Yohanes 1:19-24: Kesaksian Yohanes Pembaptis Tentang Dirinya Sendiri

Pendahuluan:

Yohanes Pembaptis adalah salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Baru. Ia dikenal sebagai nabi yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias, Yesus Kristus. Dalam Injil Yohanes, kita mendapati kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri dan perannya dalam rencana keselamatan Allah. Pada Yohanes 1:19-24, kita menemukan narasi yang kuat tentang bagaimana Yohanes menjelaskan identitas dan misinya, yang sepenuhnya terkait dengan datangnya Mesias.
Yohanes 1:19-24: Kesaksian Yohanes Pembaptis Tentang Dirinya Sendiri
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri, berdasarkan Yohanes 1:19-24, dengan menggunakan perspektif dari beberapa pakar teologi dan interpretasi Alkitabiah.

Teks Yohanes 1:19-24

Yohanes 1:19-24 (TB):
"Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus imam-imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan: 'Siapakah engkau?' Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: 'Aku bukan Mesias.' Lalu mereka bertanya kepadanya: 'Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?' Dan ia menjawab: 'Bukan!' 'Engkaukah nabi yang akan datang?' Dan ia menjawab: 'Bukan!' Maka kata mereka kepadanya: 'Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?' Jawabnya: 'Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan, seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.'"

1. Konteks Alkitabiah Yohanes 1:19-24

Dalam Yohanes 1:19-24, kita mendapati bahwa Yohanes Pembaptis ditanya oleh sekelompok imam dan orang-orang Lewi yang diutus dari Yerusalem untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya. Pada waktu itu, pengharapan akan datangnya Mesias sedang memuncak di Israel, dan banyak orang bertanya-tanya apakah Yohanes adalah Mesias yang dinantikan. Mereka juga ingin tahu apakah dia adalah Elia yang diharapkan datang kembali, atau nabi besar yang disebutkan dalam Ulangan 18:15 sebagai penerus Musa.

Pertanyaan ini muncul karena pelayanan Yohanes sangat menarik perhatian publik. Ia melakukan baptisan di Sungai Yordan dan menyerukan pertobatan sebagai persiapan menyambut Mesias. Maka, bukan hal yang mengherankan jika para pemimpin agama ingin mengetahui lebih banyak tentang identitas dan otoritas Yohanes.

Teolog terkenal, Leon Morris, dalam bukunya The Gospel According to John (1995), menegaskan bahwa narasi ini bukan hanya sekadar wawancara biasa, tetapi merupakan bagian dari narasi yang lebih luas yang berfokus pada penyataan Yesus sebagai Mesias. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Yohanes membantu menegaskan siapa Yesus itu, sekaligus memperjelas peran Yohanes sebagai pendahulu-Nya.

2. Yohanes Menolak Identitas yang Salah (Yohanes 1:20-21)

Ayat-ayat ini dimulai dengan pengakuan Yohanes yang jelas: "Aku bukan Mesias." Ini adalah pernyataan tegas yang menunjukkan bahwa Yohanes mengetahui bahwa beberapa orang mungkin berpikir dia adalah Mesias, namun ia tidak mau membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut.

a. Yohanes Bukan Mesias

Yohanes Pembaptis dengan tegas menolak klaim bahwa dia adalah Mesias. Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa banyak orang Yahudi pada zaman itu sedang menantikan Mesias, seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari penindasan, mungkin dari penjajahan Romawi. Namun, Yohanes Pembaptis sadar akan batas-batas perannya dan tidak mengambil kredit yang bukan miliknya. Dia tidak hanya menyatakan bahwa dia bukan Mesias, tetapi juga secara terbuka mengarahkan perhatian orang-orang kepada Yesus sebagai Sang Mesias.

Berdasarkan pandangan teolog D.A. Carson dalam bukunya The Gospel According to John (1991), respons Yohanes di sini menunjukkan kerendahan hati dan pengetahuan yang mendalam tentang misinya. Carson menekankan bahwa Yohanes tidak tertarik pada popularitas atau kekuasaan yang bisa datang dengan klaim sebagai Mesias. Sebaliknya, ia fokus pada tugas utamanya: mempersiapkan jalan bagi Yesus.

b. Yohanes Bukan Elia

Selanjutnya, mereka bertanya apakah Yohanes adalah Elia. Pertanyaan ini merujuk pada keyakinan bahwa nabi Elia akan kembali sebelum kedatangan Mesias, seperti yang dinubuatkan dalam Maleakhi 4:5-6. Namun, Yohanes juga menolak identitas ini. Meskipun Yesus kemudian menyatakan dalam Injil Matius 11:14 bahwa Yohanes adalah Elia yang akan datang dalam pengertian simbolis, Yohanes Pembaptis sendiri menolak klaim tersebut secara harfiah.

Teolog Raymond E. Brown, dalam bukunya The Gospel and Epistles of John (1988), menyoroti bahwa penolakan Yohanes atas identitas sebagai Elia harus dilihat dalam konteks bagaimana Yohanes memahami perannya. Brown menjelaskan bahwa Yohanes tidak melihat dirinya sebagai reinkarnasi Elia, meskipun ia menjalankan pelayanan yang serupa, yaitu memanggil orang kepada pertobatan dan persiapan bagi kedatangan Tuhan.

c. Yohanes Bukan Nabi yang Akan Datang

Mereka kemudian bertanya, "Engkaukah nabi yang akan datang?" Pertanyaan ini mengacu pada nubuat dalam Ulangan 18:15 tentang nabi yang akan dibangkitkan oleh Allah seperti Musa. Namun, Yohanes juga menolak identitas ini. Yohanes menyadari bahwa nabi yang dinubuatkan ini adalah Yesus sendiri, yang bukan hanya seorang nabi, tetapi lebih dari itu, sebagai Firman Allah yang menjadi manusia.

3. Yohanes Membenarkan Identitas dan Perannya (Yohanes 1:22-23)

Setelah Yohanes menolak klaim sebagai Mesias, Elia, dan nabi, para imam dan orang-orang Lewi bertanya lagi, “Siapakah engkau?” Mereka memerlukan jawaban untuk diberikan kepada mereka yang mengutus mereka. Yohanes kemudian memberikan penjelasan yang jelas tentang siapa dia dan apa misinya.

a. Yohanes sebagai "Suara Orang yang Berseru di Padang Gurun"

Dalam Yohanes 1:23, Yohanes Pembaptis menyatakan, "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan, seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Di sini, Yohanes mengutip Yesaya 40:3, yang merupakan nubuat tentang seseorang yang akan datang untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.

Yohanes tidak mengklaim status yang tinggi atau kehormatan bagi dirinya sendiri. Dia menggambarkan dirinya hanya sebagai "suara" yang menyerukan persiapan bagi Tuhan. Teolog William Barclay dalam bukunya The Daily Study Bible Series: The Gospel of John (1975) menjelaskan bahwa Yohanes sadar sepenuhnya bahwa misinya adalah untuk menunjuk kepada Yesus, bukan untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Dia hanyalah seorang hamba yang setia, yang mempersiapkan jalan bagi Mesias.

b. Kesederhanaan dan Kerendahan Hati Yohanes

Salah satu aspek yang paling menonjol dalam kesaksian Yohanes tentang dirinya sendiri adalah sikap kerendahan hatinya. Ia tidak mengambil peran sebagai Mesias, nabi besar, atau tokoh sentral. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa ia hanya seorang utusan yang mempersiapkan jalan bagi Yesus. Kerendahan hati ini mencerminkan pemahaman Yohanes tentang panggilannya sebagai pelayan Allah yang setia.

Yohanes menyadari bahwa dirinya hanyalah alat dalam rencana keselamatan Allah. Dalam hal ini, Yohanes Pembaptis menjadi teladan bagi orang percaya tentang bagaimana menjalani hidup dengan rendah hati dan penuh kesadaran akan panggilan Tuhan, tanpa mencari penghormatan atau pengakuan dari manusia.

4. Implikasi Teologis dari Kesaksian Yohanes Pembaptis

Kesaksian Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 1:19-24 memiliki beberapa implikasi teologis penting, terutama dalam hal identitas Yesus, panggilan manusia, dan hubungan kita dengan Tuhan.

a. Pengenalan Akan Yesus Sebagai Mesias

Salah satu implikasi utama dari kesaksian Yohanes Pembaptis adalah pengenalan yang jelas akan Yesus sebagai Mesias. Dengan tegas Yohanes menyatakan bahwa dia bukanlah Mesias, melainkan hanya seorang utusan yang mempersiapkan jalan bagi Dia. Hal ini mengarahkan perhatian kita pada Yesus sebagai tokoh sentral dalam rencana keselamatan Allah.

Teolog J.C. Ryle dalam bukunya Expository Thoughts on the Gospels: St. John (1869) menekankan bahwa seluruh fokus pelayanan Yohanes Pembaptis adalah untuk membawa orang-orang kepada Yesus. Ini adalah pelajaran penting bagi setiap orang Kristen: tugas utama kita bukanlah untuk mempromosikan diri kita sendiri, tetapi untuk menunjuk kepada Yesus sebagai satu-satunya sumber keselamatan.

b. Kesederhanaan dan Kerendahan Hati dalam Pelayanan

Kerendahan hati Yohanes Pembaptis juga menjadi pelajaran penting bagi orang Kristen dalam memahami panggilan mereka dalam pelayanan. Dalam dunia yang sering kali mendorong pencapaian pribadi dan pengakuan dari orang lain, Yohanes menunjukkan bahwa yang terpenting adalah mengarahkan perhatian kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri.

Sebagaimana teolog Charles Spurgeon menyatakan dalam khotbahnya Humility and How to Get It (1890), kerendahan hati adalah kebajikan yang sangat dihargai dalam pelayanan Kristen. Yohanes Pembaptis menjadi contoh sempurna tentang bagaimana seorang pelayan Allah harus hidup dalam kerendahan hati, dengan tujuan utama untuk memuliakan Tuhan.

c. Panggilan untuk Persiapan Kedatangan Tuhan

Yohanes Pembaptis juga menunjukkan kepada kita bahwa panggilan setiap orang percaya adalah untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan dalam kehidupan mereka. Meskipun Yohanes memainkan peran khusus dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan pertama Yesus, kita juga dipanggil untuk mempersiapkan hati kita bagi kedatangan-Nya kembali dan memberitakan Injil kepada orang lain.

Teolog seperti N.T. Wright dalam bukunya Simply Christian (2006) menyatakan bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi "suara" di dunia yang berseru-seru mempersiapkan kedatangan Tuhan. Kita dipanggil untuk hidup dengan integritas, memberitakan pertobatan, dan membantu orang lain untuk mengenal Yesus sebagai Juruselamat.

5. Aplikasi Praktis dari Kesaksian Yohanes Pembaptis dalam Kehidupan Kristen

Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri juga memberikan pelajaran praktis bagi kehidupan Kristen masa kini. Berikut beberapa pelajaran yang dapat kita ambil:

a. Mengakui Peran dan Panggilan Kita

Yohanes Pembaptis tahu dengan jelas siapa dirinya dan apa perannya dalam rencana Allah. Ia tidak mencoba menjadi orang lain atau mengambil peran yang bukan miliknya. Dalam kehidupan kita, penting untuk mengenali panggilan kita dari Tuhan dan menjalankannya dengan setia. Setiap orang percaya memiliki peran yang unik dalam tubuh Kristus, dan kita dipanggil untuk menjalani peran tersebut dengan rendah hati dan penuh komitmen.

b. Kerendahan Hati dalam Pelayanan

Yohanes Pembaptis menunjukkan sikap kerendahan hati yang luar biasa. Kita juga dipanggil untuk melayani dengan sikap yang sama, tanpa mencari pujian atau pengakuan. Pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang memuliakan Tuhan dan membawa orang lain kepada-Nya, bukan kepada diri kita sendiri.

c. Mengarahkan Orang kepada Yesus

Yohanes Pembaptis tidak pernah berusaha menarik perhatian kepada dirinya sendiri, tetapi selalu mengarahkan orang kepada Yesus. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Tugas kita adalah membantu orang lain mengenal dan mengikuti Yesus, bukan untuk mencari kehormatan bagi diri kita sendiri.

Kesimpulan

Dalam Yohanes 1:19-24, kita melihat kesaksian yang kuat dari Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri. Ia dengan jelas menolak identitas sebagai Mesias, Elia, atau nabi, dan dengan rendah hati mengakui bahwa ia hanyalah suara yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengajarkan kita tentang pentingnya mengenal peran kita dalam rencana Allah, melayani dengan kerendahan hati, dan mengarahkan perhatian orang kepada Yesus Kristus.

Pakar-pakar teologi seperti Leon Morris, D.A. Carson, dan Raymond E. Brown memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Yohanes Pembaptis menjalani pelayanannya dengan penuh komitmen kepada panggilan Allah. Dalam kehidupan kita, kita dipanggil untuk meneladani sikap Yohanes, hidup dalam kesederhanaan, dan berfokus pada misi utama kita: memuliakan Tuhan dan membawa orang lain kepada-Nya.

Kesaksian Yohanes Pembaptis tetap relevan bagi orang Kristen masa kini, mengingatkan kita bahwa tugas kita bukan untuk menarik perhatian pada diri kita sendiri, tetapi untuk menjadi utusan yang setia, memberitakan Injil, dan mempersiapkan hati kita dan hati orang lain untuk kedatangan Yesus Kristus.

Next Post Previous Post