Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub: Awal Rencana Penebusan Allah
Pendahuluan:
Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub adalah salah satu tema besar dalam Alkitab, yang menggambarkan hubungan Allah dengan umat pilihan-Nya dan rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia. Perjanjian ini bukan hanya relevan untuk bangsa Israel, tetapi juga bagi semua orang percaya
yang telah menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.
Definisi Perjanjian dalam Konteks Alkitab
Perjanjian (covenant) dalam Alkitab adalah perjanjian suci yang dibuat Allah dengan manusia, yang disertai dengan janji-janji dan tanggung jawab dari kedua pihak. Dalam konteks ini, Allah mengambil inisiatif untuk membuat perjanjian dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, menjadikan mereka bagian dari rencana keselamatan-Nya.
1. Perjanjian Allah dengan Abraham
Konteks Perjanjian
Perjanjian Allah dengan Abraham pertama kali dicatat dalam Kejadian 12:1-3, di mana Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke negeri yang akan Dia tunjukkan. Perjanjian ini ditegaskan kembali dalam Kejadian 15 dan Kejadian 17.
Isi Perjanjian dengan Abraham
- Janji Tanah: Allah berjanji memberikan tanah Kanaan kepada keturunan Abraham (Kejadian 12:7, Kejadian 15:18-21).
- Janji Keturunan: Allah menjanjikan bahwa Abraham akan memiliki keturunan yang tak terhitung banyaknya (Kejadian 15:5).
- Janji Berkat: Melalui Abraham, semua bangsa di bumi akan diberkati (Kejadian 12:3).
Pandangan Teolog:
- John Calvin dalam Commentary on Genesis menekankan bahwa perjanjian dengan Abraham adalah tindakan kasih karunia Allah, bukan karena kebaikan atau usaha Abraham.
- N. T. Wright dalam Paul and the Faithfulness of God menyatakan bahwa janji kepada Abraham adalah dasar rencana Allah untuk menebus seluruh dunia melalui keturunan Abraham, yaitu Yesus Kristus.
Tanda Perjanjian:
Dalam Kejadian 17, Allah memberikan sunat sebagai tanda perjanjian antara Abraham dan keturunannya dengan Allah. Sunat menjadi simbol ketaatan dan hubungan perjanjian yang erat dengan Allah.
2. Perjanjian Allah dengan Ishak
Konteks Perjanjian
Perjanjian yang Allah buat dengan Abraham diteruskan kepada Ishak, putra Abraham dari Sara. Dalam Kejadian 26:2-5, Allah menegaskan kembali perjanjian-Nya kepada Ishak, bahkan di tengah masa kelaparan.
Isi Perjanjian dengan Ishak
- Janji Keturunan: Allah menegaskan bahwa keturunan Ishak akan menjadi bangsa yang besar.
- Janji Tanah: Tanah Kanaan tetap menjadi bagian dari perjanjian, yang akan diberikan kepada keturunan Ishak.
- Janji Berkat: Melalui keturunan Ishak, semua bangsa akan diberkati.
Pandangan Teolog:
- Leon Morris dalam Genesis: A Commentary mencatat bahwa perjanjian dengan Ishak menunjukkan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya, terlepas dari keadaan atau kondisi manusia.
- John MacArthur dalam The MacArthur Study Bible menyoroti bahwa perjanjian dengan Ishak memperlihatkan kesinambungan rencana Allah, yang tidak bergantung pada usaha manusia, tetapi pada kasih karunia-Nya.
3. Perjanjian Allah dengan Yakub
Konteks Perjanjian
Perjanjian dengan Abraham dan Ishak diteruskan kepada Yakub, yang dikenal sebagai Israel, nenek moyang bangsa Israel. Dalam Kejadian 28:10-15, Allah menampakkan diri kepada Yakub dalam mimpi dan menegaskan kembali perjanjian-Nya.
Isi Perjanjian dengan Yakub
- Janji Tanah: Allah menegaskan bahwa tanah tempat Yakub tidur akan diberikan kepada keturunannya (Kejadian 28:13).
- Janji Keturunan: Allah berjanji bahwa keturunan Yakub akan menjadi seperti debu tanah, memenuhi seluruh penjuru bumi.
- Janji Kehadiran: Allah berjanji untuk menyertai Yakub ke mana pun ia pergi dan membawanya kembali ke tanah perjanjian.
Pandangan Teolog:
- F. B. Meyer dalam Abraham, Isaac, and Jacob menyoroti bahwa perjanjian dengan Yakub adalah bukti kesetiaan Allah, bahkan kepada orang yang cacat moral seperti Yakub.
- R. C. Sproul dalam The Holiness of God mencatat bahwa perjanjian ini menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui kelemahan manusia untuk menggenapi rencana-Nya.
Tanda Perjanjian dengan Yakub:
Allah mengganti nama Yakub menjadi Israel (Kejadian 32:28) setelah Yakub bergumul dengan-Nya. Perubahan nama ini menjadi tanda hubungan khusus antara Yakub dan Allah serta panggilan-Nya bagi bangsa Israel.
Makna Teologis Perjanjian dengan Abraham, Ishak, dan Yakub
1. Allah yang Setia pada Janji-Nya
Perjanjian ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah gagal untuk memenuhi janji-Nya, terlepas dari kelemahan manusia.
2. Rencana Allah untuk Penebusan Dunia
Melalui perjanjian ini, Allah memulai rencana besar-Nya untuk menyelamatkan dunia, yang mencapai puncaknya dalam kedatangan Yesus Kristus, keturunan Abraham (Matius 1:1).
3. Pilihan Allah yang Berdaulat
Allah memilih Abraham, Ishak, dan Yakub bukan karena kehebatan mereka, tetapi karena kasih karunia-Nya. Ini mencerminkan kasih Allah yang memilih umat-Nya tanpa syarat.
Relevansi Perjanjian ini bagi Orang Percaya Masa Kini
1. Warisan Iman Abraham
Sebagai orang percaya, kita adalah keturunan rohani Abraham melalui iman kepada Yesus Kristus (Galatia 3:29). Kita dipanggil untuk hidup dengan iman seperti Abraham, mempercayai janji-janji Allah bahkan ketika tidak ada bukti nyata.
2. Janji Berkat yang Kekal
Melalui Yesus Kristus, kita menerima berkat perjanjian yang Allah buat dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, termasuk pengampunan dosa dan hidup kekal.
3. Allah yang Menyertai
Seperti Allah menyertai Yakub, Dia juga menyertai setiap orang percaya. Kita dapat menjalani hidup ini dengan keyakinan bahwa Allah selalu hadir, meskipun kita menghadapi tantangan atau kelemahan.
4. Kesetiaan Allah dalam Setiap Generasi
Perjanjian ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang setia, yang memegang janji-Nya dari generasi ke generasi. Ini memberikan pengharapan kepada kita bahwa Dia akan tetap setia kepada janji-Nya dalam hidup kita.
Pandangan Para Teolog tentang Perjanjian Ini
John Calvin:
Calvin menekankan bahwa perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub adalah bukti kasih karunia-Nya yang tidak tergantung pada kebaikan manusia, tetapi pada kedaulatan-Nya.Dietrich Bonhoeffer:
Dalam Creation and Fall, Bonhoeffer menyatakan bahwa perjanjian ini menunjukkan rencana Allah untuk membentuk umat yang hidup untuk kemuliaan-Nya di tengah dunia yang jatuh.N. T. Wright:
Wright mencatat bahwa perjanjian ini adalah dasar dari teologi perjanjian dalam Alkitab, yang mengarah kepada penggenapan di dalam Kristus.
Kesimpulan
Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub adalah inti dari rencana penebusan Allah yang dimulai dalam Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dalam kedatangan Yesus Kristus. Melalui perjanjian ini, Allah menunjukkan kasih karunia-Nya, kesetiaan-Nya, dan rencana besar-Nya untuk menyelamatkan dunia.
Pandangan dari para teolog seperti John Calvin, N. T. Wright, dan Dietrich Bonhoeffer membantu kita memahami bagaimana perjanjian ini relevan bagi iman Kristen. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman kepada Allah yang setia, menjadi bagian dari rencana-Nya, dan membawa berkat kepada dunia melalui kehidupan kita.
Kiranya perjanjian ini menginspirasi kita untuk hidup setia kepada Allah dan percaya pada janji-janji-Nya yang tidak pernah gagal. Tuhan Yesus memberkati!