Yohanes 5:17-18: Klaim Kesetaraan dengan Allah dalam Hakikat
Dalam Yohanes 5:17-18, Yesus menyatakan kesetaraan-Nya dengan Allah, sebuah klaim yang menjadi pusat teologi Kristen tentang keilahian Kristus. Ayat ini mencatat bahwa pernyataan Yesus menimbulkan reaksi keras dari para pemimpin Yahudi, yang menganggapnya sebagai penghujatan. Firman itu berbunyi:
"Tetapi Ia berkata kepada mereka: 'Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.' Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah."
1. Konteks Yohanes 5: Penyembuhan di Kolam Betesda
Konteks Yohanes 5 adalah mukjizat penyembuhan oleh Yesus terhadap seorang yang lumpuh selama 38 tahun di kolam Betesda pada hari Sabat (Yohanes 5:1-9). Penyembuhan ini memicu kemarahan para pemimpin Yahudi karena mereka menganggap tindakan Yesus sebagai pelanggaran hukum Sabat.
Namun, Yesus menegaskan bahwa pekerjaan-Nya adalah perpanjangan dari pekerjaan Bapa-Nya yang terus berlangsung, bahkan pada hari Sabat. Dengan mengatakan bahwa "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yohanes 5:17), Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah dalam pekerjaan dan otoritas.
William Barclay, dalam "The Daily Study Bible," menjelaskan bahwa pekerjaan Allah dalam memelihara dan menopang ciptaan tidak berhenti, bahkan pada hari Sabat. Dengan mengklaim bahwa pekerjaan-Nya adalah kelanjutan dari pekerjaan Allah, Yesus secara langsung menyatakan bahwa Dia memiliki hak dan otoritas ilahi yang sama.
2. Klaim Yesus tentang Kesetaraan dengan Allah
Dalam Yohanes 5:18, klaim Yesus untuk menyebut Allah sebagai Bapa-Nya sendiri dipahami oleh para pemimpin Yahudi sebagai pernyataan kesetaraan dengan Allah. Dalam budaya Yahudi, menyebut Allah sebagai "Bapa" dalam pengertian ini berarti mengklaim hubungan yang unik, khusus, dan setara dengan Allah.
John Calvin, dalam komentarnya tentang Yohanes, menegaskan bahwa klaim Yesus tidak hanya tentang kedekatan relasional dengan Allah, tetapi juga kesamaan hakikat. Calvin menekankan bahwa Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang sejati, memiliki otoritas dan esensi yang sama dengan Bapa.
Dalam Filipi 2:6, Paulus menulis tentang Kristus: "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai sesuatu yang harus dipertahankan." Ayat ini menegaskan bahwa Kristus memiliki hakikat yang sama dengan Allah, meskipun Dia rela mengosongkan diri-Nya demi karya penebusan.
3. Keilahian Yesus dalam Injil Yohanes
Kesetaraan Yesus dengan Allah adalah tema utama dalam Injil Yohanes. Dalam Yohanes 1:1, Yesus digambarkan sebagai Firman yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah:
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."
N.T. Wright, dalam bukunya "The Challenge of Jesus," menjelaskan bahwa Yohanes secara konsisten menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang unik, yang berbagi dalam keilahian Allah. Klaim Yesus tentang kesetaraan dengan Allah dalam Yohanes 5:17-18 adalah bukti lebih lanjut dari pernyataan Yohanes bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia.
Yesus juga menyatakan keilahian-Nya melalui berbagai "Aku adalah" (Yunani: ego eimi) dalam Injil Yohanes, seperti dalam Yohanes 8:58: "Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Pernyataan ini merujuk pada nama Allah dalam Keluaran 3:14, di mana Allah menyebut diri-Nya "Aku adalah Aku."
4. Kesetaraan Yesus dengan Allah dalam Hakikat
Klaim Yesus dalam Yohanes 5:17-18 menegaskan kesetaraan-Nya dengan Allah dalam:
a. Hakikat Ilahi
Yesus menyatakan bahwa Dia memiliki hakikat yang sama dengan Allah, yang berarti Dia adalah Allah dalam esensi dan keberadaan-Nya. Dalam Kolose 1:15-17, Paulus menggambarkan Yesus sebagai:
"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan."
b. Otoritas Ilahi
Yesus mengklaim memiliki otoritas yang sama dengan Allah dalam pekerjaan dan penghakiman. Dalam Yohanes 5:22, Yesus berkata: "Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak."
c. Pekerjaan Ilahi
Pernyataan Yesus bahwa Dia bekerja seperti Bapa-Nya menunjukkan bahwa Dia berpartisipasi dalam karya ilahi Allah dalam penciptaan, pemeliharaan, dan keselamatan.
5. Implikasi Teologis: Doktrin Tritunggal
Kesetaraan Yesus dengan Allah yang dinyatakan dalam Yohanes 5:17-18 adalah dasar bagi doktrin Tritunggal, yang mengajarkan bahwa Allah adalah satu dalam hakikat, tetapi tiga dalam pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," menjelaskan bahwa Tritunggal adalah inti dari iman Kristen. Packer menekankan bahwa pernyataan Yesus tentang keilahian-Nya mendukung pemahaman bahwa Anak adalah pribadi yang sepenuhnya Allah, sama seperti Bapa dan Roh Kudus.
Dalam Matius 28:19, Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menunjukkan kesetaraan ketiga pribadi ilahi tersebut.
6. Reaksi terhadap Klaim Yesus
Klaim Yesus tentang kesetaraan dengan Allah menimbulkan reaksi keras dari para pemimpin Yahudi. Mereka menuduh Yesus menghujat dan berusaha membunuh-Nya (Yohanes 5:18).
William Barclay mencatat bahwa reaksi ini menunjukkan bahwa para pemimpin Yahudi sepenuhnya memahami klaim Yesus sebagai deklarasi keilahian-Nya. Namun, mereka gagal menerima Yesus sebagai Mesias karena hati mereka yang keras dan pemahaman mereka yang terbatas tentang rencana Allah.
Dalam Yohanes 10:30, Yesus berkata: "Aku dan Bapa adalah satu." Pernyataan ini sekali lagi memicu usaha untuk merajam Yesus, menunjukkan bahwa klaim keilahian-Nya adalah inti dari konflik antara Yesus dan para pemimpin Yahudi.
7. Klaim Yesus dan Implikasi bagi Keselamatan
Kesetaraan Yesus dengan Allah memiliki implikasi langsung bagi doktrin keselamatan. Jika Yesus adalah Allah, maka:
Karya Penebusan-Nya Bersifat Sempurna
Sebagai Allah, Yesus mampu membayar harga dosa umat manusia sepenuhnya. Dalam Ibrani 9:12, dikatakan: "Ia masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus, bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri."Yesus Menjadi Pengantara yang Unik
Sebagai Allah dan manusia, Yesus adalah pengantara sempurna antara Allah dan manusia. Dalam 1 Timotius 2:5, Paulus menulis: "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus."Janji Hidup Kekal Melalui-Nya
Keselamatan hanya tersedia melalui Yesus Kristus, karena Dia adalah jalan satu-satunya kepada Allah. Dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
8. Relevansi Klaim Yesus dalam Yohanes 5:17-18 bagi Kehidupan Kristen
Klaim Yesus tentang kesetaraan dengan Allah relevan bagi kehidupan orang percaya karena:
Mengenal Yesus sebagai Allah yang Berinkarnasi
Orang percaya dipanggil untuk mengakui Yesus sebagai Allah yang berinkarnasi, yang layak disembah dan ditaati.Keyakinan akan Keselamatan yang Pasti
Keilahian Yesus memberi jaminan bahwa karya penebusan-Nya adalah sempurna dan mencukupi untuk keselamatan kita.Hidup dalam Hubungan yang Intim dengan Allah
Melalui Yesus, kita memiliki akses langsung kepada Allah dan dapat hidup dalam hubungan yang penuh kasih dengan-Nya.
Kesimpulan
Yohanes 5:17-18 adalah pernyataan yang kuat tentang keilahian Yesus dan kesetaraan-Nya dengan Allah dalam hakikat. Klaim ini menegaskan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati, yang berbagi dalam pekerjaan, otoritas, dan hakikat Bapa.
Baca Juga: Yohanes 5:16: Upaya Kedua untuk Membunuh Yesus
Para teolog seperti John Calvin, William Barclay, dan N.T. Wright menunjukkan bahwa klaim ini adalah inti dari iman Kristen, mendukung doktrin Tritunggal dan memberikan dasar bagi keselamatan melalui Kristus.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, hidup dalam ketaatan kepada-Nya, dan bersyukur atas karya penebusan-Nya yang sempurna. Dengan memahami kesetaraan Yesus dengan Allah, kita dapat memiliki keyakinan yang kokoh dalam iman kita dan pengharapan yang pasti akan kehidupan kekal bersama-Nya.