Melayani dengan Syukur dan Kemampuan (Matius 9:9-13)

Pendahuluan:

Matius adalah salah satu dari dua belas murid Yesus yang dikenal sebagai pemungut cukai Matius 9:9-13 sebelum dipanggil untuk mengikuti-Nya. Sebagai penulis Injil pertama, Matius memberikan banyak teladan berharga melalui hidup dan pelayanannya.

Dalam karya-karyanya, kita dapat melihat bagaimana ia memanfaatkan kemampuan dan keahliannya untuk melayani Allah, serta bagaimana ia merespons panggilan ilahi dengan penuh rasa syukur dan komitmen. Melalui Injil Matius, kita dapat memahami kesinambungan antara janji Allah dalam Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Perjanjian Baru, serta melihat contoh konkret tentang bagaimana seorang individu dapat mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada misi ilahi.
Pembahasan:
Teladan Matius: Melayani dengan Syukur dan Kemampuan (Matius 9:9-13)
Ada dua teladan yang Matius berikan kepada kita.

1. Pertama, Matius melayani sesuai dengan kemampuan atau apa yang ia miliki.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Matius, pemungut cukai, diyakini sebagai penulis Injil pertama. Sebagaimana telah dibahas dalam bagian terdahulu, Matius adalah pemungut cukai yang terbiasa dengan catat-mencatat. 

Sebagai pemungut cukai, ia tentunya fasih dengan bahasa Yunani dan Aramaik, dan dia memiliki nama Lewi, yang menurut beberapa ahli, menunjukkan bahwa ia berasal dari suku Lewi yang sangat paham dengan Hukum Taurat dan Perjanjian Lama. Hal-hal inilah yang membuat banyak ahli menerima tradisi gereja mula-mula dan pendapat bapak-bapak gereja bahwa Matius adalah penulis Injil yang pertama.

Matius memang tidak seperti Petrus yang fasih berbicara dan pandai berkhotbah. Ia juga tidak seperti Yohanes yang menunjukkan kesetiaan dan dedikasinya yang luar biasa kepada Yesus sampai saat Dia disalibkan. Yohanes bahkan menjadi gembala yang penuh kasih, melayani di jemaat Efesus, hingga dia dibuang ke pulau Patmos. Matius dengan berani dan terbuka menyebutkan latar belakangnya sebagai pemungut cukai dan merasa bahwa adalah anugerah Allah ia bisa dipanggil menjadi murid Yesus.

Kemampuan dan keahlian yang dimiliki Matius ia persembahkan kepada Allah dengan menulis Injil Matius, yang merupakan sumbangsih besar dan penting dalam dunia Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Injil Matius dibuka dengan silsilah yang menghubungkan Yesus dengan janji kepada Abraham dan Daud (Matius 1:1). Nubuatan tentang kelahiran Yesus (Yesaya 7:14) juga digenapi dalam Injil Matius (Matius 1:23).

Kelahiran Yesus di Betlehem (Matius 2:5-6) adalah penggenapan dari janji Allah dalam Mikha 5:1. Hal ini menunjukkan bahwa Injil Matius menjadi jembatan antara janji Allah dalam Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Perjanjian Baru. Karya Matius sebagai pemungut cukai ini menjadi sarana untuk melihat kesinambungan antara janji Allah dalam Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Perjanjian Baru.

2. Kedua, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Matius menyadari bahwa panggilannya sebagai murid adalah anugerah Allah yang sangat luar biasa bagi dia yang seorang pemungut cukai. Oleh karena itu, Matius mensyukuri panggilan tersebut dengan mengadakan pesta besar atau semacam kebaktian ucapan syukur. Matius tidak ingin menikmati anugerah Allah hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga ingin agar rekan-rekannya sesama pemungut cukai dapat bertemu langsung dengan Yesus dan mendengar pengajaran-Nya.

Memang kita tidak dapat memastikan hasil dari ucapan syukur Matius tersebut, tetapi setidaknya, berulang kali dicatat dalam empat Injil, khususnya Injil Lukas, bahwa pemungut cukai mengakui kebenaran Allah (Lukas 7:29), mereka sering datang dan mendengar Yesus mengajar (Lukas 15:1), dan mereka dengan rendah hati dan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah (Lukas 18:10).

Kesimpulan:

Di Matius 9:9-13 memberikan dua teladan penting bagi kita. 

Pertama, ia melayani sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, mempersembahkan keterampilan menulisnya untuk menyusun Injil yang sangat berharga. 

Kedua, ia menyadari bahwa panggilannya sebagai murid adalah anugerah Allah yang luar biasa, dan ia menunjukkan rasa syukur dengan berbagi berkat tersebut kepada sesama pemungut cukai. Melalui kehidupannya, kita belajar tentang pentingnya menggunakan talenta kita untuk melayani Allah dan bersyukur atas setiap anugerah yang diberikan, serta berusaha membagikan berkat tersebut kepada orang lain
Next Post Previous Post