1 Korintus 7:39-40: Nasihat Paulus kepada Janda Kristen
"Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya meninggal, bebaslah ia untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah orang yang percaya. Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah."
Nasihat Paulus ini berakar pada prinsip spiritual dan pastoral, memberikan arahan kepada para janda tentang bagaimana menjalani kehidupan yang memuliakan Allah setelah kehilangan pasangan. Artikel ini akan membahas konteks ayat tersebut, analisis teologis, pandangan para pakar, serta penerapan praktis bagi para janda Kristen dan jemaat secara umum.
Bagian 1: Konteks 1 Korintus 7
1. Surat Paulus kepada Jemaat Korintus
Surat 1 Korintus ditulis untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul di jemaat Korintus, termasuk masalah hubungan pernikahan, status lajang, dan pelayanan dalam terang iman Kristen. Pasal 7 secara khusus membahas pertanyaan tentang pernikahan, perceraian, dan status hidup lajang dalam konteks pengabdian kepada Tuhan.
2. Situasi Janda Kristen di Zaman Paulus
Pada abad pertama, status seorang janda sering kali diwarnai oleh tantangan sosial dan ekonomi. Dalam budaya Yahudi dan Romawi, seorang janda yang tidak memiliki dukungan keluarga atau tidak menikah kembali berisiko kehilangan stabilitas finansial dan status sosial.
Paulus memberikan nasihat kepada para janda Kristen, bukan hanya berdasarkan kebutuhan sosial, tetapi juga mempertimbangkan implikasi spiritual dari keputusan mereka untuk menikah atau tetap lajang.
Bagian 2: Analisis 1 Korintus 7:39-40
1. “Isteri terikat selama suaminya hidup.”
Paulus menegaskan prinsip pernikahan bahwa seorang istri terikat kepada suaminya selama suami itu hidup. Ini sejalan dengan ajaran Alkitab tentang kekudusan pernikahan, seperti yang diajarkan Yesus dalam Matius 19:6: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Namun, ketika suami meninggal, ikatan pernikahan tersebut berakhir, memberi kebebasan kepada istri untuk menikah kembali jika dia menginginkannya.
2. “Bebaslah ia untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah orang yang percaya.”
Paulus memberikan kebebasan kepada seorang janda untuk menikah kembali, tetapi dengan syarat bahwa pasangan barunya harus seorang yang percaya. Ini menunjukkan pentingnya kesatuan iman dalam pernikahan (2 Korintus 6:14).
Teolog John Stott menekankan bahwa pernikahan antara dua orang percaya mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja, sehingga iman yang sejalan menjadi fondasi penting dalam kehidupan pernikahan Kristen.
3. “Ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya.”
Paulus menyarankan bahwa janda akan lebih berbahagia jika tetap hidup dalam keadaan lajang. Pernyataan ini mencerminkan pandangan Paulus tentang keuntungan status lajang dalam pelayanan Tuhan, sebagaimana dijelaskan dalam 1 Korintus 7:32-34.
Namun, penting untuk dicatat bahwa Paulus tidak memaksakan pandangan ini, melainkan memberikan nasihat pastoral berdasarkan kebijaksanaan dan konteks kehidupan jemaat Korintus.
4. “Aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.”
Paulus menekankan bahwa nasihatnya bukan sekadar pendapat pribadi, tetapi berasal dari hikmat yang diberikan oleh Roh Kudus. Pernyataan ini menunjukkan bahwa nasihat Paulus dapat dipercaya sebagai panduan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Bagian 3: Prinsip Teologis dalam 1 Korintus 7:39-40
1. Kebebasan dalam Kristus
Paulus mengajarkan bahwa seorang janda memiliki kebebasan untuk menikah kembali setelah kematian suaminya. Kebebasan ini adalah hasil dari kasih karunia Allah yang memberikan keleluasaan kepada umat-Nya untuk membuat keputusan yang bijaksana sesuai dengan iman mereka.
2. Kesatuan Iman dalam Pernikahan
Pernikahan Kristen harus didasarkan pada kesatuan iman. Dengan menikahi seorang yang percaya, seorang janda dapat membangun rumah tangga yang memuliakan Allah. Hal ini sejalan dengan Kolose 3:17: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus.”
3. Keutamaan Hidup yang Berfokus pada Allah
Paulus menyarankan bahwa tetap hidup lajang memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada pelayanan dan kehendak Allah. Namun, ini bukan perintah mutlak, melainkan pilihan yang disarankan bagi mereka yang merasa terpanggil untuk hidup dalam pengabdian eksklusif kepada Tuhan.
Bagian 4: Pandangan Teolog tentang 1 Korintus 7:39-40
1. John Calvin: Kekudusan dalam Keputusan
Calvin menekankan bahwa keputusan seorang janda untuk menikah kembali atau tetap lajang harus dilakukan dengan motivasi yang kudus. Menurut Calvin, nasihat Paulus menunjukkan bahwa segala sesuatu harus diarahkan untuk memuliakan Allah, baik dalam pernikahan maupun dalam hidup lajang.
2. Charles Spurgeon: Pernikahan sebagai Pilihan yang Bijaksana
Spurgeon dalam khotbahnya sering menekankan pentingnya hikmat dalam keputusan hidup, termasuk pernikahan. Ia menyoroti bahwa kebebasan yang Paulus berikan kepada janda mencerminkan kemurahan Allah, tetapi keputusan itu harus didasarkan pada doa dan kehendak Allah.
3. R.C. Sproul: Hidup dalam Panggilan Allah
Sproul mencatat bahwa nasihat Paulus mencerminkan pandangan eskatologis yang memengaruhi gereja mula-mula. Dengan menekankan keutamaan pelayanan kepada Tuhan, Sproul menegaskan bahwa setiap keputusan, baik untuk menikah kembali atau tetap lajang, harus didasarkan pada panggilan Allah dalam hidup seseorang.
Bagian 5: Relevansi 1 Korintus 7:39-40 bagi Orang Percaya Hari Ini
1. Kebebasan dan Tanggung Jawab dalam Keputusan
Nasihat Paulus memberikan kebebasan kepada janda Kristen untuk menikah kembali, tetapi keputusan ini harus diambil dengan tanggung jawab. Hal ini relevan dalam konteks modern, di mana banyak orang menghadapi tekanan sosial atau emosional untuk segera menikah kembali setelah kehilangan pasangan.
2. Pentingnya Kesatuan Iman
Pernikahan antara dua orang yang percaya tetap menjadi prinsip yang relevan. Dalam dunia yang semakin pluralistik, orang percaya diingatkan untuk membangun hubungan yang didasarkan pada iman yang sama, yang akan memperkuat kehidupan rohani mereka.
3. Fokus pada Kehendak Allah
Paulus mengingatkan bahwa baik menikah kembali maupun tetap lajang harus dilakukan dengan tujuan memuliakan Allah. Ini relevan bagi orang percaya hari ini untuk menjadikan kehendak Allah sebagai prioritas utama dalam setiap keputusan hidup.
Bagian 6: Aplikasi Praktis untuk Janda Kristen
1. Mengambil Waktu untuk Berdoa dan Merenung
Setelah kehilangan pasangan, penting bagi seorang janda untuk mengambil waktu untuk berdoa dan merenungkan kehendak Allah sebelum membuat keputusan besar, seperti menikah kembali.
2. Mencari Hikmat dalam Firman Tuhan dan Komunitas Iman
Firman Tuhan memberikan panduan untuk menjalani hidup yang memuliakan Allah. Selain itu, mencari nasihat dari pemimpin rohani atau teman seiman dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan.
3. Menjadikan Kehidupan sebagai Kesaksian
Baik dalam pernikahan baru maupun dalam hidup lajang, seorang janda dapat menggunakan hidupnya sebagai kesaksian tentang kasih dan kesetiaan Allah.
4. Mengutamakan Pertumbuhan Rohani
Paulus menekankan pentingnya hidup yang fokus pada Tuhan. Seorang janda dapat menggunakan kesempatan ini untuk bertumbuh dalam iman dan pelayanan.
Kesimpulan
1 Korintus 7:39-40 memberikan nasihat bijaksana kepada janda Kristen tentang kebebasan mereka untuk menikah kembali atau tetap hidup lajang. Paulus menegaskan pentingnya membuat keputusan yang didasarkan pada kehendak Allah, kesatuan iman, dan fokus pada tujuan spiritual.
Baca Juga: 1 Korintus 7:36-38: Nasihat kepada Orang Tua tentang Pernikahan Gadis yang Cukup Usia
Bagi janda Kristen, ayat ini adalah pengingat bahwa Allah memberikan kebebasan dan hikmat untuk menjalani hidup yang memuliakan-Nya, baik melalui pernikahan baru maupun dalam hidup lajang. Dalam segala keputusan, mengutamakan Allah dan panggilan-Nya adalah hal yang terpenting.
Amin.