Allah sebagai Sumber Berkat dalam Pelayanan: 1 Korintus 3:5-7

Allah sebagai Sumber Berkat dalam Pelayanan: 1 Korintus 3:5-7
 Pendahuluan:

Dalam 1 Korintus 3:5-7, Rasul Paulus menyampaikan pemahaman mendalam tentang peran Allah sebagai satu-satunya sumber berkat dalam pelayanan. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk tidak meninggikan para pemimpin manusia di atas Tuhan, tetapi menyadari bahwa Allah-lah yang memberikan pertumbuhan dan hasil nyata dalam pelayanan. Ayat ini sangat penting dalam pemahaman Kristen tentang siapa sebenarnya yang bekerja di balik setiap pelayanan dan siapa yang berhak menerima kemuliaan dari hasil pelayanan itu.
Artikel ini akan membahas pesan dari 1 Korintus 3:5-7 berdasarkan pandangan teologi Kristen, pandangan para pakar teologi, serta implikasinya bagi kehidupan pelayanan. Dengan menggali lebih dalam, kita dapat lebih memahami bagaimana setiap orang percaya dipanggil untuk melayani dengan rendah hati dan mengarahkan segala kemuliaan kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat sejati.

1. Konteks 1 Korintus 3:5-7: Menghindari Pembagian dalam Pelayanan

Di suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus menyampaikan pesan ini karena ada perpecahan di antara jemaat, di mana beberapa orang menyatakan diri sebagai pengikut Paulus, sementara yang lain mengaku pengikut Apolos. Paulus menegur sikap seperti ini, menekankan bahwa ia dan Apolos hanyalah hamba-hamba Tuhan yang digunakan oleh Allah untuk menggenapi pekerjaan-Nya.

Ayat inti:

"Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan yang melaluinya kamu menjadi percaya, seperti yang diberikan Tuhan kepada masing-masing. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:5-7 TB)

Menurut teolog F.F. Bruce dalam "The New International Commentary on the New Testament," Paulus ingin menekankan bahwa tidak ada seorang pun di dalam tubuh Kristus yang memiliki peran atau otoritas yang lebih besar daripada yang lain, karena Tuhanlah yang memampukan segala sesuatu terjadi. Bruce menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber berkat, dan pelayanan kita hanyalah instrumen yang digunakan-Nya untuk menyatakan kasih karunia-Nya kepada dunia.

Dalam "The First Epistle to the Corinthians," Gordon D. Fee juga menegaskan bahwa pesan Paulus adalah untuk meluruskan pemahaman jemaat tentang pelayanan dan menjaga mereka dari sikap mendewakan pemimpin. Fee menjelaskan bahwa baik Paulus maupun Apolos hanyalah alat di tangan Allah, dan pelayanan mereka hanya berarti jika Allah yang menggerakkan dan memberkati.

2. Allah Sebagai Sumber Berkat dan Pertumbuhan

Paulus menekankan bahwa meskipun ia menanam dan Apolos menyiram, Allah-lah yang memberi pertumbuhan. Di sini, Paulus menjelaskan bahwa Allah sendirilah yang berdaulat atas hasil pelayanan, bukan manusia. Hasil yang kita lihat dalam pelayanan bukanlah karena kehebatan manusia, tetapi karena berkat dan kehendak Allah.

Ayat pendukung:

“Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” (1 Korintus 3:6 TB)

Menurut John MacArthur dalam "The MacArthur New Testament Commentary: 1 Corinthians," Paulus ingin agar jemaat memahami bahwa keberhasilan atau hasil dari pelayanan adalah milik Allah. MacArthur menegaskan bahwa hanya Allah yang dapat memberi pertumbuhan rohani, dan setiap hamba Tuhan harus rendah hati, menyadari bahwa peran mereka adalah alat dalam tangan Tuhan, bukan penggerak utama.

J.I. Packer dalam "Knowing God" juga menekankan bahwa hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengubah hati manusia. Packer menjelaskan bahwa dalam pelayanan, kita hanya dapat menyampaikan Firman, tetapi hanya Allah yang dapat menyentuh hati dan memberi pertumbuhan rohani. Packer menyebut ini sebagai tindakan kedaulatan Allah, yang bekerja melalui Roh Kudus untuk mengubah hidup dan memberi hidup baru kepada mereka yang percaya.

3. Pelayanan sebagai Panggilan untuk Rendah Hati

Ketika Paulus menyebut dirinya dan Apolos sebagai pelayan-pelayan yang digunakan Allah, ia menunjukkan sikap kerendahan hati dalam pelayanannya. Paulus ingin menegaskan bahwa dalam pelayanan, setiap pelayan Tuhan harus tetap rendah hati dan memandang diri sebagai hamba yang dipakai Tuhan, bukan sebagai orang yang layak menerima pujian.

"Karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:7 TB)

Dietrich Bonhoeffer dalam "The Cost of Discipleship" mengajarkan bahwa pelayanan Kristen seharusnya dilandasi dengan sikap rendah hati yang penuh penyerahan kepada Tuhan. Bonhoeffer menjelaskan bahwa menjadi pelayan Tuhan berarti menyerahkan segala pujian dan kemuliaan kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang bekerja melalui kita. Dengan rendah hati, seorang pelayan tidak mencari kemuliaan bagi diri sendiri, tetapi untuk Tuhan.

Menurut teolog John Stott dalam "The Cross of Christ," kerendahan hati dalam pelayanan adalah tanda dari iman yang sejati. Stott menekankan bahwa setiap pelayan harus selalu mengingat bahwa keberhasilan mereka bukan karena kemampuan pribadi, melainkan karena anugerah Tuhan yang memampukan mereka untuk melayani. Kerendahan hati adalah kunci untuk melayani dengan hati yang benar, mengakui Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat.

4. Pentingnya Kesatuan dalam Tubuh Kristus

Dengan menekankan bahwa Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan, Paulus juga mendorong jemaat di Korintus untuk memiliki kesatuan. Sikap saling meninggikan satu pemimpin di atas pemimpin yang lain menunjukkan perpecahan yang sebenarnya tidak diinginkan dalam tubuh Kristus. Setiap orang percaya memiliki peran, tetapi semua berfungsi di bawah kehendak Allah yang sama.

Ayat terkait:

“Sebab kita adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” (1 Korintus 3:9 TB)

Dalam "The Body of Christ," John Macmurray menekankan bahwa tubuh Kristus hanya dapat bertumbuh dengan baik ketika ada kesatuan di antara anggotanya. Macmurray menjelaskan bahwa setiap orang percaya memiliki peran unik, tetapi harus mengarah kepada tujuan yang sama yaitu memuliakan Tuhan. Kesatuan dalam tubuh Kristus menunjukkan bahwa Allah adalah sumber dari segala pertumbuhan, dan setiap anggota bekerja sama untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan.

Wayne Grudem dalam "Systematic Theology" juga menjelaskan bahwa kesatuan dalam tubuh Kristus adalah panggilan yang penting bagi setiap orang percaya. Grudem menekankan bahwa setiap pelayan harus mengedepankan kesatuan di atas ambisi pribadi, sebab pelayanan hanya akan berbuah ketika semua orang bekerja bersama-sama di bawah pimpinan Tuhan. Hanya dengan menjaga kesatuan, gereja dapat menjadi saksi yang efektif bagi dunia.

5. Allah Sebagai Pemberi Pertumbuhan Rohani

Pertumbuhan rohani yang terjadi dalam kehidupan orang percaya dan komunitas gereja tidak dapat dicapai dengan usaha manusia semata, tetapi adalah hasil dari karya Tuhan. Allah adalah satu-satunya yang memiliki kuasa untuk memberi pertumbuhan dalam kehidupan rohani seseorang.

“Tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” (1 Korintus 3:7 TB)

John Piper dalam "Desiring God" menekankan bahwa hanya Tuhan yang dapat memberi kehidupan rohani, baik dalam diri kita maupun dalam pelayanan kita. Piper menjelaskan bahwa pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang bergantung penuh kepada Tuhan, karena Dia adalah pemberi hidup yang menghidupkan setiap benih Firman yang ditabur. Pengakuan akan Allah sebagai sumber pertumbuhan menjadikan kita hamba yang bergantung penuh kepada kasih karunia-Nya.

Menurut teolog Timothy Keller dalam "Center Church," pertumbuhan gereja dan kehidupan rohani tidak dapat diciptakan oleh program atau metode manusia. Keller menyatakan bahwa pelayanan sejati harus menyandarkan diri pada kuasa Tuhan yang bekerja melalui Roh Kudus. Dia menekankan bahwa pelayanan harus didasarkan pada doa dan ketergantungan penuh kepada Tuhan untuk menghasilkan buah yang sejati.

6. Pelayanan sebagai Panggilan untuk Mengandalkan Tuhan

Paulus menekankan bahwa pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang mengandalkan Tuhan dalam setiap aspeknya. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus menyadari keterbatasan kita dan kebutuhan kita akan kekuatan dan berkat Tuhan dalam melaksanakan setiap tugas pelayanan.

Ayat terkait:

“Bukan oleh keperkasaan dan bukan oleh kekuatan, melainkan oleh Roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.” (Zakharia 4:6 TB)

Dalam "The Pursuit of God," A.W. Tozer menjelaskan bahwa pelayanan Kristen harus dilakukan dengan ketergantungan yang penuh kepada Tuhan. Tozer menegaskan bahwa keberhasilan pelayanan bukanlah hasil dari strategi atau kekuatan manusia, melainkan karena Tuhan yang bekerja. Pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang dimulai dan diakhiri dengan kebergantungan pada Tuhan.

J.I. Packer dalam "Knowing God" juga menyatakan bahwa ketergantungan kepada Tuhan adalah kunci dari pelayanan yang benar. Packer menjelaskan bahwa dengan mengandalkan Tuhan, kita mengakui bahwa kita hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk menggenapi kehendak-Nya. Tanpa Tuhan, pelayanan kita akan sia-sia, tetapi dengan Tuhan, pelayanan kita akan menghasilkan buah yang kekal.

Kesimpulan: Allah sebagai Sumber Berkat dalam Pelayanan yang Sejati

1 Korintus 3:5-7 mengajarkan kepada kita bahwa Allah adalah sumber utama dari segala berkat dan hasil dalam pelayanan. Setiap pelayan Tuhan dipanggil untuk melayani dengan rendah hati, menyadari bahwa keberhasilan pelayanan mereka bukan karena kemampuan atau keahlian pribadi, tetapi karena Allah yang bekerja melalui mereka. Hanya Tuhan yang memberi pertumbuhan, dan setiap pelayan Tuhan hanyalah alat di tangan-Nya.

Baca Juga: Kondisi Kedagingan Jemaat di Korintus: 1 Korintus 3:1-4 

Para pakar teologi seperti John MacArthur, F.F. Bruce, John Stott, Dietrich Bonhoeffer, dan A.W. Tozer menekankan bahwa pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang mengandalkan Tuhan, menjaga kesatuan dalam tubuh Kristus, dan memuliakan Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan. Dengan menyadari Allah sebagai sumber segala berkat, setiap pelayan Tuhan dapat melayani dengan sikap hati yang benar dan mengarahkan semua kemuliaan kepada-Nya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melayani dengan rendah hati dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan, bukan pada kekuatan kita sendiri. Dengan demikian, kita bisa menjadi saksi bagi dunia, menunjukkan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber berkat sejati yang memberi kehidupan, pertumbuhan, dan transformasi yang nyata.

Next Post Previous Post