Kerajaan Allah dalam Perumpamaan Biji Sesawi: Markus 4:30-32
Pendahuluan:
Yesus sering menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran rohani yang mendalam dengan cara yang sederhana dan relevan bagi pendengar-Nya. Salah satu perumpamaan yang menarik adalah perumpamaan tentang biji sesawi dalam Markus 4:30-32. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan Kerajaan Allah sebagai sesuatu yang dimulai dari hal kecil tetapi tumbuh menjadi besar dan berpengaruh.Artikel ini akan membahas perumpamaan tersebut secara mendalam, termasuk maknanya dalam teologi, pandangan para pakar, serta relevansinya bagi kehidupan Kristen.
Markus 4:30-32 (AYT):
"Yesus juga berkata, ‘Dengan apakah kita dapat membandingkan Kerajaan Allah? Atau, perumpamaan apa yang dapat kita gunakan untuk membandingkannya? Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi yang ketika ditabur di tanah, ia adalah biji yang terkecil di antara semua biji yang ada di tanah, tetapi ketika ditabur, biji itu akan tumbuh dan menjadi lebih besar daripada semua tanaman kebun, dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang di bawah naungannya.’"
1. Konteks Perumpamaan dalam Markus 4
Markus 4 memuat serangkaian pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah, termasuk perumpamaan tentang biji sesawi. Dalam konteks ini, Yesus menjelaskan bagaimana Kerajaan Allah bekerja di dunia, dimulai dari hal yang kecil dan sederhana tetapi menghasilkan dampak yang luar biasa.
Menurut Craig S. Keener dalam The IVP Bible Background Commentary, perumpamaan tentang biji sesawi menggunakan gambaran sehari-hari yang mudah dimengerti oleh pendengar Yesus, yaitu masyarakat agraris yang akrab dengan proses penanaman dan pertumbuhan tanaman. Dengan mengaitkan Kerajaan Allah dengan pertumbuhan alami, Yesus mengajarkan prinsip tentang pertumbuhan rohani yang dimulai dari hal kecil tetapi penuh potensi.
2. Gambaran Biji Sesawi dalam Perumpamaan
Dalam perumpamaan ini, biji sesawi digunakan sebagai simbol Kerajaan Allah. Meskipun biji sesawi adalah salah satu biji terkecil, tanaman yang tumbuh darinya bisa menjadi yang terbesar di kebun, memberikan tempat perlindungan bagi burung-burung.
a. Dimulai dari Hal Kecil
Biji sesawi melambangkan sesuatu yang kecil dan tampaknya tidak signifikan. Namun, ketika ditanam, biji tersebut tumbuh menjadi tanaman yang besar. Hal ini menggambarkan bahwa Kerajaan Allah dimulai dengan cara yang sederhana—seperti pelayanan Yesus yang tampaknya kecil di Galilea—tetapi memiliki potensi untuk berkembang menjadi sesuatu yang besar dan berpengaruh.
John Stott, dalam bukunya The Message of the Sermon on the Mount, mencatat bahwa Allah sering memulai pekerjaan besar-Nya dengan hal-hal kecil. Seperti biji sesawi, awal mula Kerajaan Allah mungkin tidak mencolok, tetapi hasil akhirnya akan membawa kemuliaan besar.
b. Pertumbuhan yang Luar Biasa
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah tidak bergantung pada kekuatan manusia, tetapi pada kuasa Allah. Seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi tanaman besar, Kerajaan Allah berkembang dengan cara yang melampaui pemahaman manusia.
Menurut George Eldon Ladd dalam A Theology of the New Testament, pertumbuhan Kerajaan Allah adalah hasil karya dinamis Allah yang melibatkan Roh Kudus. Ladd menekankan bahwa Allah bekerja melalui orang-orang percaya untuk memperluas Kerajaan-Nya di dunia.
3. Burung-Burung yang Bersarang di Pohon Sesawi
Bagian perumpamaan yang menggambarkan burung-burung bersarang di cabang-cabang pohon sesawi melambangkan inklusivitas dan manfaat Kerajaan Allah bagi semua bangsa. Dalam tradisi Yahudi, burung sering kali melambangkan bangsa-bangsa lain (Yehezkiel 17:23). Dengan demikian, perumpamaan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah mencakup semua bangsa, bukan hanya umat Israel.
Leon Morris, dalam komentarnya The Gospel According to Mark, menyatakan bahwa pohon sesawi yang besar adalah simbol dari pengaruh Kerajaan Allah yang memberikan perlindungan, pengharapan, dan kehidupan bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.
4. Makna Teologis Perumpamaan
a. Kerajaan Allah Bertumbuh Secara Bertahap
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah sering kali tidak instan, tetapi bertahap. Hal ini sesuai dengan pengalaman rohani banyak orang percaya, di mana perubahan hati dan pertumbuhan iman terjadi seiring waktu.
Menurut Wayne Grudem, dalam Systematic Theology, pertumbuhan Kerajaan Allah adalah bagian dari rencana kekal Allah. Grudem menyoroti bahwa Allah menggunakan Firman-Nya, saksi orang percaya, dan karya Roh Kudus untuk memperluas Kerajaan-Nya.
b. Pengaruh Kerajaan Allah
Meskipun dimulai dari sesuatu yang kecil, Kerajaan Allah pada akhirnya akan memiliki dampak besar di dunia. Ini mencakup perubahan kehidupan individu, transformasi masyarakat, dan pemulihan ciptaan. N.T. Wright, dalam Surprised by Hope, menyatakan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya tentang keselamatan pribadi, tetapi juga tentang membawa keadilan, kedamaian, dan pengharapan bagi dunia.
5. Prinsip-Prinsip Kerajaan Allah dalam Perumpamaan
a. Kesetiaan dalam Hal-Hal Kecil
Yesus mengajarkan bahwa Allah menghargai kesetiaan dalam hal-hal kecil. Lukas 16:10 menyatakan, "Barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara besar." Orang percaya dipanggil untuk melakukan tugas-tugas kecil dengan setia, karena Allah dapat mengubah hal-hal kecil menjadi sesuatu yang besar.
b. Pengharapan dalam Proses
Kerajaan Allah tidak datang dengan cara yang instan atau spektakuler, tetapi melalui proses bertahap. Orang percaya dipanggil untuk memiliki pengharapan bahwa Allah sedang bekerja, bahkan ketika hasilnya belum terlihat. Filipi 1:6 mengingatkan bahwa "Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan menyelesaikannya pada hari Kristus Yesus."
c. Inklusivitas Kerajaan Allah
Perumpamaan ini menekankan bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang. Ini mencerminkan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20, di mana Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk membawa Injil kepada segala bangsa.
6. Pandangan Para Teolog tentang Perumpamaan Ini
a. John Calvin: Kuasa Allah dalam Kerajaan-Nya
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menyoroti bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah mencerminkan kedaulatan Allah yang bekerja di dunia. Calvin menekankan bahwa Kerajaan Allah tidak bergantung pada kekuatan manusia, tetapi pada kuasa Allah yang melampaui pemahaman manusia.
b. Dietrich Bonhoeffer: Kerajaan Allah dalam Kehidupan Sehari-Hari
Dietrich Bonhoeffer, dalam The Cost of Discipleship, menekankan bahwa Kerajaan Allah tidak hanya tentang keselamatan di masa depan, tetapi juga tentang hidup dalam ketaatan kepada Kristus di masa kini. Bonhoeffer menyatakan bahwa orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kerajaan Allah melalui hidup mereka.
c. R.C. Sproul: Kekudusan dan Kerajaan Allah
R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah tempat di mana kekudusan Allah dinyatakan. Sproul menekankan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah tidak hanya tentang jumlah orang percaya, tetapi juga tentang kualitas kehidupan yang mencerminkan kekudusan Allah.
7. Aplikasi Perumpamaan dalam Kehidupan Kristen
a. Percaya pada Pekerjaan Allah
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa kita harus mempercayai pekerjaan Allah, bahkan ketika hasilnya belum terlihat. Tindakan kecil, seperti berdoa, melayani, atau membagikan Injil, dapat memiliki dampak besar dalam rencana Allah.
b. Tetap Setia dalam Pelayanan
Orang percaya dipanggil untuk tetap setia dalam pelayanan mereka, meskipun tampaknya kecil atau tidak signifikan. 1 Korintus 15:58 mengingatkan kita bahwa "pekerjaanmu dalam Tuhan tidak sia-sia."
c. Menjadi Saksi Kerajaan Allah
Sebagai bagian dari Kerajaan Allah, orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi melalui kata-kata dan tindakan mereka. Dengan menunjukkan kasih, pengampunan, dan kebenaran Kristus, kita dapat membawa lebih banyak orang kepada Kerajaan Allah.
Kesimpulan
Perumpamaan tentang biji sesawi dalam Markus 4:30-32 menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah dimulai dari hal kecil tetapi tumbuh menjadi sesuatu yang besar dan berdampak. Yesus mengajarkan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah bergantung pada kuasa Allah, bukan pada kekuatan manusia.
Pandangan para teolog seperti John Calvin, N.T. Wright, dan Wayne Grudem memberikan wawasan mendalam tentang sifat Kerajaan Allah yang bertumbuh secara bertahap tetapi pasti. Perumpamaan ini juga mengingatkan kita bahwa kita dipanggil untuk setia dalam hal-hal kecil, percaya pada pekerjaan Allah, dan menjadi bagian dari pertumbuhan Kerajaan-Nya di dunia.
Sebagai orang percaya, kita diundang untuk hidup dalam pengharapan dan kesetiaan, mengetahui bahwa Kerajaan Allah sedang bertumbuh melalui kita. Dengan bersandar pada kuasa Allah, kita dapat berkontribusi pada penggenapan rencana-Nya untuk membawa keadilan, kedamaian, dan kasih kepada dunia.