Peristiwa Yesus Kristus Mengutuk Pohon Ara
Pendahuluan:
Peristiwa Yesus mengutuk pohon ara adalah salah satu kisah dalam Perjanjian Baru yang menimbulkan banyak perdebatan dan pertanyaan di kalangan teolog dan pembaca Alkitab. Kisah ini tercatat dalam Matius 21:18-22 dan Markus 11:12-14, 20-26, di mana Yesus menemukan pohon ara tanpa buah dan mengutuknya, sehingga pohon tersebut layu. Mengapa Yesus Kristus melakukan tindakan yang tampaknya keras ini? Untuk menjawabnya, kita harus melihat konteks historis, teologis, dan simbolis dari peristiwa ini.
1. Narasi Alkitab: Peristiwa Yesus Kristus Mengutuk Pohon Ara
Kisah ini muncul dalam dua versi yang sedikit berbeda:
Matius 21:18-22:
Dalam Injil Matius, kisah ini terjadi pada pagi hari setelah Yesus masuk ke Yerusalem. Yesus merasa lapar, mendekati pohon ara, tetapi tidak menemukan buah. Lalu, Yesus berkata kepada pohon itu, "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Seketika itu juga, pohon tersebut menjadi kering.Markus 11:12-14, 20-26:
Markus memberikan lebih banyak detail. Kisah ini terjadi sehari setelah Yesus membersihkan Bait Allah. Ketika Yesus mendekati pohon ara, Markus mencatat bahwa "bukan musim buah ara" (Markus 11:13). Pohon itu hanya memiliki daun, tanpa buah. Setelah Yesus mengutuk pohon tersebut, keesokan harinya para murid melihat bahwa pohon itu telah layu hingga ke akarnya.
2. Makna Pohon Ara dalam Tradisi Yahudi
Pohon ara memiliki simbolisme yang kaya dalam Alkitab dan tradisi Yahudi. Dalam banyak ayat Perjanjian Lama, pohon ara melambangkan berkat, kemakmuran, dan kedamaian. Misalnya:
- 1 Raja-Raja 4:25 menyebutkan bahwa masa pemerintahan Salomo dicirikan oleh orang-orang yang "tinggal dengan aman, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya."
- Yeremia 8:13 menggunakan pohon ara sebagai simbol hukuman Allah atas umat-Nya, karena mereka tidak menghasilkan buah yang baik.
Dalam konteks ini, pohon ara sering dipakai sebagai lambang Israel. Ketika pohon ara tidak berbuah, ini melambangkan ketidaksetiaan atau kegagalan Israel untuk memenuhi panggilan Allah.
3. Perspektif Pakar Teologi
a. William Lane (Komentar atas Injil Markus)
William Lane menekankan bahwa tindakan Yesus adalah "perumpamaan yang dipraktikkan" (acted parable). Pohon ara tanpa buah adalah gambaran simbolis dari Israel yang telah gagal memberikan "buah rohani" meskipun memiliki semua bentuk luar ibadah. Kehadiran daun menunjukkan bahwa pohon tersebut seharusnya memiliki buah, tetapi kenyataannya kosong. Demikian pula, Israel telah mempertahankan ritus keagamaan tetapi kehilangan esensi iman yang sejati.
Lane juga menekankan konteks pembersihan Bait Allah. Tindakan Yesus terhadap pohon ara mencerminkan penghakiman Allah atas Bait Allah dan sistem keagamaan Israel yang korup.
b. N.T. Wright (Simply Jesus)
Menurut N.T. Wright, kisah ini adalah bagian dari deklarasi profetik Yesus bahwa penghakiman akan datang atas Israel. Bait Allah, yang seharusnya menjadi tempat pertemuan manusia dengan Allah, telah berubah menjadi sarang penyamun. Pohon ara yang tidak berbuah adalah metafora bagi Israel yang gagal menjalankan peran mereka sebagai umat pilihan Allah untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
c. Craig Keener (Commentary on the Gospel of Matthew)
Craig Keener menyoroti bahwa Markus dengan sengaja mencatat bahwa "bukan musim buah ara" untuk menekankan makna simbolis dari peristiwa ini. Keener berpendapat bahwa tindakan Yesus bukan soal pohon ara secara harfiah, tetapi lebih tentang pesan rohani: umat Allah harus menghasilkan buah iman dan kebenaran, terlepas dari musim.
d. Joachim Jeremias (Jerusalem in the Time of Jesus)
Joachim Jeremias melihat tindakan Yesus ini sebagai sebuah penghakiman profetik. Dalam tradisi nabi-nabi Perjanjian Lama, tindakan dramatis sering digunakan untuk menyampaikan pesan ilahi (lihat Yeremia 19:10-11; Hosea 1:2-9). Yesus menggunakan pohon ara sebagai simbol Israel yang sedang dihakimi karena tidak setia kepada panggilan Allah.
4. Apakah Ini Tindakan Tidak Adil?
Kritik utama terhadap peristiwa ini adalah mengapa Yesus "menghukum" pohon yang tidak bersalah, terutama karena bukan musim buah ara. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
a. Makna Profetik
Sebagian besar teolog sepakat bahwa peristiwa ini tidak boleh dipahami secara harfiah sebagai kemarahan terhadap pohon. Sebaliknya, ini adalah tindakan simbolis yang bertujuan menyampaikan pesan penting: Allah mencari buah rohani dalam kehidupan umat-Nya.
b. Kehadiran Daun
Pohon ara biasanya mulai berbuah sebelum daunnya tumbuh. Jadi, pohon yang penuh dengan daun seharusnya memiliki buah awal (buah ara muda). Pohon yang hanya memiliki daun, tetapi tidak berbuah, adalah anomali dan mencerminkan kemunafikan. Dalam hal ini, pohon ara adalah metafora bagi umat Allah yang tampak saleh tetapi tidak memiliki kebenaran sejati.
5. Hubungan dengan Pembersihan Bait Allah
Peristiwa mengutuk pohon ara terjadi di sekitar waktu Yesus membersihkan Bait Allah dari pedagang dan penukar uang. Hubungan ini menunjukkan bahwa kedua peristiwa tersebut saling melengkapi dalam pesan Yesus tentang penghakiman. Bait Allah telah menjadi simbol ibadah yang kosong, seperti pohon ara yang tidak berbuah. Yesus sedang menunjukkan bahwa Allah menghendaki ibadah yang sejati, bukan sekadar ritual.
6. Pelajaran bagi Orang Percaya
a. Allah Menghendaki Buah Rohani
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa Allah mengharapkan buah rohani dari kehidupan kita. Sebagaimana pohon ara yang subur dengan daun tetapi tidak berbuah mencerminkan kegagalan, demikian juga hidup yang penuh dengan aktivitas keagamaan tanpa kebenaran sejati adalah sia-sia di mata Allah.
b. Pentingnya Ketulusan dalam Iman
Yesus mengkritik kemunafikan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam komunitas rohani. Pohon ara yang tampak subur tetapi tidak berbuah adalah simbol dari iman yang hanya di permukaan. Kita dipanggil untuk memiliki iman yang nyata dan tulus.
c. Kehadiran Penghakiman
Penghakiman dalam Alkitab adalah tema yang serius. Tindakan Yesus menunjukkan bahwa Allah tidak berdiam diri terhadap ketidaksetiaan umat-Nya. Pesan ini relevan bagi kita saat ini: apakah kita menghasilkan buah yang menyenangkan hati Allah?
Kesimpulan
Peristiwa Yesus Kristus mengutuk pohon ara bukanlah tindakan impulsif atau tanpa tujuan. Sebaliknya, ini adalah perumpamaan yang hidup tentang penghakiman dan harapan Allah atas umat-Nya. Dari perspektif berbagai pakar teologi, tindakan ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya iman yang sejati, ibadah yang tulus, dan kehidupan yang berbuah rohani.
Sebagaimana pohon ara diharapkan menghasilkan buah, demikian juga Allah mengharapkan kita, umat-Nya, menghasilkan buah kebenaran. Peristiwa ini mengundang kita untuk merenungkan kehidupan kita: apakah kita hidup sesuai dengan panggilan Allah?.