Banyak yang Sama: Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan:
Dalam dunia yang penuh dengan perbedaan budaya, agama, dan pandangan hidup, gagasan bahwa manusia memiliki "banyak yang sama" (much in common) sering kali diabaikan. Namun, teologi Reformed mengajarkan bahwa meskipun keberagaman dunia mencolok, ada elemen-elemen universal yang menghubungkan seluruh umat manusia, baik dalam ciptaan, natur dosa, maupun kebutuhan akan keselamatan. Pemahaman tentang "kesamaan dalam keberagaman" ini berakar dalam ajaran Alkitab dan menjadi landasan untuk memahami hubungan manusia dengan Allah dan sesamanya.
Artikel ini akan mengeksplorasi gagasan tentang "banyak yang sama" dalam kerangka teologi Reformed, dengan mengacu pada Alkitab dan pandangan para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Louis Berkhof. Kita akan melihat bagaimana doktrin ciptaan, kejatuhan manusia, dan karya penebusan Kristus menyoroti elemen-elemen kesamaan ini, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen.
1. Kesamaan dalam Ciptaan: Semua Manusia sebagai Gambar Allah
a. Manusia Diciptakan menurut Gambar Allah
Kesamaan fundamental pertama yang dimiliki semua manusia adalah bahwa mereka diciptakan menurut gambar Allah (imago Dei). Dalam Kejadian 1:27 (TB), Alkitab menyatakan:"Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menulis bahwa gambar Allah dalam manusia adalah "cahaya ilahi" yang membuat manusia berbeda dari semua ciptaan lain. Bagi Calvin, kesamaan ini bukan hanya aspek fisik, tetapi mencakup moralitas, intelek, dan kemampuan untuk berhubungan dengan Allah.
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, juga menegaskan bahwa imago Dei memberikan martabat yang sama kepada setiap manusia, terlepas dari perbedaan etnis, budaya, atau status sosial. Semua manusia memiliki nilai yang sama di hadapan Allah karena mereka adalah refleksi dari Sang Pencipta.
b. Kesamaan dalam Tugas Budaya
Selain diciptakan menurut gambar Allah, semua manusia juga menerima mandat budaya yang sama, yaitu untuk "menguasai bumi" dan "memeliharanya" (Kejadian 1:28; Kejadian 2:15). Mandat ini menunjukkan bahwa semua manusia dipanggil untuk bekerja sama dalam merawat ciptaan Allah.
Louis Berkhof menjelaskan bahwa mandat budaya ini tidak terbatas pada umat percaya saja, tetapi berlaku untuk seluruh umat manusia. Meskipun keberadaan dosa telah merusak tugas ini, mandat budaya tetap menunjukkan bahwa ada panggilan universal yang menyatukan manusia dalam peran mereka sebagai penjaga ciptaan.
2. Kesamaan dalam Dosa: Kejatuhan yang Bersifat Universal
a. Dosa sebagai Kesamaan Universal
Kesamaan berikutnya yang dimiliki semua manusia adalah kejatuhan dalam dosa. Dalam Roma 3:23 (TB), Rasul Paulus menulis:"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."
Teologi Reformed mengajarkan bahwa dosa Adam dan Hawa dalam Kejadian 3 membawa dampak universal kepada seluruh umat manusia. Dosa bukan hanya masalah individual, tetapi juga kondisi universal yang memengaruhi seluruh umat manusia.
Herman Bavinck menulis:"Setiap manusia, tanpa kecuali, lahir dalam dosa dan memiliki natur yang telah rusak. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kenyataan ini."
b. Kesamaan dalam Kebutuhan Akan Keselamatan
Karena semua manusia berada di bawah kutukan dosa, mereka memiliki kebutuhan yang sama akan keselamatan. Dalam Roma 6:23 (TB), Paulus menyatakan:"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
John Calvin menekankan bahwa kebutuhan akan penebusan bersifat universal karena semua manusia, tanpa memandang latar belakang mereka, terikat oleh hukuman dosa. Dalam pandangannya, inilah alasan mengapa Injil harus diberitakan kepada semua bangsa, karena kebutuhan ini adalah milik semua umat manusia.
3. Kesamaan dalam Penebusan: Karya Kristus untuk Dunia
a. Kristus sebagai Penebus Universal
Kesamaan paling signifikan yang menyatukan semua umat manusia adalah karya penebusan Kristus. Dalam Yohanes 3:16 (TB), kita membaca:"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Teologi Reformed menegaskan bahwa Kristus datang ke dunia untuk menebus umat pilihan-Nya, tetapi kasih Allah yang dinyatakan dalam Kristus melampaui batas-batas etnis dan budaya. Herman Bavinck mencatat bahwa Injil adalah kabar baik yang harus diberitakan kepada semua bangsa karena penebusan dalam Kristus adalah tawaran kasih Allah kepada dunia.
b. Salib sebagai Titik Persatuan
R.C. Sproul menulis bahwa salib adalah titik persatuan terbesar dalam sejarah manusia. Ia berkata:
"Di kaki salib, semua perbedaan manusiawi memudar. Kita semua adalah pendosa yang membutuhkan pengampunan, dan pengampunan itu hanya ditemukan dalam Kristus."
Salib juga menjadi pengingat bahwa keselamatan tidak berdasarkan perbuatan manusia, tetapi hanya oleh kasih karunia Allah. Dalam Efesus 2:8-9 (TB), Paulus menegaskan:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
4. Kesamaan dalam Panggilan Kristen
a. Panggilan untuk Mengasihi Sesama
Kesamaan manusia sebagai ciptaan Allah dan sebagai pendosa yang membutuhkan keselamatan memberikan dasar bagi panggilan Kristen untuk mengasihi sesama. Dalam Matius 22:39 (TB), Yesus berkata:"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
John Calvin menulis bahwa perintah ini menunjukkan bahwa semua manusia, tanpa memandang perbedaan mereka, adalah sesama yang harus dikasihi. Calvin menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah refleksi dari kasih Allah kepada kita.
b. Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Bagi umat percaya, kesamaan mereka dalam Kristus menciptakan kesatuan yang melampaui perbedaan duniawi. Dalam Galatia 3:28 (TB), Paulus menyatakan:"Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus."
Herman Bavinck melihat ayat ini sebagai pengingat bahwa kesamaan dalam Kristus harus menjadi dasar bagi hubungan antara umat percaya. Tidak ada tempat bagi diskriminasi atau pemisahan dalam tubuh Kristus, karena semua orang percaya memiliki status yang sama di hadapan Allah.
5. Implikasi Kesamaan bagi Kehidupan Kristen
a. Pengakuan Akan Martabat Semua Manusia
Pemahaman bahwa semua manusia diciptakan menurut gambar Allah dan memiliki martabat yang sama memberikan dasar bagi penghormatan terhadap sesama. Louis Berkhof menekankan bahwa orang Kristen harus menjadi saksi kasih Allah dengan memperlakukan setiap orang dengan penghormatan dan keadilan, terlepas dari perbedaan mereka.
b. Komitmen untuk Memberitakan Injil
Karena semua manusia memiliki kebutuhan yang sama akan keselamatan, teologi Reformed mendorong komitmen untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Dalam Matius 28:19-20 (TB), Yesus memberikan Amanat Agung:"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku."
Baca Juga: Kejelasan Alkitab: Anugerah yang Memampukan Kita Mengenal Allah
John Calvin menekankan bahwa pemberitaan Injil harus dilakukan dengan keyakinan bahwa Allah memanggil umat pilihan-Nya dari segala bangsa, dan bahwa Injil adalah kabar baik untuk semua orang.
c. Kasih dan Kepedulian kepada Sesama
Pemahaman tentang "banyak yang sama" juga mendorong orang Kristen untuk terlibat dalam tindakan kasih dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan. Dalam Matius 25:40 (TB), Yesus berkata:
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
R.C. Sproul menekankan bahwa tindakan kasih kepada sesama adalah cara umat percaya mencerminkan kasih Allah kepada dunia.
Kesimpulan
Dalam teologi Reformed, gagasan bahwa manusia memiliki "banyak yang sama" berakar pada doktrin Alkitab tentang ciptaan, dosa, dan penebusan. Semua manusia diciptakan menurut gambar Allah, memiliki natur dosa yang sama, dan membutuhkan keselamatan yang sama melalui Kristus. Kesamaan ini memberikan dasar bagi pengakuan martabat manusia, pemberitaan Injil, dan tindakan kasih kepada sesama.
Sebagaimana ditulis oleh Paulus dalam Efesus 4:4-6 (TB):"Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua."
Kesamaan ini mengingatkan kita bahwa, meskipun dunia penuh dengan perbedaan, ada panggilan universal untuk hidup dalam kasih dan keharmonisan, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.
Catatan: Pemahaman tentang "banyak yang sama" ini mendorong kita untuk hidup dengan sikap hormat, kasih, dan kerendahan hati, sambil terus bersandar pada kasih karunia Allah yang mempersatukan kita dalam Kristus.