Pengangkatan sebagai Anak Allah: Makna Teologis, Hak Istimewa, dan Transformasi
Pendahuluan:
Pengangkatan sebagai anak Allah adalah konsep yang penting dalam teologi Kristen, yang menegaskan bahwa setiap orang percaya yang menerima Yesus Kristus berhak menjadi anggota keluarga Allah. Dalam Yohanes 1:12 dinyatakan, "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." Hal ini menunjukkan bahwa pengangkatan sebagai anak Allah bukanlah hasil usaha manusia, tetapi adalah kasih karunia yang
diberikan oleh Allah melalui iman kepada Kristus.
1. Definisi Pengangkatan sebagai Anak Allah dalam Teologi Kristen
Dalam teologi Kristen, pengangkatan sebagai anak Allah mengacu pada tindakan kasih karunia Allah yang memasukkan orang percaya ke dalam keluarga-Nya, menjadikan mereka anak-anak-Nya secara rohani. Pengangkatan ini terjadi melalui iman kepada Yesus Kristus, yang membawa orang percaya ke dalam hubungan yang intim dan kekal dengan Allah sebagai Bapa.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," menjelaskan bahwa pengangkatan adalah inti dari keselamatan, karena Allah tidak hanya mengampuni dosa kita tetapi juga menerima kita sebagai anggota keluarga-Nya. Packer menekankan bahwa pengangkatan menunjukkan bahwa Allah bukan hanya menghapuskan dosa, tetapi mengundang kita ke dalam relasi yang penuh kasih, di mana kita dikenal dan diterima sebagai anak-anak-Nya. Pengangkatan ini adalah bukti dari kasih Allah yang besar dan tak bersyarat.
Dalam Galatia 4:4-5, Paulus menyatakan, "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak." Ayat ini menunjukkan bahwa melalui Kristus, Allah memanggil kita untuk menjadi anak-anak-Nya, memberikan kita status yang mulia di hadapan-Nya.
2. Kasih Karunia Allah yang Melampaui Segala Dosa
Pengangkatan sebagai anak Allah adalah tindakan kasih karunia Allah yang melampaui dosa dan ketidaklayakan kita. Sebagai manusia yang berdosa, kita sebenarnya tidak layak untuk menjadi bagian dari keluarga Allah. Namun, karena kasih karunia-Nya yang luar biasa, Allah menjadikan kita anak-anak-Nya melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.
John Stott, dalam bukunya "The Cross of Christ," menekankan bahwa pengangkatan sebagai anak Allah bukanlah hak yang kita peroleh, tetapi anugerah yang kita terima. Stott menjelaskan bahwa pengampunan dosa membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keluarga Allah, tetapi pengangkatan adalah tindakan yang membawa kita lebih dalam lagi, menjadi bagian dari keluarga Allah secara penuh. Ini adalah kasih karunia yang tidak bisa diperoleh melalui usaha manusia, melainkan diberikan secara cuma-cuma oleh Allah.
Efesus 1:5 menegaskan bahwa kita dipilih oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya, "dengan kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya." Pengangkatan adalah tindakan kasih yang dimulai dari inisiatif Allah, bukan dari usaha manusia, menunjukkan betapa besar kasih dan kasih karunia-Nya.
3. Hak Istimewa sebagai Anak Allah
Sebagai anak-anak Allah, orang percaya memiliki hak istimewa yang luar biasa dalam hubungan mereka dengan Allah. Hak istimewa ini mencakup akses langsung kepada Allah, hubungan yang intim dengan-Nya, dan warisan kekal dalam Kerajaan-Nya. Menjadi anak Allah berarti kita bukan hanya ciptaan-Nya, tetapi kita juga memiliki hubungan yang khusus dan akrab dengan Dia.
John Calvin, dalam "Institutes of the Christian Religion," menulis bahwa pengangkatan memberikan kepada kita hak untuk menyebut Allah sebagai Bapa. Menurut Calvin, status sebagai anak Allah memberi kita akses penuh ke hadirat Allah, sehingga kita dapat datang kepada-Nya dengan bebas dan tanpa rasa takut. Ini adalah hak istimewa yang tidak dimiliki oleh dunia, karena hanya mereka yang telah diangkat menjadi anak-anak Allah yang dapat memanggil Dia sebagai Bapa.
Dalam Roma 8:15, Paulus menulis, "Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’" Roh Kudus memberi kita keberanian untuk menyebut Allah sebagai Bapa kita, menunjukkan kedekatan dan kasih yang kita miliki di dalam-Nya.
4. Transformasi Hidup sebagai Anak Allah
Pengangkatan sebagai anak Allah membawa transformasi yang mendalam dalam kehidupan orang percaya. Ketika seseorang menjadi anak Allah, hidupnya tidak lagi sama, karena dia kini dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Allah. Transformasi ini adalah bukti dari kasih karunia Allah yang bekerja dalam hati orang percaya, mengubah mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Dietrich Bonhoeffer, dalam "The Cost of Discipleship," menekankan bahwa pengangkatan sebagai anak Allah membawa komitmen untuk hidup dalam ketaatan kepada Kristus. Menurut Bonhoeffer, menjadi anak Allah bukan hanya tentang menerima berkat, tetapi juga tentang mengambil bagian dalam penderitaan dan misi Kristus di dunia. Pengangkatan ini membawa tanggung jawab untuk hidup dalam kekudusan dan mengikuti teladan Kristus.
Dalam 1 Yohanes 3:1-2, kita membaca, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah." Menjadi anak Allah berarti hidup dalam karakter dan kasih-Nya, dan ini membawa kita pada transformasi hidup yang nyata.
5. Roh Kudus sebagai Saksi dan Penolong bagi Anak Allah
Ketika kita diangkat sebagai anak Allah, Roh Kudus berperan sebagai saksi yang menyatakan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Roh Kudus juga bekerja dalam diri kita untuk meneguhkan iman dan memberi penghiburan serta bimbingan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dia adalah penolong yang mendampingi kita dalam menjalani panggilan kita sebagai anak-anak Allah.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah jaminan dari pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah. Roh Kudus bukan hanya membimbing kita, tetapi juga memberi kita kepastian bahwa kita adalah milik Allah. Melalui Roh Kudus, kita merasakan kasih Allah yang mengalir dalam hati kita, memberikan kita keyakinan untuk menjalani kehidupan sebagai anak-anak-Nya.
Dalam Roma 8:16, Paulus menyatakan, "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Roh Kudus adalah bukti yang hidup dalam diri kita bahwa kita memiliki hubungan yang erat dengan Allah, dan Dia adalah penolong yang setia dalam perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Allah.
6. Warisan sebagai Anak Allah
Sebagai anak-anak Allah, kita juga memiliki warisan kekal yang telah disediakan bagi kita di surga. Warisan ini adalah janji dari Allah bagi mereka yang hidup dalam iman kepada-Nya dan menerima Kristus sebagai Tuhan. Warisan ini bukanlah kekayaan duniawi, tetapi adalah kekayaan rohani yang abadi dan tak ternilai.
John MacArthur, dalam bukunya "Saved Without a Doubt," menyebutkan bahwa warisan kekal ini adalah bukti dari kasih dan kesetiaan Allah kepada anak-anak-Nya. MacArthur menjelaskan bahwa warisan ini adalah hadiah dari Allah bagi setiap orang percaya, yang dijaga oleh kuasa-Nya di surga. Warisan ini adalah kebahagiaan kekal, hidup bersama Allah, dan berkat yang tak ternilai.
Dalam 1 Petrus 1:4, Petrus menulis, "untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu." Ayat ini menggambarkan keindahan dan kekekalan dari warisan yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya, sesuatu yang tidak akan pernah berakhir atau berkurang nilainya.
7. Tanggung Jawab sebagai Anak Allah dalam Dunia
Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup sebagai duta Kerajaan Allah di dunia ini, menunjukkan kasih, keadilan, dan kebenaran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Pengangkatan sebagai anak Allah membawa tanggung jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menjadi terang bagi dunia, dan membawa Injil keselamatan kepada setiap orang.
C.S. Lewis, dalam bukunya "Mere Christianity," menulis bahwa sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk mencerminkan karakter Allah dalam hidup kita. Menurut Lewis, menjadi anak Allah berarti menjalani hidup yang penuh kasih, pengampunan, dan pengorbanan. Kita harus mencerminkan kasih Kristus kepada sesama kita, menjadi contoh dari apa artinya hidup sebagai bagian dari keluarga Allah.
Dalam Matius 5:16, Yesus berkata, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Hidup sebagai anak Allah berarti menjadi saksi yang hidup bagi dunia, sehingga melalui hidup kita, orang lain dapat melihat kasih dan kuasa Allah.
Kesimpulan
Pengangkatan sebagai anak Allah adalah hak istimewa yang luar biasa yang Allah berikan kepada setiap orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam hubungan yang penuh kasih dengan Allah sebagai Bapa kita, dan menikmati hak-hak istimewa yang menyertainya. Para teolog seperti J.I. Packer, John Stott, John Calvin, dan C.S. Lewis menekankan bahwa pengangkatan ini membawa kita ke dalam kehidupan yang penuh kasih, kekudusan, dan komitmen kepada kehendak Allah.
Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki akses langsung kepada Bapa, hak warisan kekal, dan tanggung jawab untuk hidup sebagai saksi kasih dan kebenaran-Nya di dunia. Pengangkatan ini adalah bukti dari kasih karunia Allah yang tak terhingga, dan adalah panggilan untuk menjalani hidup yang dipenuhi oleh kasih dan pengharapan.
Melalui pengangkatan ini, kita tidak hanya menerima status yang baru, tetapi juga mengalami transformasi rohani yang membawa kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai anak-anak Allah, kita diundang untuk hidup dalam kekudusan, kasih, dan keadilan, mencerminkan karakter Bapa kita di surga. Dengan hidup sebagai anak Allah, kita menjadi duta dari kasih-Nya yang membawa terang dan pengharapan ke dalam dunia yang membutuhkan-Nya.