima mandat itu, pembesar tersebut memerintahkan bawahnya untuk menggerakkan kaum buruh, membangun tanggul-tanggul raksasa. Maka tanggul-tanggul tersebut mulai menampung banjir. Namun lama-kelamaan air semakin meluap dan tanggul-tanggul tersebut tidak mampu menahan banjir. Akhirnya tanggul-tanggul jebol dan rakyat banyak yang menjadi korban.

Pembesar itu pun kemudian menjalani hukuman penggal. Sang raja kemudian juga memberikan mandat kepada anak sulungnya untuk menyelesaikan tugas dari ayahnya. Anak sang pembesar itu mulai berpikir keras dan menganalisa kesalahan yang telah dilakukan ayahnya. Setelah menganalisa, maka ia menemukan cara yang lebih baik daripada membuat tanggul, yaitu dengan membuat saluran-saluran air atau got-got yang panjang, yang mengalirkan air hujan ke laut. Banjir yang datang, diganggu dengan menyebarkannya ke dalam selokan-selokan, dan selokan-selokan menyebarkan air banjir menuju ke laut. Seperti itulah cara Roh Kudus bekerja.

Apakah gunanya kita menakut-nakuti pemuda-pemudi kita dengan segala batasan agama, segala peraturan yang mengikat ataupun dengan segala ancaman (bagaikan tanggul yang menahan banjir)? Bukankah seharusnya kita menyingkapkan dan memimpin mereka supaya potensi dan kekuatan mereka disalurkan dengan baik (seperti banjir yang disalurkan lewat selokan menuju ke laut)? Bukankah kita seharusnya mengarahkan pemuda-pemudi ke dalam arus, wadah, dan tempat yang baik, dan kemungkinan di mana mereka dapat mengekspos bakat-bakat yang ada dalam kepemimpinan yang baik? Bukankah dengan begitu pemuda-pemudi kita akan menjadi orang-orang yang luar biasa?

Itulah perbedaan antara agama dan karya Roh Kudus. Agama mengontrol satu karakter. Roh Kudus membimbing satu karakter. Tuhan tidak berkata kepada orang cerewet yang bertobat untuk menjahit mulutnya. Tuhan tidak memerintahkan orang mengubah sifat keras menjadi lunak. Pendeknya, Tuhan tidak mengubah kepribadian orang yang mengubahnya, tetapi memimpinnya pada jalur yang benar, jalur yang Dia kehendaki.

Orang yang sebelum bertobat adalah orang yang cerewet, sesudah bertobat pun silahkan cerewet. Hanya saja, jika sebelum bertobat orang itu cerewet memberitakan Injil kepada orang lain, maka sekarang setelah bertobat, orang itu cerewet untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Masa sekarang justru adalah masa di mana gereja kekurangan orang cerewet yang mengabarkan Injil. Jika semua orang di gereja adalah orang pendiam, lalu siapakah yang akan mengabarkan tentang Kristus? Orang cerewet yang dipimpin Roh Kudus akan cerewet untuk mengatakan hal-hal yang bersifat membangun orang lain.

Jika sebelum bertobat, seseorang memiliki sifat yang keras, maka setelah menjadi Kristen, sifat tersebut tidak harus diubah menjadi lunak. Namun ada perbedaan antara sifat keras yang dulu dengan sifat keras yang sekarang. Jika dulu keras tidak menurut panggilan Tuhan, kini keras tidak mengikuti panggilan setan.

Roh Kudus memimpin temperamen atau karakter dan segala sesuatu yang ada pada diri kita menuju ke arah yang benar. Dengan demikian, potensi diri kita disalurkan dengan baik. Pimpinan Roh Kudus membawa kita ke dalam kehendak Allah. Bimbingan Roh Kudus dimaksudkan untuk membawa kita kepada kekayaan pemahaman dan ketaatan pada kehendak Allah.

Kehendak Allah dan Kehendak Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda: ( 1) Kehendak Roh Kudus berkaitan dengan pribadi seseorang, sedangkan kehendak Allah adalah hal yang global. Pemimpin Roh Kudus bersifat personal, kehendak Allah bersifat universal; (2) Kehendak Allah itu ada dari kekal sampai kekal, sedangkan pimpinan Roh Kudus ada di dalam wadah sejarah yang bersifat dibatasi oleh waktu; (3) Ketaatan kepada Allah bersifat mutlak, dan pimpinan Roh Kudus bersifat relatif.

Pimpinan Roh Kudus membawa individu yang berada dalam satu waktu yang sementara, kembali kepada rencana Allah yang global, mutlak dan kekal. Dengan demikian, individu atau orang yang dipimpin oleh Roh Kudus, menjalankan kehendak Allah. Kehendak Allah tidak bisa berubah dan Roh Kudus memimpin arah hidup kita menuju kehendak Allah yang tidak berubah itu. Inilah hubungan antara pimpinan Roh Kudus dan kehendak Allah. Kita dapat mengambil dua contoh:

1) Bahasa Indonesia Kehendak Allah: supaya setiap orang hidup suci.

Pimpinan Roh Kudus: memimpin seseorang untuk menikah atau tidak.

Ketaatan kepada Allah adalah supaya semua (dunia) orang hidup suci. Tetapi, kadang-kadang Tuhan memimpin seseorang (pribadi) untuk tidak menikah. Dan herannya, kadang-kadang orang yang tidak menikah itu lebih cantik daripada orang yang sudah menikah.

Kita harus tahu bagaimana Tuhan memimpin hidup kita. Tidak berarti bahwa semua orang dipimpin untuk menikah. Terhadap orang macam apa dia, lebih baik dia tidak menikah. Tetapi, terhadap orang lain, lebih baik baginya untuk menikah.

John Wesley , pendiri aliran Metodis, menikah pada usia 45 tahun. Ia menulis dalam buku hariannya demikian: “Saya selalu berasumsi bahwa cara melayani Tuhan yang paling baik adalah dengan tidak menikah. Pikiran itu berhenti pada hari ini. Hari ini aku sudah menikah.” Jadi, setelah mencari pimpinan Tuhan, John Wesley sadar bahwa dia harus menikah. Sayangnya, istrinya adalah seorang yang luar biasa galaknya. Pernah dikatakan bahwa John Weley cekcok dengan istrinya lalu ia keluar rumah. Baru tiba di depan rumahnya, ketika John Wesley sedang menunggu kereta kuda, ia disiram air dingin oleh istrinya.

John Wesley menganggap Tuhan itu luar biasa, dan ia mendirikan gereja Metodis, tetapi dalam kehidupan pernikahannya, ia tidak berhasil. Betapapun hebatnya seseorang, kadang-kadang orang itu tidak sukses dalam hal-hal tertentu. Di dalam pimpinan Tuhan, kita harus tahu apakah kita sungguh-sungguh taat.

2) Kehendak Allah: kabarkan Injil ke seluruh dunia.

Pimpinan Roh Kudus: memimpin orang mengabarkan Injil melalui profesi sebagai pendeta, penginjil, pengajar, umat, dsb.

Setiap orang Kristen harus menjadi saksi, mengabarkan Injil dan hidup berbuah, sehingga orang lain menjadi Kristen melalui kesaksian kita. Tetapi tidak setiap orang Kristen dipimpin menjadi pendeta. Ada yang dipimpin menjadi seorang ibu rumah tangga biasa, namun hidupnya banyak membawa orang kembali kepada Tuhan.

Kehendak Allah agar Injil dikabarkan, sedang dijalankan melalui pimpinan Roh Kudus atas seseorang. Orang tersebut tidak selalu dipimpin menjadi penginjil atau pendeta. Banyak orang yang menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan, tetapi tidak semua dipimpin untuk menjadi pendeta. Pemimpin untuk pribadi-pribadi bersifat relatif dan berbeda pada masing-masing orang, tetapi semua dipimpin menuju pada kehendak yang sama, yaitu kehendak Allah untuk mengabarkan Injil.

Kita harus peka dan taat akan memimpin Tuhan, karena Tuhan pasti memiliki pimpinan khusus bagi diri pribadi kita. Pengaturan Allah lebih bersifat eksternal dan obyektif, tetapi pimpinan Roh Kudus lebih bersifat personal dan subyektif. Di situlah kita akan tahu bagaimana Tuhan memimpin jika kita bertaqwa kepada firman-Nya.

(d) Izin Allah.

Kadang-kadang apa yang Allah berikan bagi kita, bukanlah kehendak-Nya yang paling indah. Jika seorang anak menolak orangtuanya yang menginginkannya untuk duduk di universitas terbaik, maka anak tersebut menolak untuk memperoleh yang terbaik. Mungkin orang tuanya mengizinkan anaknya untuk menolak dan memilih kehendaknya sendiri, tetapi apa yang diinginkan anak itu adalah apa yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya sejak dulu.

Waktu Allah mengizinkan Saudara hidup dalam keadaan seperti ini, mungkin Saudara sedang hidup di tingkat kedua. Artinya tidak mendapatkan kehendak Allah yang utama, melainkan hanya mendapatkan izin dari Allah untuk berbuat sesuatu. Kehidupan seperti itu tidak akan menghasilkan keindahan dan tidak akan mencapai hasil yang sepenuhnya dari segala potensi yang ada dalam diri.

Apakah kita sudah mencapai apa yang direncanakan Tuhan? Adakah rencana Allah yang belum kita laksanakan? Apakah kita tahu berapa besar potensi kita dalam menjalankan rencana Allah? Sampai di mana potensi itu dapat berkembang? Kira-kira kita menerapkan segala sesuatu yang sudah kita terima dengan setia.

Bilangan 22:12, 20 mengatakan: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau memanggil bangsa itu, karena mereka telah memerintahkan..... Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam dan berfirman kepadanya: "Jikalau orang-orang itu memang telah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan yang harus kaulakukan."

Kita melihat seolah-olah Tuhan telah berubah sikap. Bukankah pada awalnya Tuhan berkata kepada Bileam untuk tidak pergi bersama pesuruh-pesuruh Balak? Bukankah pada akhirnya Tuhan mengizinkan Bileam untuk pergi? Apakah dalam sehari saja Allah sudah berubah? Tidak! Allah melihat bahwa Bileam yang tidak tunduk kepada pimpinan-Nya memerlukan kelonggaran. Dan Allah memberi izin kepada Bileam!

Jangan menganggap bahwa segala keinginan kita yang Tuhan penuhi pasti merupakan kebahagiaan! Mungkin itu justru suatu kekayaan. Jika Tuhan mengabulkan keinginan kita, jangan selalu mengira bahwa itu benar. Jika Tuhan memberikan apa yang kita kehendaki atau inginkan, mungkin berarti Tuhan menurunkan kita dari rencana asli menuju pada kehidupan yang lebih rendah. Mungkin dia ingin sekali menjadi seorang pelatih Israel, karena kalau tidak, dia akan berani menjadi pelatih Israel dan mendapatkan emas yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan rumahnya. Ia ingin menjual jabatan demi uang, ia ingin menjual imannya demi keuntungan pribadi. Allah akhirnya memperbolehkan, dan setelah Allah memperbolehkan, yang terjadi adalah Bileam menjadi orang yang dikutuk oleh Tuhan. Kutukan itu kembali padanya. Jangan main-main!

Jika ada orang sakit yang dilarang makan segala sesuatu, tetapi pada suatu hari dokter mengizinkan orang itu makan segala yang ia mau, maka artinya orang itu sudah tidak ada harapan lagi! Saat semuanya diperbolehkan, justru itulah yang berbahaya. Inilah yang terjadi dengan Kekristenan sekarang. Banyak pendeta yang mengajarkan agar Tuhan bertindak atas perintah mereka. Ini adalah doa yang kurang terbuka.

Dengan hati yang berat, saya harus menjadi pendeta yang menentang arus dewasa ini. Saya tidak peduli siapa pun Saudara. Jika ajaran Saudara menentang Alkitab, saya akan menentang. Alkitab tidak mengajarkan agar kita berdoa menurut segala keinginan kita, lalu Allah akan mengabulkan segala yang kita inginkan. Alkitab mengajarkan kalau kita berdoa, kita harus memulai dengan: ”Dipermuliakanlah nama-Mu”. Kalimat ini harus diletakkan paling depan dalam doa kita. Sebab, kalimat ini mengajarkan kepada kita bahwa orang yang berdoa dalam nama Tuhan Yesus harus menyebutkan nama Tuhan yang suci itu terlebih dahulu, lalu minta agar kehendak Tuhan yang jadi di bumi seperti di surga. Bukan sebaliknya, maka sorga dipaksa menjalankan kehendak orang yang ada di bumi.

Saya pernah mengatakan bahwa Cho Yonggi meracuni agama Kristen dan banyak orang tidak setuju dengan apa yang saya katakan. Mengapa saya mengatakan kalimat seperti itu? Cho Yonggi mengajar orang agar berdoa menurut kehendaknya sendiri dan memaksa Tuhan melakukan kehendak manusia. Itu tidak benar! Manusia tidak bisa memaksa Allah menyesuaikan kehendak manusia. Manusia harus berdoa seperti Kristus, setelah selesai berdoa mengatakan, “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Apa gunanya Allah mengizinkan atau mengabulkan permintaan kita, tetapi akhirnya membiarkan kita berada dalam kutukan dan tidak memberi kita bagian dalam rencana Allah? Jika seorang ayah mengingkari anaknya melakukan segala sesuatu yang tidak baik yang ingin dilakukan oleh anaknya, berarti ayah ini sudah terlalu kecewa dengan anaknya. Kita tidak boleh menjadi anak-anak yang mengecewakan Tuhan. Jangan menjadi orang yang dibuang oleh Tuhan. Biarlah kita senantiasa berada dalam satu kategori yang paling tinggi yaitu rencana Allah berlaku atas diri kita. Saya mengajak kita semua kembali kepada Tuhan, Sang Pencipta, dan kepada kehendak Tuhan.

Gerakan Zaman Baru sedang melanda dunia. Zaman dulu disebut zaman belakang, lalu zaman modern, kemudian zaman post-modern, dan sekarang New Age (Zaman Baru). Jika Gerakan Zaman Baru sudah datang, maka manusia akan menganggap dirinya sendiri sebagai Allah. Jika manusia adalah Allah, maka ada satu kekuatan tak terbatas yang luar biasa yang terpendam dalam dirinya, sebagai satu potensi perkembangan yang tidak terbatas. Inilah yang sekarang menyusup dalam Kekristenan melalui Norman Vincent Peale, Robert Schuller, dan Cho Yonggi , yang mana hal ini tidak disadari oleh orang Kristen.

Yang namanya Kekristenan sekarang banyak yang mengandung unsur-unsur di mana Allah dipaksa untuk menaati kehendak dan keinginan manusia. Itu bukan agama asli, bukan iman yang sejati. Itulah iman yang menentang Alkitab. Apa yang dikatakan Alkitab sering dianggap tidak penting oleh manusia dan apa yang diinginkan dirinya sendiri itulah yang dianggap penting.

Pada saat buku “Dimensi Ke Empat” , yang ditulis oleh Cho Yonggi beredar, saya melihat satu bahaya yang besar. Cho Yonggi mengatakan ada dua cara mengenal Firman Tuhan, yaitu Logos Theon dan Rhema Theon . Logos Theon adalah Firman Tuhan dalam Kitab Suci, tetapi Firman ini statis. Sedangkan Rhema Theon adalah Allah yang berbicara dengan dua versi. Versi pertama adalah yang dicatat dalam Alkitab, tetapi itu sudah kuno. Versi kedua adalah Allah berbicara langsung kepada kita pada hari ini. Rhema Theon mau mengganti Kitab Suci. Padahal kata Rhema Theon tidak seperti itu artinya.

Apa hasilnya? Hasilnya adalah mendualisme Firman Allah , sehingga yang dibicarakan Allah langsung kepada kita bisa lebih dinamis, lebih langsung dan lebih vital? Tidak heran banyak gereja yang mengaku memiliki Roh Kudus justru adalah gereja yang tidak pernah menafsirkan Alkitab dengan baik. Tidak mengherankan jika gereja-gereja yang membanggakan diri memiliki Roh Kudus yang luar biasa, justru adalah orang yang tidak pernah mendirikan Sekolah Teologi dan tidak pernah menafsir Alkitab secara benar.

Mengapa Stephen Tong sekarang tidak mau diundang ke sana ke mari? Karena saya tidak ingin mencampuradukkan diri dengan mereka yang tidak bertanggung jawab yang dianggap semua sama. Tidak sama! Saya mempunyai tugas membawa zaman ini kembali kepada Firman dengan tafsiran yang ketat. Saya tidak bisa sembarangan menghina kedudukan saya ini. Jika Saudara tidak setuju, silahkan pergi. Jika saya tinggal sendiri, saya pun akan tetap meneriakkan hal yang sama.

Hanya orang-orang yang tidak mau belajar Alkitab dengan baik yang sekarang menjadi pengkhotbah yang paling laku dengan banyak pendengar sekali. Lalu orang-orang menganggap pengkhotbah seperti itu sebagai dewa, karena pendengarnya banyak. Saya berkata, inilah kecelakaan zaman ini! Oleh karena itu, tidak heran kalau di Jakarta ada begitu banyak pendeta yang mengimpor ajaran palsu dari Amerika bahwa Tuhan Yesus akan datang bulan Oktober 1992. Sekarang telah terbukti bahwa Tuhan Yesus tidak datang pada bulan Oktober. Ini membuktikan bahwa mereka adalah nabi-nabi palsu.

Jika kita hanya melihat gejala dan menganggap semuanya itu membawa orang-orang menjadi Kristen, maka kita keliru. Di dalam Kitab Ulangan dikatakan bahwa nabi-nabi palsu mengatakan sesuatu yang tidak terjadi. Jika nabi palsu itu mengatakan sesuatu dan tidak terjadi, maka mereka harus dilempari batu sampai mati. Karena kita terlalu toleran dan tidak mengasihi Tuhan dengan sesungguhnya, lalu kita menerima ajaran manusia dengan sembarangan saja, asal ramai, asal gereja banyak orang. Itu bukan kehendak Tuhan. Kita perlu kembali dengan jujur ​​dan setia kepada Tuhan.

Jika Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi sesuai kemauan kita, jangan merasa senang. Jika Allah mengizinkan kita sehingga kita bisa mendapatkan semua yang kita mau, ini adalah awal dari bahaya yang sangat besar. Itu bukan hanya diri kita sendiri, tetapi bahaya bagi semua orang.

(e) Allah membiarkan.

Orang yang ditinggalkan oleh Allah akhirnya akan dibuang dan dihukum oleh Allah sampai binasa! Kita membaca istilah ini disebutkan tiga kali dalam Alkitab yaitu dalam Roma 1:26,28. Allah menyerahkan mereka artinya Allah membiarkan mereka bebas-bebas melakukan dosa. Pada saat seseorang ditinggalkan oleh Allah mereka malah merasa diri mendapat kebebasan yang paling mutlak sehingga tidak ada gangguan lagi. Kecelakaan yang terbesar ialah orang yang memiliki otonomi mutlak dan menganggap Allah tidak ada, sebab ia dapat berbuat dosa sendiri tanpa Allah bertindak atau menghukum. Justru di sinilah terbukti bahwa mereka sedang menuju pada kehancuran yang tidak dapat diperbaiki kembali.

Pada saat tangan Tuhan ada di atas kita, justru di situ ada pimpinan Tuhan yang tidak membiarkan kita berjalan dalam kesesatan. Kisah Rasul 16:6,8 menunjukkan kepada kita bahwa ketika manusia menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang Tuhan merintangi atau menghambat. Di sini kita melihat bahwa Tuhan membiarkan orang yang binasa tetap binasa. Kita juga melihat prinsip yang sangat penting dalam Alkitab. Kalau kita mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang membuat kita taat kepada Tuhan, ada rintangan yang datangnya dari Tuhan sendiri.

Jika itu terjadi, biarlah kita bersyukur kepada Tuhan, karena itulah cara Tuhan menyatakan maksud-Nya yang lain. Mengapa ketika Paulus mau berkhotbah di Frigia justru dihalangi oleh Roh Kudus? Karena Frigia adalah tempat yang disediakan untuk Petrus, bukan untuk Paulus. Jika Paulus ada di Frigia, maka orang di Athena tidak dapat mendengar Injil. Orang Athena tidak akan mudah menerima Tuhan, kecuali Paulus yang pergi. Sebab Petrus kurang mengerti latar belakang permasalahan filsafat Yunani.

Demikian juga dalam hal mengerti pimpinan Tuhan, setiap orang Kristen harus memiliki kesadaran dan ketaatan kepada Tuhan, supaya pimpinan dan rencana Tuhan semuanya terkait menjadi tenunan yang indah sampai kehendak Allah bagi setiap pribadi itu terjadi.

Jangan menangis di saat ditinggalkan pacar, karena Tuhan akan menyediakan yang lebih baik. Jangan sedih kalau rencana kita tidak terjadi, karena Tuhan mempunyai rencana yang lebih tinggi daripada rencana kita sendiri. Jangan takut kalau ada hambatan yang terjadi, karena Tuhan sedang menggarap agar kita tidak menjadi anak pembohong yang “bebas-bebasnya”.

Segala sesuatu di mana Tuhan campur tangan menjadi sesuatu yang indah, yang untuk sementara kita tidak mengerti, tetapi Tuhan tidak mungkin salah. Tuhan akan menggenapi rencana-Nya bagi kita

Amin.
Next Post Previous Post