Lukas 5:37-38: Perumpamaan Anggur Baru dan Kantong Kulit Baru dalam Perspektif Teologis

Pengantar:

Dalam Lukas 5:37-38, Yesus memberikan perumpamaan yang berbunyi:

  • Lukas 5:37: "Demikian juga tidak ada seorang pun yang menuang anggur baru ke dalam kantong kulit yang lama. Anggur yang baru itu akan merobek kantong kulit yang lama sehingga anggur itu akan tumpah dan kantong kulitnya akan hancur."
  • Lukas 5:38: "Anggur yang baru harus disimpan di dalam kantong kulit yang baru."
Perumpamaan ini merupakan salah satu dari serangkaian perumpamaan yang Yesus gunakan untuk menjelaskan realitas baru dari kerajaan Allah yang Dia bawa ke dunia. Perumpamaan anggur baru dan kantong kulit yang baru berbicara tentang ketidakcocokan antara ajaran Yesus dan praktik-praktik agama lama yang sudah kaku. Melalui perumpamaan ini, Yesus menegaskan pentingnya perubahan hati dan penerimaan terhadap realitas Injil yang baru dan radikal.
Lukas 5:37-38: Perumpamaan Anggur Baru dan Kantong Kulit Baru dalam Perspektif Teologis
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perumpamaan ini dari perspektif beberapa pakar teologi, serta membahas implikasi teologisnya dalam kehidupan orang percaya dan gereja masa kini.

1. Konteks Perumpamaan Anggur Baru dan Kantong Kulit Baru

Perumpamaan ini muncul dalam konteks Yesus menjawab pertanyaan tentang praktik puasa. Dalam Lukas 5:33, orang-orang bertanya mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa seperti murid Yohanes Pembaptis atau orang Farisi. Sebagai tanggapan, Yesus menggunakan serangkaian perumpamaan untuk menjelaskan bahwa apa yang Dia bawa adalah sesuatu yang baru, yang tidak bisa dicampuradukkan dengan ajaran dan praktik agama Yahudi yang lama.

Leon Morris, dalam The Gospel According to Luke, menjelaskan bahwa pertanyaan tentang puasa bukan hanya soal disiplin rohani, tetapi mencerminkan ketegangan antara hukum agama Yahudi yang lama dan pesan baru yang Yesus bawa. Bagi Yesus, ajaran-Nya bukanlah sekadar perbaikan atau tambahan dari hukum yang sudah ada, tetapi sebuah transformasi radikal yang memerlukan struktur baru untuk menampungnya.

2. Anggur Baru: Simbol dari Injil Kasih Karunia

Anggur baru dalam perumpamaan ini melambangkan Injil kasih karunia yang Yesus bawa. John Stott, dalam The Cross of Christ, menegaskan bahwa Injil bukanlah perbaikan kecil dari hukum Taurat, melainkan sesuatu yang sepenuhnya baru. Injil membawa kasih karunia yang menyelamatkan, bukan hukum yang membebani. Oleh karena itu, Injil tidak dapat ditampung dalam kerangka legalisme atau praktik agama lama yang bersifat kaku.

Anggur baru ini juga melambangkan kehidupan yang diperbarui oleh Roh Kudus. R.C. Sproul, dalam The Work of Christ, menekankan bahwa anggur baru ini mengacu pada kehidupan baru yang diberikan oleh Kristus kepada orang percaya melalui penebusan-Nya. Kehidupan yang diperbarui ini tidak dapat dimuat dalam struktur lama, yaitu kehidupan yang terikat oleh hukum atau tradisi keagamaan yang kaku.

3. Kantong Kulit yang Baru: Simbol dari Hati yang Diperbarui

Kantong kulit yang baru melambangkan hati yang diperbarui dan terbuka untuk menerima Injil. John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa Injil tidak dapat ditampung dalam hati yang keras atau terikat oleh tradisi lama yang kaku. Sebaliknya, hati yang lembut dan siap untuk diubah oleh Roh Kudus diperlukan untuk menerima Injil yang hidup. Calvin menjelaskan bahwa hati yang baru adalah hasil dari karya regenerasi Roh Kudus, yang mengubah orang percaya dari dalam sehingga mereka dapat hidup dalam terang Injil.

Kantong kulit yang baru juga melambangkan kehidupan baru yang siap untuk ditransformasi oleh kuasa kasih karunia. Charles Spurgeon, dalam salah satu khotbahnya, menekankan bahwa perubahan radikal yang dibawa oleh Injil tidak dapat diterima oleh hati yang belum siap. Hati yang baru diperlukan untuk menampung kehidupan baru yang penuh dengan sukacita, kebebasan, dan kasih karunia yang Yesus bawa.

4. Ketidakcocokan Antara Hukum Lama dan Injil Baru

Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk menyoroti ketidakcocokan antara Injil kasih karunia dan hukum Taurat yang lama. N.T. Wright, dalam Jesus and the Victory of God, menjelaskan bahwa perumpamaan ini mengajarkan bahwa ajaran baru yang Yesus bawa tidak dapat disatukan dengan sistem agama Yahudi yang lama. Hukum Taurat, meskipun baik pada zamannya, sekarang telah digantikan oleh Injil yang membawa pembaruan total.

Yesus tidak datang untuk menambal sistem yang sudah ada, tetapi untuk memperkenalkan sesuatu yang benar-benar baru. John MacArthur, dalam komentarnya terhadap Injil Lukas, menekankan bahwa hukum Taurat dan tradisi keagamaan Yahudi tidak dapat dijadikan tempat untuk menampung kasih karunia yang dibawa oleh Yesus. Sistem keagamaan lama penuh dengan aturan dan hukum yang tidak lagi relevan dengan era kasih karunia yang sekarang datang melalui Kristus.

5. Implikasi Teologis bagi Gereja Masa Kini

Perumpamaan ini memiliki implikasi penting bagi kehidupan gereja dan orang percaya masa kini. Dietrich Bonhoeffer, dalam bukunya The Cost of Discipleship, menekankan bahwa gereja harus selalu terbuka untuk perubahan dan pembaruan yang datang dari Injil. Tradisi dan kebiasaan keagamaan yang lama, jika tidak diselaraskan dengan Injil, dapat menjadi seperti kantong kulit yang lama yang tidak mampu menampung kehidupan baru yang Yesus tawarkan.

Gereja harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam legalisme atau ritual yang kaku, yang bisa menghambat pertumbuhan rohani. John Piper, dalam Desiring God, menekankan bahwa perumpamaan ini mengajarkan bahwa kehidupan Kristen harus dipenuhi oleh sukacita dan kebebasan dalam Kristus, bukan perbudakan terhadap aturan atau tradisi yang mati. Gereja harus menjadi tempat di mana anggur baru, yaitu kasih karunia Kristus, dapat mengalir dengan bebas dan membawa kehidupan bagi setiap anggotanya.

6. Perlunya Transformasi Hati

Perumpamaan ini juga menekankan pentingnya transformasi hati dalam menerima Injil. Jonathan Edwards, dalam Religious Affections, menekankan bahwa penerimaan Injil tidak hanya melibatkan perubahan lahiriah, tetapi terutama perubahan hati. Hati yang baru dan lembut diperlukan untuk menerima karya kasih karunia yang radikal dari Kristus. Tanpa transformasi hati, Injil tidak akan dapat ditampung dalam kehidupan seseorang, dan hasilnya adalah kegagalan rohani.

Transformasi hati ini adalah hasil dari karya Roh Kudus, yang mengubah manusia dari dalam. Timothy Keller, dalam The Prodigal God, menjelaskan bahwa Injil bukanlah tentang mencoba untuk menyesuaikan kehidupan lama dengan ajaran baru, melainkan tentang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan membiarkan Dia mengubah hidup kita secara total.

7. Panggilan untuk Kehidupan yang Diperbarui

Perumpamaan ini juga memanggil setiap orang percaya untuk hidup dalam kebaruan hidup. John Stott, dalam bukunya Basic Christianity, menekankan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang terus-menerus diperbarui oleh Roh Kudus. Setiap orang percaya dipanggil untuk meninggalkan kehidupan lama mereka yang terikat pada dosa dan hukum yang kaku, dan hidup dalam kebebasan yang diberikan oleh Injil.

Perumpamaan ini juga mengajarkan bahwa orang percaya tidak dapat mencampuradukkan hidup lama dengan hidup baru dalam Kristus. C.S. Lewis, dalam Mere Christianity, menekankan bahwa kehidupan baru dalam Kristus memerlukan komitmen total dan perubahan radikal. Injil tidak dapat menjadi sekadar "tambalan" bagi kehidupan lama kita, tetapi harus menjadi fondasi dari kehidupan yang baru dan penuh dengan kasih karunia.

Kesimpulan

Lukas 5:37-38 melalui perumpamaan anggur baru dan kantong kulit baru memberikan pengajaran yang mendalam tentang ketidakcocokan antara ajaran lama yang kaku dan Injil kasih karunia yang baru. Teolog-teolog seperti John Stott, John Calvin, R.C. Sproul, dan N.T. Wright menekankan bahwa Injil membawa kehidupan baru yang tidak dapat ditampung dalam struktur atau kerangka lama yang terikat oleh hukum Taurat dan tradisi yang kaku.

Perumpamaan ini memanggil orang percaya untuk memiliki hati yang baru, yang siap menerima kehidupan yang diperbarui oleh Roh Kudus. Gereja dan orang percaya harus terus membuka diri terhadap pembaruan yang datang dari Injil, meninggalkan legalisme, dan hidup dalam kebebasan dan sukacita yang dibawa oleh kasih karunia Kristus.

Dengan demikian, pesan dari perumpamaan ini adalah ajakan untuk mengalami transformasi hidup yang radikal melalui Injil, serta menjaga agar kehidupan iman kita selalu segar, penuh dengan sukacita, dan terus diperbarui oleh kuasa kasih karunia yang hidup dalam Yesus Kristus.

Next Post Previous Post