Satu Allah yang Benar di Antara Banyak 'Allah': 1 Korintus 8:4-5
Artikel ini akan membahas makna teologis ayat ini, pandangan para pakar, serta penerapannya dalam kehidupan orang percaya masa kini.
“Karena itu, tentang makanan daging-daging yang dipersembahkan kepada berhala, kita tahu bahwa tidak ada berhala di dunia ini, dan tidak ada Allah kecuali Dia, satu-satunya. Namun, kalaupun ada yang disebut allah-allah, baik di surga maupun di bumi, (sebagaimana ada banyak ‘allah’ dan ada banyak ‘tuhan’),”
1. Konteks Surat 1 Korintus
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus untuk menanggapi berbagai masalah yang dihadapi oleh jemaat di Korintus, sebuah kota dengan latar belakang budaya yang beragam. Korintus adalah pusat perdagangan dan agama pada masa itu, dengan banyak kuil dan berhala yang dihormati.
Masalah yang dibahas dalam pasal 8 adalah tentang makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Beberapa orang Kristen di Korintus merasa tidak bermasalah mengonsumsi makanan tersebut karena mereka tahu bahwa berhala tidak memiliki kekuasaan. Namun, ada juga yang merasa terganggu karena latar belakang mereka sebelumnya sebagai penyembah berhala. Paulus menanggapi isu ini dengan mengajarkan kebenaran tentang Allah yang sejati dan bagaimana hal ini memengaruhi tindakan mereka.
2. Analisis Teologis 1 Korintus 8:4-5
a. “Tidak Ada Allah Kecuali Dia, Satu-Satunya”
Paulus menegaskan monoteisme Kristen, yaitu keyakinan bahwa hanya ada satu Allah yang sejati. Ini bertentangan dengan pandangan politeistik pada masa itu, di mana banyak dewa dan dewi disembah. Dalam Ulangan 6:4, pengakuan yang sama diberikan: "Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!"
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menjelaskan bahwa penegasan ini adalah inti dari iman Kristen, yaitu bahwa tidak ada kekuatan lain yang layak disembah selain Allah yang sejati.
b. “Banyak ‘Allah’ dan Banyak ‘Tuhan’”
Paulus mengakui keberadaan banyak dewa-dewi dalam pandangan masyarakat saat itu. Namun, ia menekankan bahwa ini hanyalah gelar kosong tanpa substansi ilahi. Dalam Mazmur 96:5, tertulis bahwa "segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit."
Leon Morris, dalam komentarnya The First Epistle to the Corinthians, menegaskan bahwa Paulus tidak menyangkal keberadaan kepercayaan akan dewa-dewa, tetapi ia menyoroti bahwa semua itu tidak memiliki kuasa yang sejati dibandingkan dengan Allah yang benar.
3. Allah yang Sejati di Tengah Politeisme
a. Allah Pencipta Segala Sesuatu
Paulus menegaskan bahwa Allah yang sejati adalah Sang Pencipta, sedangkan berhala hanyalah ciptaan manusia. Dalam Yesaya 44:9-20, nabi Yesaya mengejek berhala-berhala yang dibuat oleh tangan manusia, menunjukkan kebodohan menyembah sesuatu yang tidak hidup.
b. Allah yang Berdaulat
Hanya Allah yang sejati yang memiliki kekuasaan mutlak atas dunia ini. Berhala, meskipun dihormati oleh banyak orang, tidak memiliki kuasa nyata. Kolose 1:16-17 menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh dan untuk Kristus, dan hanya dalam Dia segala sesuatu berada dalam harmoni.
4. Pandangan Teologis tentang Keberadaan Banyak 'Allah'
a. Politeisme dalam Dunia Kuno
Pada zaman Paulus, politeisme adalah sistem kepercayaan yang dominan di Yunani dan Roma. Orang percaya pada banyak dewa yang mengatur berbagai aspek kehidupan, seperti Zeus, Hera, dan Apollo. Paulus menghadapi tantangan untuk memperkenalkan Allah yang esa dalam budaya semacam itu.
b. Allah yang Berbeda dari 'Allah-Allahan'
Paulus membedakan Allah sejati dari dewa-dewa palsu. Dalam Yeremia 10:10-11, Allah sejati digambarkan sebagai Allah yang hidup, sedangkan dewa-dewa lain disebut sebagai dewa yang tidak menciptakan langit dan bumi dan akan lenyap dari bumi.
c. Penegasan Yesus sebagai Tuhan
Dalam konteks ini, Paulus juga menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah perwujudan Allah yang sejati. Filipi 2:10-11 menyatakan bahwa "dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, di bumi, dan di bawah bumi," menegaskan bahwa hanya Dia yang layak disembah.
5. Relevansi 1 Korintus 8:4-5 dalam Kehidupan Kristen
a. Menyembah Allah yang Benar
1 Korintus 8:4-5 mengingatkan orang percaya untuk hanya menyembah Allah yang sejati. Berhala modern mungkin tidak berbentuk patung, tetapi bisa berupa harta, kekuasaan, atau ambisi yang menggeser tempat Allah dalam hati manusia. Matius 6:24 memperingatkan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
b. Kebebasan dengan Tanggung Jawab
Meskipun orang percaya tahu bahwa berhala tidak memiliki kuasa, Paulus menekankan pentingnya menghormati hati nurani orang lain. Kebebasan kita harus digunakan dengan bijaksana, agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (1 Korintus 8:9).
c. Hidup sebagai Saksi
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi saksi Allah yang sejati di tengah dunia yang masih menyembah berhala. 1 Petrus 2:9 menyatakan bahwa kita adalah "bangsa yang kudus" yang dipanggil untuk memberitakan perbuatan Allah yang besar.
6. Pandangan Para Pakar Teologi tentang 1 Korintus 8:4-5
a. John Stott: Monoteisme yang Radikal
John Stott dalam The Message of Corinthians menekankan bahwa monoteisme Kristen bukan hanya penolakan terhadap politeisme, tetapi juga penegasan tentang Allah yang berdaulat atas seluruh ciptaan.
b. R.C. Sproul: Allah yang Berdaulat
Dalam The Holiness of God, R.C. Sproul menyatakan bahwa hanya Allah yang sejati yang memiliki kekudusan dan kuasa mutlak. Ia menyoroti bahwa berhala hanyalah representasi dari hati manusia yang ingin menggantikan tempat Allah.
c. N.T. Wright: Kristus sebagai Tuhan
Dalam Paul: A Biography, N.T. Wright menegaskan bahwa Paulus menggunakan momen ini untuk memperkenalkan Yesus sebagai Tuhan yang sejati, yang memiliki kuasa atas segala sesuatu di surga dan di bumi.
7. Aplikasi Praktis dari 1 Korintus 8:4-5
a. Meninggalkan Berhala Modern
Orang percaya dipanggil untuk mengidentifikasi dan meninggalkan berhala dalam kehidupan mereka, seperti materialisme, popularitas, atau ambisi duniawi, dan mengutamakan Allah dalam segala hal.
b. Menggunakan Kebebasan dengan Hikmat
Kita harus bijak dalam menggunakan kebebasan kita, terutama dalam hal yang dapat memengaruhi hati nurani orang lain. Kasih harus menjadi dasar dalam setiap keputusan kita.
c. Menjadi Terang di Tengah Kegelapan
Orang Kristen dipanggil untuk hidup sebagai terang di tengah budaya yang sering kali menyembah "allah" modern. Dengan menunjukkan kasih, kebenaran, dan kekudusan Allah, kita dapat membawa orang lain kepada pengenalan akan Allah yang sejati.
Kesimpulan
1 Korintus 8:4-5 menegaskan bahwa meskipun dunia memiliki banyak "allah" dan "tuhan," hanya ada satu Allah yang sejati. Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk hidup berdasarkan pengetahuan ini, menghormati hati nurani sesama, dan menyembah Allah yang benar.
Baca Juga: Efek Pengetahuan dan Kasih: 1 Korintus 8:1-3
Pandangan para pakar seperti Stott, Sproul, dan Wright memperdalam pemahaman kita tentang monoteisme Kristen dan pentingnya menempatkan Kristus sebagai pusat penyembahan kita. Ayat ini relevan dalam kehidupan modern, di mana berhala masih hadir dalam berbagai bentuk, menantang kita untuk tetap setia kepada Allah yang sejati.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meninggalkan berhala, hidup dalam kasih, dan menjadi saksi Allah yang benar di tengah dunia. Dengan menghidupi kebenaran ini, kita dapat membawa kemuliaan kepada Allah dan menjadi berkat bagi sesama.