Amsal 20:1-30 - Macam-macam Petuah (2)
Matthew Henry (1662 – 1714).
BAHASAN : Amsal 20:1-30 - Macam-macam Petuah (2)
Amsal 20:1. “Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya.”
Inilah:
1. Jahatnya bermabuk-mabukan: anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut. Begitulah minuman itu bagi orang berdosa sendiri. Minuman itu mencemoohnya, memperbodoh dia, menjanjikan kepadanya kepuasan yang tidak pernah bisa diberikannya kepada dia. Minuman itu tersenyum kepadanya pada awalnya, tetapi kemudian memagut seperti ular.
Ketika direnung-renungkan, minuman itu membuat keributan di dalam hati nuraninya. Minuman itu membuat keributan di dalam tubuh, mengubah kegembiraan menjadi amukan. Ketika orang mabuk, hilanglah akal budinya, dan kemudian ia, sesuai dengan tabiatnya, entah mencemooh seperti orang bodoh atau mengamuk seperti orang gila. Bermabuk-mabuk kan, yang dianggap seolah-olah sebagai bentuk pergaulan dalam masyarakat, menjadikan orang tidak layak bagi masyarakat, sebab bermabuk-mabukan membuat mereka berkata-kata kasar dengan lidah mereka dan membabi buta dalam amarah mereka (Amsal 23:29).
2. Kebodohan para pemabuk dengan mudah disimpulkan dari sini. Orang yang terhuyung-huyung karenanya, yang membiarkan dirinya terjerumus ke dalam dosa ini padahal ia sudah jelas-jelas diperingatkan akan dampak-dampaknya, tidaklah bijak. Ia menunjukkan diri tidak mempunyai pengertian atau pertimbangan yang benar akan berbagai perkara. Dan bukan hanya itu saja, ia juga membuat dirinya tidak mampu memperoleh hikmat. Sebab, dosalah yang membuat orang tergila-gila dan mabuk kepayang, dan mencuri hati mereka. Pemabuk adalah orang bodoh, dan seperti itulah jadinya dia.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:2. “Kegentaran yang datang dari raja adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan dirinya.”
Lihatlah di sini:
1. Betapa menakutkannya raja-raja, dan betapa mengerikannya mereka bagi orang-orang yang sudah membangkitkan amarah mereka. Kegentaran terhadap mereka, yang membuat rakyat senantiasa hormat dan takut (khususnya apabila raja-raja memegang kuasa mutlak dan kehendak mereka adalah hukum), adalah seperti raung singa muda, yang amat menggentarkan bagi makhluk-makhluk yang dimangsanya, dan membuat mereka gemetar sehingga tidak bisa melarikan diri darinya.
Raja-raja yang memerintah dengan hikmat dan kasih berarti memerintah seperti Allah sendiri, dan dengan begitu mereka menampakkan gambaran diri-Nya. Tetapi, raja-raja yang memerintah hanya dengan kengerian, dan dengan sewenang-wenang, berarti hanya memerintah seperti singa di hutan, dengan kekuatan binatang. ‘Oderint, dum metuant’ – Biar saja rakyat benci, asalkan mereka takut.
2. Oleh sebab itu, betapa tidak bijaksananya orang-orang yang ber-selisih dengan mereka, yang marah terhadap mereka, sehingga membangkitkan amarah mereka. Mereka membahayakan nyawa mereka sendiri. Jauh terlebih lagi dengan orang-orang yang membangkitkan amarah Raja segala raja. Nemo me impune lacesset – Tak seorang pun yang membuatku marah akan lolos dari hukuman.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:3. “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.”
Ayat 3 ini dirancang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan orang berkenaan dengan perbantahan.
1. Orang menyangka bahwa mereka berhikmat jika terlibat dalam perselisihan, padahal itu adalah kebodohan terbesar yang bisa diperbuat. Ia menyangka dirinya berhikmat jika cepat tersinggung oleh penghinaan, jika mati-matian membela kehormatan dan haknya. Ia tidak mau mengalah demi kehormatan atau hak itu, sebelum ia menentukan, menjatuhkan, dan memberikan hukum kepada semua orang. Akan tetapi, sesungguhnya orang yang suka campur tangan seperti itu adalah orang bodoh. Ia hanya menimbulkan banyak kekesalan yang tidak perlu kepada dirinya sendiri.
2. Orang menyangka, ketika mereka terlibat dalam perselisihan, mereka akan menanggung malu jika mundur dan meletakkan senjata. Akan tetapi, sebenarnya terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perban-tahan. Terhormatlah ia jika ia menarik diri, menyudahi suatu perselisihan, memaafkan kesalahan, dan berteman dengan orang-orang yang sudah berseteru dengannya.
Terhormatlah orang, orang yang bijak, orang yang hidup di dalam roh, jika ia menunjukkan penguasaan diri dengan menjauhi perbantahan, dengan mengalah, menunduk, dan menarik kembali tuntutan-tuntutannya yang adil, demi menjaga kerukunan, seperti yang diperbuat Abraham, orang yang lebih tinggi itu (Kejadian 13:8).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:4. “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.”
Lihatlah di sini jahatnya bermalas-malasan dan mencintai kenyamanan.
1. Kemalasan menghalang-halangi orang untuk mengerjakan pekerjaan yang paling dibutuhkan, untuk membajak dan menabur pada musimnya: si pemalas mempunyai tanah untuk ditinggali dan digarap, dan memiliki kemampuan untuk itu. Ia bisa membajak, tetapi tidak mau. Ada saja alasannya untuk mengelak, tetapi alasan yang sebenarnya adalah karena musim dingin. Saat membajak bukanlah pada puncak musim dingin, melainkan di awal-awalnya. Namun bahkan di awal-awal musim dingin itu ia merasa terlalu dingin untuk pergi keluar.
Benar-benar memalukan orang-orang yang malas dalam menangani urusan mereka sampai-sampai tidak bersedia untuk melakukan pekerjaan kecil seperti membajak, atau mengalami sedikit saja kesusahan seperti embusan angin dingin. Demikianlah cerobohnya banyak orang dalam perkara-perkara yang menyangkut jiwa mereka. Kesulitan sepele saja sudah membuat mereka ketakutan untuk melakukan kewajiban yang paling penting. Tetapi, prajurit-prajurit yang baik harus bertahan menghadapi kesusahan.
2. Dengan demikian, kemalasan menjauhkan mereka dari sokongan-sokongan hidup yang paling penting: orang-orang yang tidak mau membajak pada masa menanam jangan harap akan menuai pada masa panen. Dan oleh sebab itu, dengan terheran-heran mereka harus mengemis roti ketika orang yang rajin membawa pulang berkas-berkas gandum mereka dengan sukacita. Orang yang tidak rela berjerih payah membajak harus menanggung aib mengemis.
Mereka akan mencari pada musim menuai, namun tidak mendapat apa-apa. Tidak, sekalipun panennya melimpah. Meskipun meringankan beban orang malas bisa saja merupakan perbuatan kasih, namun orang boleh, demi keadilan, tidak meringankan beban mereka. Mereka pantas dibiarkan kelaparan. Gadis-gadis bodoh yang tidak mau menyimpan minyak di dalam pelita-pelita mereka pada akhirnya memohon ingin masuk ketika mempelai laki-laki datang, namun mereka ditolak.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:5. “Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.”
Di sini orang dikatakan berhikmat bila ia mau menimba hikmat dari orang lain dan menyelami sampai di kedalamannya,
1. Untuk memperoleh pengetahuan dari orang lain. Meskipun segala rahasia dan rancangan manusia tersembunyi begitu rapat, sehingga semua itu seperti air yang dalam yang tidak bisa diselami orang lain, namun ada orang yang dengan sindiran-sindiran cerdik, dan pertanyaan-pertanyaan yang tampak aneh, bisa mengeluarkan dari orang lain apa yang telah mereka perbuat maupun apa yang mereka berniat lakukan. Oleh sebab itu, orang-orang yang mau menjaga rahasia rancangan mereka tidak saja harus bertekad bulat, tetapi juga harus waspada.
2. Untuk memperoleh pengetahuan melalui mereka. Sebagian orang sangat mampu dan pantas memberikan nasihat, karena mereka memiliki kemampuan yang unggul untuk membelah-belah sehelai rambut, menghantam tulang sendi kesulitan, dan memberikan saran yang mengena. Akan tetapi, orang-orang seperti ini sifatnya bersahaja, tertutup, dan tidak pandai berbicara.
Mereka menyimpan banyak sekali perkara di dalam diri mereka, tetapi semua itu enggan keluar. Dalam kasus seperti itu, orang yang pandai akan menimbanya, seperti menimba anggur dari dalam tempayan. Kita akan kehilangan keuntungan yang bisa kita per oleh dari percakapan dengan orang-orang bijak jika kita tidak tahu seni bertanya yang baik.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:6. “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?”
Perhatikanlah :
1. Mudah untuk menemukan orang yang berpura-pura berbaik hati dan murah hati dalam memberi. Banyak orang akan menyebut diri sebagai orang yang berbelas kasihan, bermegah dengan kebaikan yang telah dan akan mereka perbuat, atau, setidak-tidaknya, dengan betapa senangnya ia berbuat baik. Kebanyakan orang akan berbicara banyak tentang amal, kedermawanan, keramahan, dan kesalehan mereka. Mereka akan meniup sangkakala kepada diri sendiri, seperti orang-orang Farisi. Mereka akan mengumandangkan kebaikan kecil yang telah mereka lakukan, dan membesar-besarkannya.
2. Tetapi sulit menemukan orang yang benar-benar baik dan murah hati dalam memberi, yang sudah melakukan dan akan melakukan lebih banyak daripada yang mereka katakan atau yang pura-pura mereka pedulikan, dan yang benar-benar mau menjadi sahabat sejati di masa susah. Orang yang bisa dipercayai seperti itu ibarat angsa berwarna hitam.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:7. “Orang benar yang bersih kelakuannya - berbahagialah keturunannya.”
Ada perhatian yang diberikan di sini mengenai kehormatan orang baik,
1. Bahwa ia berbuat baik bagi dirinya. Ia memiliki aturan tertentu, dan melalui aturan itu ia mengatur dirinya dengan tangan yang kuat dan mantap: ia bersih kelakuannya. Ia menjaga kemurnian hati nuraninya, dan mendapat penghiburan darinya, sebab itulah sukacitanya. Ia tidak mudah dicekam segala kegelisahan, entah dalam merancangkan apa yang akan diperbuatnya atau merenungkan apa yang telah diperbuatnya, tidak seperti orang-orang yang hidup dengan menipu.
2. Bahwa ia berbuat baik bagi keluarganya: berbahagialah keturunannya, dan hidup mereka akan lebih baik oleh karena dia. Allah menyimpan belas kasihan bagi keturunan orang yang setia.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:8. “Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.”
Inilah :
1. Sifat seorang penguasa yang baik: ia adalah seorang raja yang pantas disebut raja, yang bersemayam di atas kursi, bukan kursi kehormatan untuk bernyaman-nyaman dan bermegah-megahan, dan mengharuskan orang lain menjaga jarak, melainkan kursi pengadilan, agar ia menjalankan keadilan, mengembalikan hak orang yang disalahi dan menghukum orang yang membuat pelanggaran. Ia menjadikan pekerjaannya sebagai kesukaannya, dan tidak menyukai kesenangan lain dibandingkan pekerjaannya itu. Ia tidak mengalihkan segala kekhawatiran dan permasalahan kepada orang lain, tetapi memperhatikan urusan-urusannya sendiri dan melihat sebanyak mungkin perkara dengan matanya sendiri (1 Raja-raja 10:9).
2. Dampak yang membahagiakan dari pemerintahan yang baik. Kehadiran sang raja amat besar pengaruhnya sampai-sampai melenyapkan kefasikan dari pandangan. Jika ia menyelidiki perkara-perkaranya sendiri, orang-orang yang bekerja di bawahnya akan dijaga rasa hormat terhadapnya dan dijauhkan dari berbuat salah. Jika orang besar adalah orang yang juga baik, dan mau menggunakan kuasa mereka sebagaimana yang bisa dan harus mereka gunakan, betapa besarnya kebaikan yang bisa mereka lakukan dan betapa besarnya kejahatan yang bisa mereka cegah!
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:9. “Siapakah dapat berkata: "Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”
Pertanyaan ini bukan hanya merupakan sebuah tantangan bagi siapa saja di dunia ini untuk membuktikan dirinya tidak berdosa, apa pun kepura-puraan mereka, melainkan juga merupakan sebuah ratapan atas kebobrokan umat manusia, bahkan atas kebobrokan yang masih tinggal pada diri orang-orang yang terbaik dari antara mereka. Aduh! Siapakah dapat berkata, “Aku tanpa dosa?”
Amatilah :
1. Siapa orang yang tidak bisa mengatakan kepura-puraan itu – semua orang, kita dan juga orang lain. Di sini, dalam keadaan yang tidak sempurna ini, tidak seorang pun bisa mengaku tanpa dosa. Adam bisa mengatakannya ketika ia masih murni, dan orang-orang kudus bisa mengatakannya di sorga, tetapi tidak seorang pun bisa mengatakannya dalam kehidupan ini. Orang-orang yang menyangka bahwa mereka sebaik seperti yang sudah seharusnya tidak bisa mengatakan ini, bahkan, orang yang benar-benar baik pun tidak akan, dan tidak berani, mengatakannya.
2. Kepura-puraan apa yang tidak bisa diucapkan. Kita tidak bisa berkata, kita telah membersihkan hati kita. Meskipun kita bisa berkata, melalui anugerah, “Kita lebih bersih daripada sebelumnya,” kita tidak dapat berkata, “Kita bersih dan murni dari segala dosa yang tersisa.” Atau, walaupun kita bersih dari perbuatan-perbuatan dosa besar, kita tidak dapat berkata, “Hati kita bersih.” Atau, meskipun kita sudah dibasuh dan dibersihkan, kita tidak dapat berkata, “Kita sendiri yang telah membersihkan hati kita,” sebab itu adalah pekerjaan Roh. Atau, sekalipun kita murni dari dosa-dosa yang diperbuat banyak orang lain, kita tidak dapat berkata, “Kita tahir dari pada dosa kita, dosa yang begitu merintangi kita, tubuh maut yang dikeluhkan oleh Rasul Paulus itu” (Roma 7:24).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:10. “Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.”
Lihatlah di sini:
1. Berbagai muslihat yang dipakai orang untuk menipu, segala kejahatan yang berakar pada cinta akan uang. Dalam membayarkan dan mene-rima uang, yang pada waktu itu umumnya dilakukan dengan timbangan, mereka mempunyai dua macam batu timbangan, yang terlalu ringan untuk apa yang mereka bayarkan dan yang terlalu berat untuk apa yang mereka terima.
Dalam mengirimkan dan memasukkan barang, mereka mempunyai dua macam takaran, takaran yang sedikit untuk menjual dan takaran yang besar untuk membeli. Perbuatan ini dilakukan secara curang melalui persekongkolan dan perencanaan, dan dengan dalih untuk berbuat benar. Termasuk di dalamnya adalah semua muslihat untuk memalsu-kan dan menipu dalam berjual beli.
2. Ketidakberkenanan Allah terhadap semua perbuatan itu. Entah itu mengenai uang atau barang, sebagai pembeli atau penjual, semua itu adalah kekejian bagi TUHAN. Ia tidak akan membuat makmur perdagangan yang dilakukan secara demikian, ataupun memberkati hasil yang diperoleh. Ia membenci orang-orang yang merusak kepercayaan umum seperti itu, karena melalui kepercayaan umum itulah keadilan dijaga. Dan Ia akan menjadi Pembalas dari semuanya ini.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:11. “Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya”
Pohon dikenal dari buahnya, orang dikenal dari perbuatannya, bahkan pohon muda dari buah pertamanya, dan seorang anak dikenal dari kelakuan nya yang kekanak-kanakan, yaitu apakah kelakuannya itu cuma bersih saja, hanya tampaknya saja yang baik (kata itu digunakan dalam Amsal 16:2), ataukah itu jujur, yakni, benar-benar baik.
Ini menunjukkan:
1. Bahwa anak-anak akan menampakkan diri sendiri siapa mereka sebenarnya. Segera orang akan melihat seperti apa tabiat mereka, dan ke mana kecenderungan mereka menuntun mereka, sesuai dengan pembawaan diri mereka. Anak-anak belum mempelajari seni menutup-nutupi dan menyembunyikan kecondongan hati seperti orang dewasa.
2. Bahwa orang tua harus mengawasi anak-anak mereka, agar bisa mengetahui kecenderungan dan bakat mereka, dan bisa mengatur maupun menyalurkan kecenderungan dan bakat mereka itu. Dengan begitu, orang tua menancapkan paku yang longgar dan mencabut paku yang salah tancap. Yang terpenting untuk berhasil dalam hal ini adalah hikmat .
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:12. “Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN.”
Perhatikanlah :
1. Allah adalah Tuhan atas alam, dan semua kekuatan serta kemampuan alam berasal dari Dia dan bergantung kepada-Nya, dan oleh sebab itu dimanfaatkan untuk-Nya. Dialah yang membentuk mata dan menanam-kan telinga (Mazmur 94:9), dan keduanya disusun secara menakjubkan. Dialah yang menyerahkan kepada kita untuk menggunakan keduanya. Berkat pemeliharaan-Nyalah mata kita melihat dan telinga kita mendengar. Mendengar dan melihat adalah indra-indra pembelajaran, dan kebaikan Allah harus diakui secara khusus di dalamnya.
2. Allah adalah Allah yang sumber anugerah. Dialah yang memberikan telinga yang mendengarkan suara Alah, dan mata yang melihat keindahan-Nya, sebab Dialah yang membuka pengertian.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:13. “Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.”
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang memanjakan diri di dalam kenyamanan harus bersiap-siap menghadapi kekurangan kebutuhan-kebutuhan pokok, yang seharusnya sudah mereka per oleh dengan pekerjaan yang jujur. “Oleh karena itu, meskipun engkau harus tidur (itu merupakan tuntutan alami), namun janganlah menyukai tidur, seperti orang-orang yang benci bekerja. Janganlah menyukai tidur demi tidur itu sendiri, tetapi tidurlah hanya karena itu membuat kita segar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya. Janganlah menyukai banyak tidur, tetapi sebaliknya, kesallah dengan waktu yang sudah habis untuknya, dan berharaplah seandainya engkau bisa hidup tanpanya supaya bisa selalu sibuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik.”
Kita harus membiarkan tubuh kita tidur, seperti tuan-tuan yang membiarkan hamba-hamba mereka tidur, sebab mereka tidak bisa menahannya, dan jika tidak tidur, hamba-hamba itu tidak akan berguna bagi mereka. Orang-orang yang menyukai tidur akan mudah jatuh miskin, bukan hanya karena mereka kehilangan waktu yang mereka habiskan untuk tidur secara berlebihan, tetapi juga karena mereka sudah membentuk suatu pembawaan diri yang lesu dan tak acuh. Mereka selalu setengah tertidur, tidak pernah terjaga sepenuhnya.
2. Orang-orang yang menyemangati diri mereka untuk bekerja boleh berharap akan mendapat kenyamanan-kenyamanan hidup: “Bukalah matamu, terjagalah dan lepaskanlah tidurmu, lihatlah betapa matahari sudah meninggi, betapa pekerjaanmu menunggumu, dan betapa sibuknya orang-orang lain di sekitarmu! Dan, apabila kamu terjaga, tengoklah ke atas, pandangilah keuntunganmu sendiri, dan jangan biarkan kesempatan-kesempatanmu lewat begitu saja.
Arahkanlah pikiranmu lekat-lekat kepada pekerjaanmu dan uruslah itu. Persyaratannya mudah dan keuntungannya besar: bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang. Sekalipun mungkin engkau tidak menjadi kaya, engkau akan berkecukupan, dan itu sama baiknya dengan makanan pesta.”
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:14. “"Tidak baik! Tidak baik!", kata si pembeli, tetapi begitu ia pergi, ia memuji dirinya.”
Lihatlah di sini:
1. Muslihat-muslihat apa yang dipakai orang untuk menawar barang dan membeli dengan harga murah. Mereka tidak hanya menurunkan harga dengan sembarangan, seolah-olah mereka tidak butuh dan tidak peduli dengan barangnya, padahal barangkali mereka tidak bisa hidup tanpanya (mungkin juga mereka terus memikirkannya), tetapi juga mereka menjelek-jelekkan dan merendahkan apa yang mereka tahu mempunyai harga. Mereka berteriak, “Tidak baik, tidak baik. Barangnya kurang ini atau itu, atau mungkin punya cacat ini atau itu.
Mutunya tidak baik, dan terlalu mahal. Kami bisa mendapat yang lebih baik dan lebih murah di tempat lain. Atau, kami sudah membeli seperti itu yang lebih baik dan lebih murah.” Ini cara yang biasa digunakan dalam berjual beli. Dan, sebenarnya, bisa saja mereka mengetahui kebalikan dari apa yang mereka katakan itu.
Sebaliknya, si penjual, yang mungkin berpikir bahwa ia tidak punya cara lain lagi untuk mengimbangi si pembeli, memuji-muji setinggi langit barang-barang dagangannya dan membenarkan harga yang sudah dipasangnya untuk barang-barangnya itu. Begitulah, kedua pihak sama-sama melakukan kesalahan. Padahal tawar-menawar itu bisa sampai pada harga yang wajar jika baik si pembeli maupun si penjual mau bersikap biasa-biasa saja dan mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan.
2. Betapa bangga dan senangnya orang apabila ia berhasil mendapatkan apa yang ditawarnya itu, meskipun dalam menawar harga itu ia menentang dirinya sendiri, dan mengakui bahwa ia menutup-nutupi hal yang sebenarnya ketika menawar. Setelah si pembeli mengalahkan si penjual, yang bersedia menurunkan harga daripada kehilangan pelanggan (seperti yang terpaksa dilakukan banyak pedagang miskin, yaitu lebih baik untung sedikit daripada tidak sama sekali), maka ia pun pergi, dan bermegah atas barang-barang bagus yang sudah didapatnya dengan harga yang ditawarnya sendiri.
Ia menganggap sebagai penghinaan serta celaan terhadap penilaiannya jika ada orang yang meremehkan harga yang ditawarnya. Mungkin ia mengetahui nilai barang itu lebih baik daripada si penjual sendiri, dan tahu bagaimana bisa mendapatkan untung besar dari barang itu. Lihatlah betapa mudahnya manusia disenangkan dengan apa yang mereka dapatkan, dan betapa bangganya mereka dengan tipu muslihat mereka. Padahal penipuan dan kebohongan adalah dua hal yang seharusnya membuat orang malu, betapa pun banyaknya keuntungan yang mereka dapatkan melaluinya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 20:15. “Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan.”
Bibir yang berpengetahuan (yaitu pengertian yang baik untuk memandu bibir dan kecakapan berbicara yang baik untuk menyebarkan pengetahuan) harus jauh lebih diutamakan daripada emas, mutiara, dan permata. Sebab,
1. Bibir yang berpengetahuan memang lebih jarang, lebih langka dan sulit didapatkan. Ada emas di dalam saku banyak orang, sementara mereka tidak mempunyai kemurahan di dalam hati mereka. Pada masa pemerintahan Salomo ada emas berlimpah (1 Raja-raja 10:21), dan banyak permata. Setiap orang memakainya. Emas dan permata itu bisa dibeli di semua kota. Tetapi hikmat adalah barang langka, permata yang berharga. Hanya sedikit orang yang memilikinya untuk digunakan berbuat baik, dan hikmat juga tidak bisa dibeli dari pedagang.
2. Bibir yang berpengetahuan lebih memperkaya, dan lebih memperhias kita. Bibir yang berpengetahuan menjadikan kita kaya bagi Allah, kaya dalam perbuatan baik (1 Timotius 2:9-10). Kebanyakan orang gemar akan emas, dan bagi mereka satu atau dua permata saja tidak cukup. Mereka harus memilikinya dalam jumlah banyak, bahkan sampai satu lemari. Tetapi orang yang bibirnya berpengetahuan memandang rendah semua ini, sebab ia mengetahui dan memiliki hal-hal yang lebih baik.
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:16. “Ambillah pakaian orang yang menanggung orang lain, dan tahanlah dia sebagai sandera ganti orang asing.”
Ada dua jenis orang yang di sini dikatakan sebagai orang yang menghancurkan harta milik mereka sendiri, dan yang sebentar lagi akan menjadi pengemis, dan oleh sebab itu tidak bisa dipercaya dengan aman:
1. Orang-orang yang mau mengikat diri bagi siapa saja yang meminta tolong dari mereka, yang secara gegabah menjerat diri sendiri dengan menjadi tanggungan untuk membantu teman-teman mereka yang malas. Mereka akan hancur pada akhirnya, bahkan, mereka tidak bisa bertahan lama. Orang-orang ini akan habis diborong.
2. Orang-orang yang berkumpul dengan wanita-wanita yang ditinggal-kan suami mereka, yang membelanjakan uang untuk mereka, men-cumbu mereka, dan berteman dengan mereka (Dalam KJV, orang asing diterjemahkan dengan wanita asing – pen.). Mereka akan menjadi pengemis sebentar lagi. Mereka suka berjanji untuk memberi begitu dipuji. Wanita-wanita asing mempunyai cara-cara yang asing untuk mempermiskin para pria dan memperkaya diri mereka sendiri.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:17. “Roti hasil tipuan sedap rasanya, tetapi kemudian mulutnya penuh dengan kerikil.”
Perhatikanlah:
1. Dosa mungkin saja terasa menyenangkan ketika diperbuat: roti hasil tipuan, kekayaan yang diperoleh dengan menipu, dengan berdusta dan menindas, bisa sedap rasanya, dan semakin sedap karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Kesenangan seperti itulah yang dirasakan oleh orang yang berpikiran duniawi apabila berhasil menjalankan rancangan-rancangan fasiknya. Semua kesenangan dan keuntungan dari dosa adalah roti hasil tipuan. Semua kesenangan dan keuntungan itu merupakan hasil curian, karena mereka adalah buah terlarang. Mereka akan membuat orang tertipu, sebab mereka bukanlah seperti yang dijanjikan bagi diri mereka sendiri. Namun, untuk sementara waktu, mereka dikunyah seperti sepotong roti manis, dan pendosa merasa dirinya diberkati dalam memakannya. Tetapi,
2. Roti itu akan terasa pahit ketika dipikirkan. Setelah dikunyah, mulut si pendosa akan penuh dengan kerikil. Ketika hati nuraninya terjaga, ketika ia menyadari dirinya tertipu, dan menjadi cemas akan murka Allah terhadap dia karena dosanya, betapa menyakitkan dan menggeli-sahkannya pemikiran tentang roti tersebut di kala itu! Kenikmatan-kenikmatan dosa hanyalah untuk sementara saja, dan akan diikuti oleh kesedihan. Beberapa bangsa menghukum para penjahat dengan mencampurkan kerikil ke dalam roti mereka.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:18. “Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.”
Perhatikanlah:
1. Adalah baik jika dalam segala hal kita bertindak dengan pertim-bangan, dan bertanya dulu setidak-tidaknya kepada diri kita sendiri, dan setelah itu, kepada teman-teman kita juga, sebelum kita membuat keputusan. Akan tetapi, terutama mintalah nasihat dari Allah, mohon bimbingan dari-Nya, dan perhatikan tuntunan dari Mata ini. Inilah cara untuk meneguhkan baik pikiran maupun tujuan kita, dan untuk berhasil dengan baik dalam urusan-urusan kita. Sedangkan, apa yang dilakukan secara tergesa-gesa dan mendadak akan mudah disesali. Ambillah waktu, maka engkau akan menyelesaikannya dengan lebih cepat. ‘Deliberandum est diu, quod statuendum est semel’ – Keputusan akhir harus didahului dengan pertimbangan yang matang.
2. Kita berhikmat terutama apabila kita berhati-hati dalam menyatakan perang. Pertimbangkanlah, dan mintalah nasihat, apakah perang harus dimulai atau tidak, apakah itu adil, apakah itu bijaksana, apakah kita merupakan lawan yang sepadan bagi musuh, dan mampu melanjutkan peperangan bila sudah terlambat bagi kita untuk mundur (Lukas 14:31). Apabila peperangan sudah dimulai, pertimbangkanlah bagaimana dan dengan seni-seni perang apa pertempuran itu dapat diteruskan, sebab pengaturan sama perlunya dengan keberanian. Pergi ke pengadilan itu serupa dengan pergi berperang, dan oleh sebab itu harus dilakukan berdasarkan nasihat yang baik (Amsal 25:8). Pedoman orang-orang Romawi adalah ‘nec sequi bellum, nec fugere’ – jangan mendesak untuk berperang, tetapi juga jangan menghindarinya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:19. “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.”
Ada dua jenis orang yang berbahaya untuk dijadikan teman :
1. Pengumpat, meskipun biasanya mereka suka menyanjung, dan dengan kata-kata yang indah berhasil menyusup dan diterima sebagai teman. Sungguh tidak tahu aturan orang-orang yang menyampaikan cerita ke sana sini, yang menimbulkan kejahatan di antara para tetangga dan saudara, yang menaburkan iri hati ke dalam pikiran orang terhadap para penguasa mereka, terhadap hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, terhadap satu sama lain.
Orang-orang seperti ini mengungkapkan rahasia-rahasia yang sudah dipercayakan kepada mereka atau yang mereka ketahui dengan cara tidak terpuji. Dengan berpura-pura menebak-nebak pikiran dan maksud orang, mereka menceritakan hal-hal palsu tentang orang-orang itu. “Janganlah bergaul akrab dengan orang-orang seperti itu. Janganlah mendengarkan mereka apabila mereka menyampaikan cerita-cerita mereka dan membocorkan rahasia-rahasia, sebab yakinlah bahwa mereka akan membocorkan rahasia-rahasiamu juga, dan menyampaikan cerita yang tidak-tidak tentang engkau.”
2. Orang yang bocor mulut (KJV: penjilat – pen.), sebab biasanya mereka mengumpat. Jika orang datang menjilat kepadamu, memuji dan menyanjung-nyanjungmu, curigalah bahwa ia mempunyai maksud tertentu atas dirimu, dan waspadalah. Ia akan mencari-cari sesuatu pada dirimu untuk dipakainya mengarang-ngarang cerita buruk tentang engkau, dan mengatakannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jangan-lah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut. Orang gila pujian bila ia mau menaruh keyakinan terhadap seseorang dan mempercayakan kepadanya suatu rahasia atau pekerjaan hanya karena orang itu menyanjung-nyanjungnya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:20. 5“Siapa mengutuki ayah atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap.”
Inilah :
1. Anak yang tidak patuh menjadi sangat jahat secara perlahan-lahan. Ia mulai dengan merendahkan ayah dan ibunya, meremehkan didikan-didikan mereka, membangkang terhadap perintah-perintah mereka, dan marah terhadap teguran-teguran mereka. Kemudian, pada akhirnya ia sampai pada puncak kekurangajaran dan ketidaksalehannya hingga ia mengutuki mereka, dan mengata-ngatai mereka dengan bahasa yang kasar dan menghina.
Selain itu, ia juga berharap kejahatan menimpa kedua orang yang sudah menjadi sarana bagi keberadaannya, dan yang telah begitu bersusah payah mengasuhnya. Dan hal ini diperbuatnya dengan menentang Allah dan hukum-Nya, yang membuat kejahatannya pantas diganjar dengan hukuman mati (Keluaran 21:17; Matius 15:4). Perbuatannya itu juga melanggar semua ikatan kewajiban, kasih sayang yang sudah sewajar-nya, dan rasa terima kasih.
2. Anak yang tidak patuh akan menjadi amat sengsara pada akhirnya: pelitanya akan padam pada waktu gelap. Segala kehormatannya akan hancur menjadi debu, dan ia akan kehilangan nama baiknya untuk selama-lamanya. Janganlah ia pernah berharap pikirannya akan damai atau terhibur sedikit pun, apalagi, berharap untuk hidup makmur di dunia ini. Hari-harinya akan diperpendek, dan pelita hidupnya akan dipadamkan, sesuai dengan kebalikan dari janji atau perintah Allah yang kelima. Keluarganya akan binasa dan keturunannya akan menjadi kutuk baginya. Dan itu akan menjadi kehancurannya yang kekal. Pelita kebahagiaannya akan padam di dalam kegelapan yang kelam (demikianlah arti kata yang digunakan di sini), bahkan kekelaman yang untuk selama-lamanya (Yudas 1:13; Matius 22:13).
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:21. “Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati.”
Perhatikanlah:
1. Mungkin saja bahwa harta kekayaan bisa meningkat secara tiba-tiba. Ada orang yang akan menjadi kaya, entah dengan cara yang benar atau salah, yang berkata atau berbuat tanpa mengindahkan hati nurani asalkan mereka bisa mendapatkan uang dengannya. Mereka ini akan menipu ayah mereka sendiri, jika itu bisa mereka lakukan, dan dengan cara yang kotor menyimpan serta menimbun apa yang mereka peroleh. Mereka enggan memberikan makanan yang secukupnya kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka, dan menganggap semua uang hilang percuma jika tidak dibelikan tanah atau ditabung dengan mendapat bunga. Dengan cara-cara seperti ini orang memang bisa bertambah kaya, bisa menjadi amat kaya, dalam waktu sebentar saja pada saat ia pertama kali memulai.
2. Harta kekayaan yang meningkat secara tiba-tiba sering kali hancur secara tiba-tiba pula. Harta itu diperbanyak secara tergesa-gesa, tetapi, karena tidak diperbanyak secara jujur, maka cepat matang cepat pula busuknya: akhirnya tidak diberkati Allah, dan jika Ia tidak member-katinya, maka harta itu tidak bisa menghibur atau tahan lama. Dengan begitu, siapa yang memperolehnya akan menjadi orang bebal pada akhirnya. Lebih baik jika ia mengambil waktu dan membangun di atas dasar yang kokoh.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:22. “Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nanti-kanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.”
Orang-orang yang hidup di dunia ini harus sadar bahwa mereka akan diperlakukan dengan jahat, dihina, dan ditimpakan kesulitan secara tidak adil, sebab kita berdiam di antara tanaman berduri. Nah, di sini kita diberi tahu apa yang harus kita lakukan apabila kita diperlakukan secara tidak adil.
1. Kita tidak boleh membalas dendam sendiri, bahkan membayangkan untuk membalas dendam pun tidak boleh, atau meniatkannya: “Janganlah engkau berkata, bahkan di dalam hati pun jangan, aku akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Janganlah menghibur dirimu dengan membayangkan bahwa sekarang atau nanti engkau akan mendapat kesempatan untuk impas dengan orang itu. Jangan ingin membalas dendam atau mengharapkannya, apalagi bertekad untuk melakukannya, sekalipun luka itu masih baru dan kebenciannya teramat dalam. Jangan pernah berkata bahwa engkau akan melakukan suatu hal yang tidak bisa engkau minta kepada Allah dengan iman untuk membantumu, dan itu tidak dapat engkau lakukan jika engkau membayangkan ingin membalas dendam.”
2. Kita harus mengarahkan hati kepada Allah, dan berserah kepada-Nya untuk membela perkara kita, untuk mempertahankan hak kita, dan mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang berbuat salah kepada kita dengan cara dan jalan yang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan apa yang dianggap-Nya pantas dan di dalam waktu-Nya sendiri: “Nantikanlah TUHAN, dan carilah perkenanan-Nya, turutilah kehendak-Nya. Ia tidak berkata bahwa Ia akan menghukum orang yang telah melukaimu (sebaliknya, Ia ingin agar engkau memaafkannya dan berdoa untuknya), tetapi bahwa Ia akan menyelamatkan engkau, dan itu sudah cukup. Ia akan melindungimu, sehingga dengan mengabaikan satu kejahatan engkau tidak akan (seperti yang pada umumnya ditakuti) mudah ditimpa kejahatan lain. Bahkan, Ia akan memberi ganti rugi untukmu, untuk mengimbangi kesulitan yang sudah engkau alami dan untuk mendorong engkau agar terus bersabar.” Ini seperti yang diharapkan Daud ketika Simei mengutukinya (2 Samuel 16:12).
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:23. “Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca serong itu tidak baik.”
Tujuan ayat 23 ini sama dengan apa yang sudah dikatakan dalam ayat 20.
1. Hal yang sama diulangi lagi di sini, sebab ini merupakan dosa yang dibenci Allah secara berlipat ganda (seperti halnya berbohong, yang sifatnya sama dengan dosa ini, disebutkan sebanyak dua kali di antara tujuh hal yang dibenci Allah dalam Amsal 6:17-19). Dan ini mungkin karena neraca yang serong merupakan dosa yang sangat sering dilakukan pada saat itu di Israel, sampai dianggap remeh seolah-olah tidak mendatangkan kerugian di dalamnya. Saat itu orang berdalih bahwa, karena sudah sering kali diperbuat, tidak ada kegiatan jual beli tanpa neraca yang serong.
2. Di sini ada tambahan, neraca serong itu tidak baik, untuk menunjukkan bahwa itu bukan hanya merupakan kekejian bagi Allah, tetapi juga tidak menguntungkan bagi orang berdosa itu sendiri. Benar-benar tidak ada kebaikan yang bisa didapat dengannya, bahkan tawaran yang baik pun tidak akan datang, sebab tawaran yang dibuat dengan menipu pada akhirnya akan gagal.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:24. “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”
Di sini kita diajar bahwa dalam semua perkara,
1. Kita perlu dan terus-menerus bergantung kepada Allah. Semua tindakan jasmani kita secara alamiah bergantung pada pemeliharaan-Nya, dan semua tindakan rohani kita bergantung pada anugerah-Nya. Orang yang terbaik tidak akan lebih baik melebihi keadaannya yang telah diciptakan oleh Allah baginya. Juga, setiap makhluk menjadi bagi kita seperti yang sudah seharusnya demikian sesuai dengan kehendak Allah.
Usaha-usaha kita akan berhasil bukan seperti yang kita inginkan dan rancangkan, melainkan sebagaimana yang Allah arahkan dan tentukan. Bahkan langkah-langkah orang kuat sekalipun (begitu yang diartikan oleh kata ini) ditentukan oleh TUHAN, sebab kekuatannya akan menjadi kelemahan tanpa Allah, dan juga pertempuran tidak selalu tergantung pada orang kuat.
2. Kita tidak bisa mengetahui sebelumnya kejadian-kejadian yang akan datang, dan oleh sebab itu kita tidak tahu bagaimana meramal-kannya: bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya? Bagaimana ia bisa tahu apa yang akan menimpanya, sebab ketetapan-ketetapan Allah yang menyangkut dia bersifat rahasia, dan oleh sebab itu bagaimana bisa dia merencanakan sendiri apa yang akan dilakukan tanpa bimbingan dari-Nya?
Begitu sedikit kita memahami jalan kita sendiri sehingga kita tidak tahu apa yang baik bagi diri kita. Oleh sebab itu, kita harus melihat kekurangan sebagai suatu kebajikan, dan menyerahkan kepada Tuhan jalan kita, yang berada di dalam tangan-Nya, mengikuti bimbingan-Nya dan berserah kepada ketentuan Allah Sang Pemelihara.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:25. “Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan "Kudus", dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.”
Ada dua hal, yang dengannya Allah dibuat sangat murka, yang di sini dikatakan membuat manusia terjerat dan terlilit bukan hanya dalam kebersalahan, melainkan juga dalam kesulitan dan kehancuran pada akhirnya:
1. Pencemaran terhadap hal yang kudus, yaitu manusia mengambil alih hal-hal yang kudus dan menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri, yang di sini disebut melahapnya (KJV). Apa yang memang sudah diabdikan dengan suatu cara tertentu untuk melayani dan menghormati Allah, untuk mendukung agama dan penyembahan terhadap Allah, atau untuk meringankan beban kaum miskin, harus secara nurani dipelihara untuk tujuan-tujuan yang sudah dirancangkan tersebut.
Karena itu, orang-orang yang secara langsung atau tidak langsung menggelapkannya, atau melencengkannya dari tujuan yang semula ditetapkan, akan dimintai pertanggungjawaban yang besar. Bolehkah manusia menipu Allah mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus? (Maleakhi 3:8). Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas keagamaan mereka secara tergesa-gesa (dalam berdoa dan berkhotbah) dan menuntaskannya secara terburu-buru, karena tidak sabar ingin cepat selesai, bisa dikatakan melahap apa yang kudus.
2. Melanggar kovenan. Suatu jerat bagi manusia, apabila ia sudah bernazar kepada Allah, untuk menimbang-nimbang bagaimana ia bisa mengelak atau dibebaskan darinya, dan mencari-cari alasan untuk melanggarnya. Jika isi nazarnya meragukan, dan ungkapan-ungkapannya bermakna ganda, itu kesalahannya sendiri. Seharusnya ia bernazar dengan lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan, sebab hati nuraninya (jika itu lembut) akan dibuat sangat bingung, jika ia harus menimbang-nimbangnya sesudah ia bernazar (Pengkhotbah 5:5).Sebab, apabila kita sudah membuka mulut kepada Tuhan, maka sudah terlambat untuk mundur kembali (Kisah Para Rasul 5:4).
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:26.
“Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka berulang-ulang.”
Lihatlah di sini :
1. Apa pekerjaan para hakim. Mereka harus menjadi kengerian bagi para pembuat kejahatan. Mereka harus menyerakkan orang-orang fasik (kjv), yang bersekongkol untuk membantu dan menyemangati satu sama lain dalam berbuat jahat. Hal ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan menggilas mereka berulang-ulang, maksudnya, menjalankan hukum-hukum melawan mereka, meremukkan kekuatan mereka, dan menggagalkan rencana-rencana mereka. Adakalanya kekerasan harus digunakan untuk mengusir dari negeri orang-orang yang secara terang-terangan berbuat keji dan jahat, yang bejat dan memperbejat.
2. Apa persyaratan bagi para hakim yang penting dipenuhi untuk melakukan hal ini. Mereka harus saleh dan juga bijaksana, sebab raja yang bijaksanalah, yang beragama dan juga penuh pertimbangan, yang mungkin bisa menekan kekejian dan memperbarui perilaku.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:27. “. Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka berulang-ulang.”
Di sini kita mendapati martabat jiwa, jiwa yang agung pada manusia, terang yang menerangi setiap orang itu.
1. Terang itu adalah terang ilahi. Terang itu adalah pelita TUHAN, pelita yang dinyalakannya, sebab nafas Yang Mahakuasalah yang memberi kita pengertian. Ia menciptakan roh dalam diri manusia. Dalam gambar dan rupa Allah-lah manusia diciptakan dengan dikaruniai pengetahuan. Hati nurani, indra yang mulia itu, adalah wakil Allah di dalam jiwa. Hati nurani adalah pelita yang dinyalakan bukan hanya oleh Allah, melainkan juga untuk-Nya. Oleh sebab itu, Bapa segala roh disebut sebagai Bapa segala terang .
2. Terang itu adalah terang yang memberikan penyingkapan. Dengan bantuan akal budi kita bisa mengenal orang, menilai sifat-sifat mereka, dan menyelami rancangan-rancangan mereka. Dengan bantuan hati nurani kita bisa mengenal diri kita sendiri. Roh manusia memiliki kesadaran diri (1 Korintus 2:11).
Ia menyelidiki segala kecenderungan dan perasaan jiwa, memuji apa yang baik, mengecam apa yang sebaliknya, dan menghakimi pikiran-pikiran serta maksud-maksud hati. Inilah tugas, dan inilah kekuatan, dari hati nurani, yang oleh karena itu kita berkepentingan untuk mengenalnya dengan benar dan membuatnya bersih dari pelanggaran.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:28. “Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia menopang takhtanya.”
Di sini kita mendapati :
1. Keutamaan-keutamaan seorang raja. Keutamaan-keutamaan itu adalah kasih dan setia, terutama kasih, sebab kasih disebut sebanyak dua kali di sini. Ia secara ketat harus setia pada perkataannya, harus tulus, dan membenci semua kepura-puraan. Ia harus menjalankan semua kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sesuai aturan agama, dan harus mendukung serta menyokong kebenaran. Dia juga harus memerintah dengan ampunan, dan dengan semua perbuatan belas kasihannya ia mendapat simpati di hati rakyatnya. Kasih dan setia adalah kemuliaan takhta Allah, dan para raja disebut sebagai allah-allah.
2. Keuntungan-keuntungan yang diperolehnya dengan berbuat demikian. Keutamaan-keutamaan ini akan menjaga pribadinya dan mendukung pemerintahannya, akan membuatnya tenang dan aman, dicintai oleh rakyatnya sendiri dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, itu pun kalau ia mempunyai musuh.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:29. “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban.”
Ini menunjukkan bahwa baik orang muda maupun orang tua mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri, dan oleh sebab itu masing-masing dari mereka, sesuai dengan kemampuan mereka, harus berguna bagi masyarakat, dan jangan ada yang saling merendahkan atau iri hati.
1. Janganlah orang tua merendahkan orang muda, sebab orang muda kuat dan cocok untuk bertindak, mampu menjalankan pekerjaan dan melewati kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dihadapi oleh orang yang lanjut usia dan lemah. Hiasan orang muda ialah kekuatannya, asalkan mereka menggunakannya dengan baik (untuk melayani Tuhan dan bangsa mereka, dan bukan untuk hawa nafsu mereka), dan tidak menyombongkan kekuatannya atau mengandalkannya semata-mata.
2. Janganlah orang muda menghina orang tua, sebab mereka berbobot, dan pantas dimintai nasihat, dan walaupun mereka tidak memiliki kekuatan yang dimiliki orang muda, mereka lebih berhikmat dan berpengalaman. ‘Juniores ad labores, seniores ad honores’ – Pekerjaan adalah untuk orang muda, sedangkan kehormatan adalah untuk orang yang lanjut usia. Allah telah menaruh kehormatan kepada orang tua. Sebab ubannya adalah keindahannya. Lihat Daniel 7:9.
----------
MACAM-MACAM PETUAH :
Amsal 20:30. “Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati.”
Perhatikanlah:
1. Banyak orang perlu ditegur dengan keras. Sebagian anak begitu keras kepala sehingga orangtua mereka tidak bisa membuat mereka baik tanpa memberikan hukuman yang keras. Sebagian penjahat harus merasakan ketatnya hukum dan keadilan masyarakat. Cara-cara yang lembut tidak akan berhasil dengan mereka. Mereka harus dipukul sampai babak belur. Dan Allah yang bijaksana sudah tahu bahwa anak-anak-Nya sendiri terkadang perlu merasakan penderitaan-penderitaan yang amat perih.
2. Teguran-teguran yang keras terkadang membawa banyak kebaikan, seperti bahan perusak yang membantu menyembuhkan luka, dengan memakan habis daging yang congkak. Bahkan tongkat menghalau kebodohan yang membelenggu di dalam hati, dan membersihkan kejahatan yang bersarang di sana.
3. Sering kali orang-orang yang paling perlu ditegur secara keras bisa tahan menanggungnya. Seperti itulah rusaknya sifat itu sampai-sampai manusia enggan ditegur secara keras atas dosa-dosa mereka, tetapi lebih memilih dipukul sampai tulang belulang mereka nyeri. Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, tetapi itu baik baginya (Ibrani 12:11