Yesus yang Dituntut Menjadi Raja: Yohanes 6:14-15

Yesus yang Dituntut Menjadi Raja: Yohanes 6:14-15
Pendahuluan:

Dalam Yohanes 6:14-15, setelah mukjizat pemberian makan lima ribu orang, orang banyak yang menyaksikan peristiwa tersebut mengakui Yesus sebagai Nabi yang dijanjikan dan berencana untuk menjadikan-Nya raja. Namun, Yesus menolak rencana mereka dan menyingkir ke bukit seorang diri. Kisah ini menunjukkan respons manusia terhadap kuasa Yesus, harapan politis mereka, dan misi Yesus yang jauh melampaui sekadar menjadi raja duniawi. Artikel ini akan menganalisis makna teologis dari ayat-ayat ini, pandangan para pakar, serta relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

Yohanes 6:14-15 “Ketika orang-orang itu melihat tanda ajaib yang dilakukan Yesus, mereka berkata, ‘Dia ini pasti Nabi yang dijanjikan akan datang ke dunia.’ Karena mengetahui bahwa orang banyak itu berencana datang dan memaksa Dia menjadi Raja atas mereka, Yesus menyingkir lagi ke bukit seorang diri.”

1. Konteks Yohanes 6:14-15

Konteks ini mengikuti mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang (Yohanes 6:1-13). Mukjizat ini tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik mereka, tetapi juga mengingatkan orang banyak akan manna yang Allah berikan di padang gurun (Keluaran 16). Pengalaman tersebut mendorong mereka untuk melihat Yesus sebagai Nabi yang dijanjikan, yang diramalkan dalam Ulangan 18:15 sebagai nabi seperti Musa.

Namun, pengakuan mereka terhadap Yesus bercampur dengan harapan politis. Pada masa itu, bangsa Yahudi berada di bawah penjajahan Romawi dan merindukan seorang Mesias yang akan membebaskan mereka secara politis dan mendirikan kerajaan di bumi.

Leon Morris, dalam The Gospel According to John, mencatat bahwa orang banyak ini gagal memahami misi Mesianik Yesus yang sejati. Mereka hanya melihat Yesus sebagai jawaban terhadap kebutuhan material dan politis mereka, bukan sebagai Juru Selamat yang membawa kerajaan rohani.

2. Makna Teologis Yohanes 6:14-15

a. Yesus sebagai Nabi yang Dijanjikan
Orang banyak mengenali Yesus sebagai Nabi yang dijanjikan (Yohanes 6:14). Ini mengacu pada nubuat dalam Ulangan 18:15, di mana Musa mengatakan bahwa Allah akan mengirim seorang nabi seperti dia. Namun, pemahaman mereka tentang peran nabi ini masih terbatas pada harapan duniawi.

John Calvin, dalam Commentary on John, menekankan bahwa pengakuan mereka terhadap Yesus sebagai Nabi benar, tetapi motivasi mereka salah. Mereka mencari keuntungan sementara daripada pengertian rohani yang mendalam.

b. Rencana untuk Menjadikan Yesus Raja
Rencana orang banyak untuk menjadikan Yesus raja (Yohanes 6:15) menunjukkan kesalahpahaman mereka tentang sifat kerajaan Allah. Mereka ingin Yesus memimpin mereka melawan Romawi dan mendirikan kerajaan duniawi.

Namun, Yesus menolak rencana ini. Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, seperti yang ditegaskan dalam Yohanes 18:36: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini." Tindakan Yesus menunjukkan bahwa misi-Nya adalah rohani, bukan politis.

c. Penarikan Diri Yesus
Yesus menyingkir ke bukit seorang diri, sebuah tindakan yang mencerminkan penyerahan-Nya pada kehendak Allah, bukan pada keinginan manusia. Penarikan diri ini menunjukkan fokus Yesus pada misi-Nya sebagai Mesias yang menderita, seperti yang diramalkan dalam Yesaya 53, bukan sebagai raja politis.

3. Respons Manusia terhadap Kuasa Yesus

a. Kekaguman pada Mukjizat
Orang banyak mengagumi Yesus karena mukjizat-Nya, tetapi iman mereka lebih didasarkan pada tanda-tanda ajaib daripada pengenalan akan siapa Yesus sebenarnya. Dalam Yohanes 2:23-25, Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada orang yang hanya percaya karena mukjizat.

b. Harapan Politis yang Salah
Orang banyak menginginkan seorang pemimpin yang dapat memuaskan kebutuhan material mereka dan membebaskan mereka dari penindasan politik. Namun, Yesus datang untuk menyelamatkan mereka dari dosa, bukan untuk memenuhi agenda politis mereka.

c. Penolakan Yesus terhadap Motivasi Duniawi
Dengan menolak untuk menjadi raja duniawi, Yesus menunjukkan bahwa misi-Nya melampaui ambisi manusia. R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menekankan bahwa tindakan Yesus menolak mahkota duniawi adalah penegasan atas ketaatan-Nya kepada rencana Allah.

4. Pandangan Para Pakar tentang Yohanes 6:14-15

a. Leon Morris
Leon Morris mencatat bahwa tindakan Yesus menolak menjadi raja adalah bukti komitmen-Nya pada misi penebusan. Mukjizat itu dimaksudkan untuk menunjuk kepada kerajaan rohani, tetapi orang banyak salah memahami tujuannya.

b. John Stott
John Stott, dalam The Cross of Christ, menekankan bahwa kerajaan Yesus hanya dapat ditegakkan melalui salib, bukan melalui kekuatan duniawi. Penolakan Yesus untuk menjadi raja duniawi menunjukkan fokus-Nya pada penebusan dosa.

c. N.T. Wright
Dalam Simply Jesus, N.T. Wright menyoroti bahwa orang banyak melihat Yesus sebagai Mesias yang akan membebaskan mereka dari Romawi. Namun, Yesus menegaskan bahwa kerajaan-Nya adalah tentang membawa pembaruan melalui kasih dan pengampunan, bukan kekerasan atau pemberontakan.

5. Aplikasi Yohanes 6:14-15 dalam Kehidupan Kristen

a. Mengenali Yesus yang Sejati
Kita dipanggil untuk mengenal Yesus bukan hanya sebagai penyedia kebutuhan material, tetapi sebagai Juru Selamat yang menyelamatkan kita dari dosa dan memberikan hidup kekal.

b. Menolak Motivasi Duniawi
Mukjizat Yesus sering kali disalahartikan sebagai sarana untuk memenuhi ambisi pribadi. Kita diajak untuk menyerahkan hidup kita kepada kehendak Allah, bukan mengejar keuntungan duniawi.

c. Fokus pada Kerajaan Allah
Yesus mengajarkan bahwa kerajaan-Nya adalah rohani dan kekal. Kita dipanggil untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah, mengutamakan nilai-nilai kasih, pengampunan, dan kebenaran.

6. Tantangan dalam Menerapkan Yohanes 6:14-15

a. Ketergantungan pada Mukjizat
Seperti orang banyak, kita sering kali fokus pada tanda-tanda dan berkat daripada pada hubungan pribadi dengan Yesus. Tantangannya adalah menjaga iman kita tetap berakar pada siapa Yesus sebenarnya, bukan pada apa yang dapat Dia lakukan bagi kita.

b. Ambisi Pribadi
Godaan untuk menggunakan Yesus sebagai alat untuk memenuhi ambisi pribadi masih relevan. Kita harus memeriksa hati kita dan memastikan bahwa kita mengikuti Yesus dengan motivasi yang murni.

c. Memahami Misi Yesus
Memahami bahwa Yesus datang untuk membawa kerajaan rohani dan penebusan dosa, bukan untuk memenuhi agenda duniawi, menantang kita untuk hidup dalam ketaatan dan pengharapan pada janji-Nya yang kekal.

7. Relevansi Yohanes 6:14-15 di Masa Kini

Dalam dunia modern, banyak orang mencari Yesus sebagai penyedia kebutuhan material atau penyelesaian masalah. Kisah ini mengingatkan kita bahwa misi Yesus adalah untuk membawa pembaruan rohani dan menyelamatkan manusia dari dosa. Kita dipanggil untuk mengenal Yesus yang sejati dan hidup sebagai saksi dari Kerajaan Allah.

Kesimpulan

Yohanes 6:14-15 mengungkapkan respons manusia terhadap Yesus sebagai Raja, tetapi juga menyoroti kesalahpahaman mereka tentang misi-Nya. Dengan menolak menjadi raja duniawi, Yesus menunjukkan bahwa kerajaan-Nya adalah rohani dan kekal, membawa keselamatan dan pembaruan melalui kasih dan pengorbanan.

Baca Juga: Yohanes 6:1-13: Lima Roti dan Dua Ikan: Mukjizat Pemberian Makan Lima Ribu 

Pandangan para teolog seperti Leon Morris, John Stott, dan N.T. Wright membantu kita memahami bagaimana kisah ini relevan bagi kehidupan Kristen. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengenal Yesus sebagai Raja yang sejati, hidup dalam nilai-nilai Kerajaan Allah, dan menolak motivasi duniawi yang dapat mengaburkan iman kita.

Dengan mengikuti teladan Yesus, kita dapat hidup sebagai saksi Kerajaan-Nya yang membawa kasih, pengampunan, dan pengharapan bagi dunia.

Next Post Previous Post