Apa Makna Sheol dalam Alkitab? Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan:
Istilah Sheol sering muncul dalam Perjanjian Lama, dan menjadi salah satu konsep teologis yang kompleks. Dalam berbagai konteks, "Sheol" diterjemahkan sebagai "alam maut," "kuburan," atau "tempat orang mati." Namun, maknanya sering kali menimbulkan kebingungan, terutama ketika kita mencoba memadukan konsep ini dengan pemahaman teologi Reformed tentang kehidupan setelah kematian. Artikel ini akan membahas arti "Sheol" dalam Alkitab, bagaimana konsep ini dipahami oleh pakar-pakar teologi Reformed, dan relevansinya bagi pemahaman teologi Kristen.
1. Pengertian Dasar "Sheol" dalam Alkitab
Kata "Sheol" berasal dari bahasa Ibrani שְׁאוֹל (she’ol), yang muncul lebih dari 60 kali dalam Perjanjian Lama. Dalam literatur Ibrani, "Sheol" adalah tempat ke mana semua orang pergi setelah kematian, tanpa memandang status moral atau rohani mereka. Contohnya, dalam Mazmur 6:5, pemazmur berkata, "Sebab di dalam maut tidaklah orang mengingat Engkau; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam alam maut?"
Menurut banyak pakar, "Sheol" bukanlah lokasi fisik seperti kuburan, melainkan realitas spiritual tempat orang mati berada. Dalam Kejadian 37:35, Yakub, setelah mendengar kabar tentang kematian Yusuf, berkata bahwa ia akan turun ke "Sheol" untuk bergabung dengan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa "Sheol" dipahami sebagai tempat umum bagi orang mati, baik orang benar maupun orang fasik.
2. "Sheol" sebagai Tempat Netral atau Intermediat
Dalam pemikiran teologi Reformed, "Sheol" sering dipandang sebagai konsep intermediat—tempat sementara bagi roh manusia setelah kematian dan sebelum kebangkitan. Charles Hodge, seorang teolog Reformed terkemuka, menjelaskan bahwa "Sheol" dalam Perjanjian Lama mencerminkan pemahaman Israel yang belum sepenuhnya berkembang tentang kehidupan setelah kematian. Mereka memahami "Sheol" sebagai tempat peristirahatan sementara, bukan tujuan akhir.
John Calvin menambahkan bahwa istilah "Sheol" mencerminkan keterbatasan wahyu Perjanjian Lama tentang surga dan neraka. Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menulis bahwa pengharapan orang percaya dalam Perjanjian Lama adalah kebersamaan dengan Allah, meskipun pemahaman mereka tentang tempat setelah kematian belum sepenuhnya terungkap seperti dalam Perjanjian Baru.
3. "Sheol" dan Orang Benar
Mazmur dan Kitab Ayub memberikan wawasan tentang bagaimana "Sheol" dipahami oleh orang benar. Dalam Mazmur 16:10, Daud menyatakan, "Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati (Sheol), dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan." Ayat ini menunjukkan pengharapan akan pembebasan dari "Sheol," yang dalam teologi Reformed dianggap sebagai bayangan kebangkitan Kristus.
John Piper, seorang teolog Reformed kontemporer, menyatakan bahwa meskipun "Sheol" adalah realitas bagi semua orang mati, Allah memelihara umat-Nya bahkan di dalam "Sheol." Piper menekankan bahwa keberadaan Allah tidak terbatas oleh tempat, sehingga kehadiran-Nya tetap nyata bagi orang percaya, bahkan dalam keadaan kematian.
4. "Sheol" dan Orang Fasik
Dalam Perjanjian Lama, "Sheol" juga digambarkan sebagai tempat hukuman bagi orang fasik. Ayub 24:19-20 menyatakan, "Sebagaimana panas dan kekeringan menelan air salju, demikianlah dunia orang mati (Sheol) menelan mereka yang berbuat dosa." Dalam pandangan teologi Reformed, ini adalah gambaran awal tentang hukuman kekal yang lebih jelas diungkapkan dalam Perjanjian Baru.
R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkenal, menjelaskan bahwa "Sheol" bagi orang fasik bukanlah akhir hukuman mereka, melainkan awal dari pemisahan kekal dari Allah. Ia menekankan bahwa konsep hukuman ini harus dipahami sebagai bagian dari keadilan Allah yang sempurna, yang diwujudkan secara penuh dalam neraka di bawah wahyu Perjanjian Baru.
5. Perbandingan dengan Konsep Perjanjian Baru
Ketika Perjanjian Baru ditulis, bahasa Yunani menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa dominan di dunia Mediterania. Dalam Perjanjian Baru, istilah Yunani "Hades" sering digunakan sebagai padanan untuk "Sheol." Namun, wahyu Perjanjian Baru memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan setelah kematian, termasuk perbedaan antara tempat bagi orang benar (Firdaus) dan orang fasik (Neraka).
Yesus, dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31), menggambarkan "Hades" sebagai tempat penderitaan bagi orang fasik, tetapi juga menyebutkan "pangkuan Abraham" sebagai tempat penghiburan bagi orang benar. John Frame, seorang teolog Reformed, menyoroti perbedaan ini sebagai perkembangan progresif dalam wahyu Allah. Frame menyatakan bahwa "Sheol" dalam Perjanjian Lama mencakup seluruh realitas kehidupan setelah kematian, tetapi Perjanjian Baru memisahkan secara eksplisit tempat bagi orang percaya dan orang tidak percaya.
6. "Sheol" dan Kebangkitan Kristus
Salah satu aspek penting dari "Sheol" dalam teologi Reformed adalah hubungannya dengan karya penyelamatan Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 2:27, Petrus mengutip Mazmur 16:10 untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak ditinggalkan di "Hades" (padanan Yunani untuk "Sheol"), dan tubuh-Nya tidak mengalami kebinasaan. Kebangkitan Kristus adalah bukti kemenangan-Nya atas dosa, kematian, dan "Sheol."
Herman Bavinck, seorang teolog Reformed Belanda, menulis bahwa kebangkitan Kristus mengubah makna "Sheol" bagi orang percaya. Melalui kebangkitan-Nya, Kristus membuka jalan menuju surga, sehingga orang percaya tidak lagi takut akan "Sheol." Dalam terang Injil, "Sheol" kehilangan sengatannya sebagai tempat kegelapan dan menjadi pintu masuk ke hadirat Allah bagi orang percaya.
7. Perspektif Praktis bagi Orang Percaya
Teologi Reformed menawarkan penghiburan praktis bagi orang percaya dalam memahami "Sheol." Tim Keller, dalam tulisannya tentang kematian dan pengharapan Kristen, menjelaskan bahwa pemahaman kita tentang "Sheol" harus membawa kita pada pengharapan yang penuh dalam kebangkitan. Kematian bukanlah akhir, melainkan transisi ke kehidupan kekal bersama Allah.
Baca Juga: Lima Alasan untuk Tidak Khawatir: Pandangan Alkitabiah dan Teologi Reformed
Dalam pengertian praktis, pemahaman tentang "Sheol" juga mengingatkan orang percaya untuk hidup dengan kesadaran akan kekekalan. Charles Spurgeon, meskipun lebih dikenal sebagai pengkhotbah Baptis, sering dipandang dekat dengan teologi Reformed. Ia pernah berkata bahwa "Sheol" mengingatkan kita akan realitas dosa dan pentingnya pertobatan. Bagi Spurgeon, fakta bahwa "Sheol" adalah tempat nyata bagi orang fasik harus mendorong orang percaya untuk memberitakan Injil dengan sungguh-sungguh.
Kesimpulan: "Sheol" dalam Terang Injil
Dalam teologi Reformed, "Sheol" adalah konsep yang kaya makna dan mendalam. Ia mencerminkan keterbatasan wahyu Perjanjian Lama, tetapi juga menunjuk pada pengharapan yang lebih besar dalam Kristus. Melalui kebangkitan-Nya, Kristus mengatasi "Sheol" dan membuka jalan menuju kehidupan kekal bagi umat-Nya.
Orang percaya dipanggil untuk memandang kematian bukan dengan ketakutan, tetapi dengan pengharapan. Seperti yang Paulus nyatakan dalam 1 Korintus 15:55, "Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Dengan pengertian yang mendalam tentang "Sheol," kita dapat hidup dengan keberanian, memberitakan Injil, dan bersandar pada janji Allah yang kekal.
Catatan Penutup
Pemahaman tentang "Sheol" bukan hanya konsep akademis, tetapi kebenaran yang relevan bagi iman kita sehari-hari. Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita mempelajari konsep ini, agar kita dapat semakin mengenal Allah, karya keselamatan-Nya, dan janji kehidupan kekal-Nya yang pasti.