Efek Pengetahuan dan Kasih: 1 Korintus 8:1-3
"Tentang daging persembahan berhala kita tahu: 'Kita semua mempunyai pengetahuan.' Pengetahuan menjadikan sombong, tetapi kasih membangun. Jika ada seorang menyangka bahwa ia mempunyai suatu pengetahuan, maka ia belum juga mencapai pengetahuan sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."
Ayat ini muncul dalam konteks diskusi tentang makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi pelajaran dari nasihat Paulus ini melampaui isu tertentu. Paulus menekankan bagaimana pengetahuan, jika tidak dibarengi kasih, dapat menjadi alat kesombongan, sedangkan kasih membangun hubungan yang saling mendukung. Artikel ini akan mengupas efek pengetahuan dan kasih, pandangan teolog tentang ayat ini, serta bagaimana ajaran Paulus relevan untuk kehidupan Kristen masa kini.
Bagian 1: Konteks 1 Korintus 8:1-3
1. Latar Belakang Surat 1 Korintus
Surat 1 Korintus ditulis oleh Paulus untuk menanggapi berbagai masalah di jemaat Korintus, termasuk isu tentang makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Pada zaman itu, banyak orang Kristen yang hidup di kota-kota Yunani-Romawi menghadapi dilema moral tentang apakah mereka boleh makan makanan yang telah dipersembahkan di kuil-kuil pagan.
Beberapa orang Kristen yang lebih dewasa secara rohani memahami bahwa berhala tidak memiliki kuasa, sehingga mereka merasa bebas untuk makan makanan tersebut. Namun, bagi mereka yang lemah dalam iman, tindakan ini dapat menjadi batu sandungan.
2. Fokus pada Pengetahuan dan Kasih
Dalam diskusi ini, Paulus menyoroti dua prinsip penting: pengetahuan dan kasih. Pengetahuan bisa menjadi alat untuk membebaskan seseorang dari rasa takut yang tidak beralasan, tetapi kasihlah yang memberikan arahan tentang bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut untuk membangun orang lain.
Bagian 2: Analisis 1 Korintus 8:1-3
1. “Pengetahuan menjadikan sombong, tetapi kasih membangun.”
Paulus tidak menolak pentingnya pengetahuan, tetapi ia menyoroti bahaya pengetahuan yang tidak dibarengi kasih. Pengetahuan dapat membuat seseorang merasa superior, yang pada akhirnya melahirkan kesombongan.
Charles Spurgeon menulis bahwa pengetahuan tanpa kasih seperti bangunan tanpa fondasi: ia mungkin terlihat megah, tetapi tidak dapat menopang apa pun. Sebaliknya, kasih membangun komunitas dan memperkuat hubungan antar orang percaya.
2. “Jika ada seorang menyangka bahwa ia mempunyai suatu pengetahuan...”
Paulus mengingatkan bahwa pengetahuan manusia selalu terbatas. Orang yang merasa bahwa ia telah mencapai pengetahuan sempurna sebenarnya belum memahami inti dari hikmat yang sejati.
Teolog John Stott mencatat bahwa kebijaksanaan sejati berasal dari kerendahan hati yang menyadari keterbatasan diri dan kebutuhan akan hikmat Allah.
3. “Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.”
Di sini, Paulus mengalihkan fokus dari pengetahuan manusia kepada kasih kepada Allah. Kasih kepada Allah adalah inti dari hubungan rohani, dan itu membawa pengakuan dari Allah. Dalam 1 Yohanes 4:8, dikatakan bahwa “Allah adalah kasih,” sehingga kasih kepada Allah adalah refleksi dari sifat-Nya yang ilahi.
Bagian 3: Prinsip Teologis tentang Pengetahuan dan Kasih
1. Pengetahuan Tanpa Kasih adalah Kosong
Pengetahuan, meskipun penting, tidak dapat menjadi dasar utama kehidupan Kristen. Paulus mengingatkan bahwa pengetahuan yang tidak dibarengi kasih cenderung membawa kesombongan, bukan pertumbuhan rohani.
Dalam 1 Korintus 13:2, Paulus berkata: “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan... tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”
2. Kasih Sebagai Dasar Kehidupan Kristen
Kasih adalah dasar utama dari semua tindakan orang percaya. Kasih bukan hanya emosi, tetapi keputusan aktif untuk membangun orang lain. Dalam Kolose 3:14, Paulus menulis: “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
3. Kasih kepada Allah Melahirkan Kasih kepada Sesama
Kasih kepada Allah adalah dasar bagi kasih kepada sesama. Orang yang mengasihi Allah akan mencerminkan kasih-Nya kepada orang lain. Yohanes menulis: “Jikalau seorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta” (1 Yohanes 4:20).
Bagian 4: Pandangan Teolog tentang 1 Korintus 8:1-3
1. John Calvin: Pengetahuan yang Membanggakan Diri
Calvin menyoroti bahwa pengetahuan yang digunakan untuk membanggakan diri adalah pengetahuan yang salah. Ia menekankan bahwa tujuan utama pengetahuan adalah memuliakan Allah dan membangun komunitas iman.
2. Charles Spurgeon: Kasih Sebagai Keseimbangan
Spurgeon menulis bahwa kasih adalah keseimbangan yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan dengan bijaksana. Tanpa kasih, pengetahuan menjadi alat yang merusak, tetapi dengan kasih, pengetahuan dapat membawa pertumbuhan rohani.
3. N.T. Wright: Hubungan Pengetahuan, Kasih, dan Komunitas
N.T. Wright dalam Paul for Everyone: 1 Corinthians menekankan bahwa fokus utama Paulus adalah pada dampak pengetahuan terhadap komunitas. Pengetahuan harus selalu digunakan untuk membangun, bukan untuk menghancurkan atau memisahkan komunitas.
Bagian 5: Relevansi 1 Korintus 8:1-3 bagi Orang Percaya Hari Ini
1. Pengetahuan di Era Modern
Dalam dunia yang semakin dipenuhi informasi, orang percaya harus berhati-hati agar pengetahuan tidak menjadi sumber kesombongan. Pengetahuan harus digunakan dengan kasih untuk membangun orang lain, bukan untuk menunjukkan superioritas.
2. Menggunakan Kasih sebagai Panduan
Setiap keputusan dalam hidup, termasuk bagaimana kita menggunakan pengetahuan kita, harus dipandu oleh kasih. Ini relevan dalam keluarga, gereja, dan masyarakat luas, di mana tindakan yang dilandasi kasih membawa perdamaian dan harmoni.
3. Memprioritaskan Kasih kepada Allah
Kasih kepada Allah harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan orang percaya. Hubungan yang intim dengan Allah akan melahirkan sikap kasih kepada sesama dan menghindarkan pengetahuan menjadi alat kesombongan.
Bagian 6: Aplikasi Praktis dari 1 Korintus 8:1-3
1. Menggunakan Pengetahuan dengan Bijaksana
Orang percaya dipanggil untuk menggunakan pengetahuan mereka dengan bijaksana dan penuh kasih. Dalam Filipi 1:9, Paulus berdoa agar kasih jemaat bertambah-tambah dalam pengetahuan dan segala pengertian.
2. Membina Komunitas yang Membangun
Setiap anggota jemaat harus berusaha membangun komunitas yang didasari kasih. Ini melibatkan sikap rendah hati dalam menggunakan pengetahuan dan mengutamakan kebutuhan orang lain.
3. Mengutamakan Kasih dalam Hubungan
Dalam semua hubungan, baik di gereja maupun di luar gereja, kasih harus menjadi dasar. Kasih membangun jembatan, sementara kesombongan menghancurkannya.
4. Merenungkan Kasih Allah
Merenungkan kasih Allah akan memperdalam kasih kita kepada-Nya dan kepada sesama. Renungkan ayat-ayat seperti Roma 5:8: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Kesimpulan
1 Korintus 8:1-3 mengajarkan bahwa pengetahuan tanpa kasih dapat menjadi alat kesombongan, sedangkan kasih membangun komunitas dan memuliakan Allah. Paulus mengingatkan bahwa inti kehidupan Kristen bukanlah seberapa banyak kita tahu, tetapi seberapa besar kita mengasihi Allah dan sesama.
Baca Juga: 1 Korintus 7:39-40: Nasihat Paulus kepada Janda Kristen
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih yang melampaui pengetahuan dan menggunakan pengetahuan dengan bijaksana untuk membangun tubuh Kristus. Dengan kasih sebagai dasar, setiap aspek kehidupan kita dapat menjadi kesaksian tentang kasih Allah yang tak terbatas.
Amin.