Hakikat dan Tanggung Jawab Manusia: Kejadian 3:1-24
Pendahuluan:
Kejadian 3:1-24 adalah salah satu bagian paling penting dalam Alkitab yang menjelaskan kejatuhan manusia pertama dalam dosa dan dampaknya terhadap hakikat dan tanggung jawab manusia. Di sini, kita melihat bagaimana manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah (Imago Dei), menghadapi godaan dan konsekuensi dari ketidaktaatannya kepada Allah.Artikel ini akan mengeksplorasi apa yang diajarkan perikop ini tentang hakikat manusia, tanggung jawabnya di hadapan Allah, dan dampak dosa terhadap hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama.
1. Konteks Kejadian 3:1-24
a. Latar Belakang Penciptaan Manusia dalam Kejadian 1 dan 2
Sebelum memahami lebih dalam tentang Kejadian 3, kita perlu melihat konteks penciptaan manusia dalam Kejadian 1 dan 2. Dalam Kejadian 1:27, dikatakan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar dan rupa Allah.” Dengan penciptaan ini, manusia menerima martabat yang unik dan berharga di antara ciptaan yang lain. Systematic Theology oleh Wayne Grudem menegaskan bahwa konsep "Imago Dei" atau “gambar Allah” memberikan manusia kapasitas untuk berelasi dengan Allah, memiliki moralitas, rasionalitas, dan tanggung jawab.
Kejadian 2 menjelaskan lebih lanjut tentang kehidupan manusia di taman Eden. Allah memberikan manusia kebebasan untuk menikmati segala yang ada di taman itu, tetapi ada satu perintah yang jelas: tidak boleh memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Perintah ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan, tetapi kebebasan ini diiringi dengan batasan dan tanggung jawab moral.
b. Godaan di Taman Eden
Dalam Kejadian 3:1-5, kita diperkenalkan pada kehadiran ular sebagai perantara godaan. Ular ini, yang diidentifikasi dalam teologi Kristen sebagai simbol dari Setan, menghasut Hawa untuk melanggar perintah Allah. The Screwtape Letters oleh C.S. Lewis menggambarkan bahwa godaan sering kali datang dengan cara yang tampaknya tidak berbahaya, namun menggiring manusia untuk mempertanyakan firman Allah dan memandang diri sebagai pusat dari kebenaran.
Ular itu bertanya kepada Hawa apakah Allah benar-benar berkata bahwa mereka tidak boleh makan dari semua pohon di taman, padahal Allah hanya melarang satu pohon. Ini adalah taktik yang merusak, yang mencoba membuat Hawa mempertanyakan niat Allah dan memanipulasi kebenaran.
2. Hakikat Manusia dalam Kejadian 3:1-24
Hakikat manusia dalam perspektif Kejadian 3 diungkapkan melalui penciptaannya sebagai gambar Allah, pemberian kehendak bebas, dan kapasitas moral untuk memilih antara yang benar dan yang salah.
a. Manusia sebagai Makhluk Moral
Hakikat manusia menurut Kejadian 3 mencakup aspek moral yang jelas. Dalam pasal ini, Allah memberikan satu perintah sebagai bentuk ujian bagi manusia. Kehadiran larangan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk moral yang memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang benar atau salah. Dalam Institutes of the Christian Religion karya John Calvin, ditegaskan bahwa manusia diberi kemampuan untuk memilih yang baik, namun juga dihadapkan pada kemungkinan untuk berbuat dosa.
Keputusan Adam dan Hawa untuk memakan buah dari pohon yang dilarang menunjukkan bahwa mereka memiliki kehendak bebas, namun gagal menggunakannya untuk kebaikan. Hakikat manusia sebagai makhluk moral menjadi rusak karena dosa, yang kemudian mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, baik secara rohani maupun sosial.
b. Manusia sebagai Makhluk Relasional
Manusia tidak hanya diciptakan sebagai makhluk moral tetapi juga makhluk relasional. Allah menciptakan manusia untuk memiliki hubungan yang dekat dengan-Nya dan dengan sesama. Hubungan ini diwarnai oleh kasih, kepercayaan, dan kedekatan. Ketika manusia jatuh dalam dosa, hubungan ini mengalami perpecahan.
Menurut Knowing God karya J.I. Packer, dosa bukan hanya pelanggaran terhadap hukum Allah, tetapi juga penolakan terhadap hubungan yang intim dengan Allah. Adam dan Hawa, setelah memakan buah terlarang, merasa malu dan takut kepada Allah, yang menunjukkan bahwa dosa telah merusak kedekatan antara manusia dan Tuhan.
c. Manusia sebagai Penanggung Tanggung Jawab
Hakikat manusia juga mencakup peran sebagai penanggung tanggung jawab. Allah memberikan tugas kepada manusia untuk “mengusahakan dan memelihara” taman Eden (Kejadian 2:15) dan untuk tunduk pada perintah-Nya. Kejatuhan Adam dan Hawa mengungkapkan kegagalan mereka dalam memenuhi tanggung jawab ini.
Dalam teologi Kristen, tugas manusia untuk menjaga ciptaan dan menaati perintah Allah adalah bagian dari panggilan hidup manusia. The Holiness of God oleh R.C. Sproul mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah aspek esensial dari tanggung jawab manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya. Dengan melanggar perintah Allah, manusia kehilangan keberanian dan kepuasan dalam menjalankan tanggung jawab yang telah diberikan.
3. Tanggung Jawab Manusia di Hadapan Allah
Kejadian 3 mengajarkan bahwa manusia tidak hanya diciptakan dengan hakikat tertentu, tetapi juga dengan tanggung jawab moral yang spesifik. Setelah jatuh dalam dosa, manusia bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya. Beberapa tanggung jawab penting manusia yang diungkapkan dalam perikop ini termasuk tanggung jawab untuk taat kepada Allah, menghadapi konsekuensi dosa, dan menerima penghakiman ilahi.
a. Tanggung Jawab untuk Menaati Perintah Allah
Perintah yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat adalah salah satu contoh tanggung jawab yang jelas. Allah memberikan mereka kebebasan dengan satu batasan untuk menguji kesetiaan mereka. Keputusan Adam dan Hawa untuk melanggar perintah ini adalah pelanggaran tanggung jawab mereka.
Menurut Systematic Theology oleh Wayne Grudem, tanggung jawab manusia di hadapan Allah mencakup ketaatan kepada firman-Nya. Ketika manusia melanggar firman Allah, dia menempatkan diri dalam posisi pemberontakan terhadap otoritas ilahi, yang menyebabkan kerusakan dalam hubungan antara Allah dan manusia.
b. Tanggung Jawab Menghadapi Konsekuensi Dosa
Setelah Adam dan Hawa melanggar perintah Allah, mereka segera menyadari bahwa mereka telanjang dan mencoba menutupi diri mereka (Kejadian 3:7). Ini adalah simbol kesadaran moral dan rasa bersalah yang timbul akibat dosa. Manusia memiliki tanggung jawab untuk menghadapi konsekuensi dari dosa-dosanya dan menyadari dampaknya.
Dalam Mere Christianity oleh C.S. Lewis, dijelaskan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk menerima tanggung jawab atas tindakannya dan menghadapi konsekuensi dosa. Pengakuan terhadap kesalahan adalah langkah pertama menuju pemulihan hubungan dengan Allah, meskipun konsekuensinya tetap ada.
c. Tanggung Jawab Menerima Penghakiman dari Allah
Kejadian 3:14-19 mencatat penghakiman Allah atas dosa yang dilakukan oleh Adam, Hawa, dan ular. Setiap pihak menerima hukuman yang sesuai dengan tindakannya. Adam dan Hawa menerima konsekuensi yang memengaruhi hidup mereka, seperti kesakitan dalam melahirkan dan pekerjaan yang menjadi berat. Manusia memiliki tanggung jawab untuk menerima penghakiman ilahi dan menyadari bahwa dosa memiliki dampak yang nyata.
Dalam The Pursuit of God oleh A.W. Tozer, diajarkan bahwa Allah adalah Tuhan yang adil dan kudus. Ketika manusia berdosa, Allah, dalam kekudusan-Nya, harus menghakimi dosa tersebut. Menerima penghakiman Allah berarti mengakui kekudusan-Nya dan menghadapi kenyataan bahwa dosa membawa konsekuensi yang tidak bisa dihindari.
4. Dampak Kejatuhan terhadap Hakikat dan Tanggung Jawab Manusia
Setelah manusia jatuh dalam dosa, hakikat dan tanggung jawabnya berubah. Dampak dosa tidak hanya terbatas pada Adam dan Hawa, tetapi juga memengaruhi seluruh keturunannya.
a. Kerusakan dalam Hubungan dengan Allah
Dosa Adam dan Hawa mengakibatkan kerusakan dalam hubungan antara manusia dan Allah. Mereka bersembunyi dari Allah karena rasa malu dan takut, menunjukkan bahwa dosa menciptakan pemisahan antara manusia dan Tuhan. The Knowledge of the Holy karya A.W. Tozer menjelaskan bahwa dosa manusia menghalangi persekutuan dengan Allah, karena kekudusan Allah tidak bisa berdampingan dengan dosa.
b. Kerusakan dalam Hubungan dengan Sesama
Dosa juga membawa perpecahan dalam hubungan antar manusia. Ketika Allah menanyai Adam tentang pelanggaran tersebut, dia menyalahkan Hawa, dan Hawa menyalahkan ular. Ini adalah awal dari hubungan yang rusak antar manusia, di mana penyalahan dan konflik menggantikan kedamaian dan harmoni. Peacemaker oleh Ken Sande menekankan bahwa dosa membawa ketidakpercayaan dan konflik yang merusak hubungan antara individu.
c. Penderitaan sebagai Konsekuensi Dosa
Salah satu dampak nyata dari dosa adalah penderitaan. Allah menyatakan bahwa Hawa akan mengalami kesakitan dalam melahirkan, dan Adam akan menghadapi kesulitan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Penderitaan ini adalah akibat dari pelanggaran terhadap perintah Allah dan menjadi bagian dari kondisi manusia yang berdosa. The Problem of Pain oleh C.S. Lewis menyatakan bahwa penderitaan adalah pengingat akan kenyataan dosa dan ketidaktaatan manusia.
d. Kematian Fisik dan Spiritual
Allah mengatakan kepada Adam bahwa dia adalah “debu dan akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19). Ini menunjukkan bahwa kematian fisik adalah bagian dari akibat dosa, tetapi yang lebih penting adalah kematian rohani, yaitu pemisahan dari Allah. Death and the Afterlife oleh N.T. Wright menyatakan bahwa kematian adalah konsekuensi dari dosa yang tidak hanya memengaruhi tubuh fisik tetapi juga jiwa, membawa manusia pada kondisi keterpisahan dari sumber kehidupan yang sejati, yaitu Allah.
5. Harapan dalam Penghakiman: Janji Keselamatan
Meski Kejadian 3 memberikan gambaran tentang kejatuhan dan penghakiman, Allah juga memberikan janji tentang pemulihan. Dalam Kejadian 3:15, Allah memberikan nubuat tentang seorang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala ular, yang dalam teologi Kristen dipahami sebagai janji pertama tentang Mesias.
a. Janji tentang Penebus
Kejadian 3:15 sering disebut sebagai "proto-evangelium" atau Injil pertama, yang memberikan harapan akan kedatangan seorang Penebus. Dalam The Cross of Christ karya John Stott, ditegaskan bahwa janji ini mengarah kepada Kristus, yang akan mengalahkan dosa dan kematian melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Penebusan ini memberikan jalan bagi manusia untuk dipulihkan dalam hubungan dengan Allah.
b. Panggilan untuk Pertobatan dan Pemulihan
Dosa telah membawa kehancuran dalam hubungan manusia dengan Allah, tetapi Allah tetap memanggil manusia untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Melalui Kristus, manusia diberi kesempatan untuk kembali hidup dalam kebenaran dan memenuhi tanggung jawab yang dikehendaki oleh Allah. Desiring God oleh John Piper menegaskan bahwa Allah menginginkan manusia untuk mencari kesenangan yang sejati dalam diri-Nya, bukan dalam dosa atau hal duniawi.
6. Relevansi Kejadian 3:1-24 bagi Kehidupan Kristen Masa Kini
Perikop Kejadian 3:1-24 tidak hanya mengajarkan tentang kejatuhan manusia pertama tetapi juga memberikan panduan bagi kehidupan Kristen dalam menghindari dosa, menjalankan tanggung jawab, dan mencari pemulihan.
a. Menghindari Godaan Dosa dan Mengandalkan Firman Tuhan
Godaan Hawa dimulai dengan mempertanyakan firman Allah. Orang Kristen diingatkan untuk selalu mengandalkan firman Tuhan dan tidak tergoda oleh dunia atau godaan yang bertentangan dengan kebenaran-Nya. Celebration of Discipline oleh Richard Foster menyatakan bahwa disiplin rohani, seperti doa dan membaca Alkitab, membantu orang percaya menghindari dosa dan tetap fokus pada kehendak Tuhan.
b. Menjalankan Tanggung Jawab sebagai Gambar Allah
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup sebagai gambar Allah dengan bertanggung jawab atas tindakan kita dan mencerminkan karakter Allah. Ini berarti menunjukkan kasih, keadilan, dan kebenaran dalam hidup sehari-hari. The Image of God in Man oleh Anthony A. Hoekema menekankan bahwa orang Kristen dipanggil untuk merefleksikan Allah melalui tindakan mereka yang mencerminkan sifat-sifat-Nya.
c. Mencari Pemulihan dalam Kristus
Dosa membawa konsekuensi dan keterpisahan dari Allah, tetapi dalam Kristus, kita menemukan pemulihan. Orang Kristen dipanggil untuk bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Penebus, yang memungkinkan kita kembali kepada hubungan yang benar dengan Allah. The Pursuit of Holiness oleh Jerry Bridges menekankan pentingnya pertobatan dan kekudusan dalam kehidupan Kristen, di mana kita berjuang untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Kesimpulan
Kejadian 3:1-24 mengajarkan tentang hakikat dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah, tetapi yang jatuh dalam dosa. Dosa manusia pertama ini merusak hubungan manusia dengan Allah, mengubah hakikatnya, dan membawa berbagai konsekuensi, termasuk penderitaan dan kematian. Namun, Allah, dalam kasih karunia-Nya, memberikan janji akan penebusan melalui Kristus, yang menjadi harapan bagi umat manusia untuk dipulihkan.
Sebagai orang percaya, kita diingatkan akan pentingnya menjaga hubungan yang benar dengan Allah, menghindari dosa, dan memenuhi tanggung jawab kita sebagai gambar Allah. Kejadian 3 memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana kita dapat hidup dalam ketaatan dan berpegang pada harapan akan pemulihan di dalam Kristus, yang memungkinkan kita kembali kepada panggilan dan tujuan sejati kita dalam Allah.