Yohanes 8:22-24: Apakah Ia Akan Membunuh Diri-Nya Sendiri?
Pendahuluan:
Dalam Yohanes 8:22-24, terjadi percakapan yang tajam antara Yesus dan orang-orang Farisi. Setelah Yesus menyatakan bahwa mereka tidak dapat mengikuti-Nya ke tempat yang Ia tuju, mereka bertanya dengan sinis, "Apakah Ia akan membunuh diri-Nya sendiri?" Respons ini menunjukkan ketidakpahaman mereka terhadap identitas Yesus dan rencana keselamatan yang sedang Ia nyatakan. Perikop ini memperlihatkan keilahian Kristus, keterpisahan manusia berdosa dari Allah, dan urgensi iman kepada Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Dalam artikel ini, kita akan menggali Yohanes 8:22-24 secara mendalam berdasarkan pandangan teologi Reformed, mengacu pada pendapat beberapa pakar, serta implikasi praktis bagi kehidupan Kristen masa kini.
Teks Yohanes 8:22-24 (AYT)“Maka orang-orang Yahudi itu berkata, ‘Apakah Ia akan membunuh diri-Nya sendiri sehingga Ia berkata, ‘Ke tempat Aku pergi, kamu tidak dapat datang?’ Namun, Yesus berkata kepada mereka, ‘Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas. Kamu berasal dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Oleh karena itu, Aku berkata kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosamu. Sebab, jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”
Makna Utama Yohanes 8:22-24
Tiga elemen penting muncul dalam perikop ini:
- Kesalahpahaman Orang Yahudi tentang Kata-Kata Yesus (Ayat 22)
- Keterpisahan antara Yesus dan Dunia (Ayat 23)
- Urgensi Iman kepada Yesus (Ayat 24)
1. Kesalahpahaman Orang Yahudi tentang Kata-Kata Yesus (Yohanes 8:22)
“Maka orang-orang Yahudi itu berkata, ‘Apakah Ia akan membunuh diri-Nya sendiri sehingga Ia berkata, ‘Ke tempat Aku pergi, kamu tidak dapat datang?’”
Pertanyaan ini mencerminkan ketidakpahaman mereka terhadap maksud Yesus. Mereka mengira bahwa "kepergian" Yesus adalah tentang kematian-Nya secara fisik, bahkan menyarankan dengan nada sinis bahwa Dia mungkin akan bunuh diri. Orang-orang Yahudi tidak mampu memahami maksud rohani dari perkataan Yesus karena mereka terikat oleh pola pikir duniawi.
Pandangan Pakar Teologi Reformed
John Calvin menekankan bahwa pertanyaan ini lahir dari hati yang keras dan penuh penghinaan terhadap Yesus. Orang-orang Yahudi mengabaikan kemungkinan bahwa Yesus berbicara tentang rencana ilahi dan bukan sekadar isu fisik atau duniawi.
R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menyatakan bahwa kesalahpahaman ini menunjukkan betapa dosa dapat membutakan pikiran manusia terhadap kebenaran Allah. Mereka yang hidup tanpa Roh Kudus tidak dapat memahami hal-hal rohani.
Aplikasi Bagi Orang Kristen
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membuka hati dan pikiran kita terhadap kebenaran firman Allah. Hanya melalui pekerjaan Roh Kudus kita dapat memahami maksud Allah yang lebih dalam, seperti yang dinyatakan dalam 1 Korintus 2:14.
2. Keterpisahan antara Yesus dan Dunia (Yohanes 8:23)
“Yesus berkata kepada mereka, ‘Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas. Kamu berasal dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.’”
Yesus menjelaskan perbedaan mendasar antara asal-Nya dan asal mereka. Yesus berasal dari atas, yaitu dari Allah, sedangkan mereka berasal dari bawah, yaitu dari dunia yang berdosa. Pernyataan ini memperlihatkan realitas keterpisahan rohani antara manusia yang berdosa dan Allah yang kudus.
Pandangan Pakar Teologi Reformed
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bahwa Yesus sebagai Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14) adalah penghubung antara Allah yang transenden dan dunia yang jatuh dalam dosa. Namun, hanya mereka yang percaya kepada-Nya yang dapat diangkat dari dunia yang berdosa ini ke dalam hubungan dengan Allah.
Anthony Hoekema dalam Created in God’s Image menegaskan bahwa dosa telah menciptakan jurang pemisah antara manusia dan Allah. Yesus datang untuk menjembatani jurang itu, tetapi penolakan terhadap-Nya berarti tinggal dalam keterpisahan yang kekal.
Aplikasi Bagi Orang Kristen
Kata-kata Yesus mengingatkan kita akan pentingnya hidup sebagai "pendatang dan perantau" di dunia ini (1 Petrus 2:11). Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia, mengikuti standar kerajaan Allah, dan berfokus pada perkara-perkara yang di atas (Kolose 3:1-2).
3. Urgensi Iman kepada Yesus (Yohanes 8:24)
“Yesus berkata, ‘Oleh karena itu, Aku berkata kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosamu. Sebab, jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”
Yesus menegaskan konsekuensi serius dari menolak-Nya. Mati dalam dosa berarti terpisah secara kekal dari Allah. Pernyataan "Akulah Dia" merujuk pada keilahian Yesus, sebuah klaim yang jelas tentang identitas-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah.
Pandangan Pakar Teologi Reformed
Jonathan Edwards dalam khotbahnya Sinners in the Hands of an Angry God menekankan bahwa tanpa iman kepada Kristus, manusia berada di bawah murka Allah. Penolakan terhadap Yesus adalah dosa terbesar karena itu adalah penolakan terhadap satu-satunya jalan keselamatan.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menyatakan bahwa iman kepada Yesus adalah inti dari keselamatan. Hanya melalui iman kepada Kristus seseorang dapat dibebaskan dari dosa dan diangkat ke dalam persekutuan dengan Allah.
Aplikasi Bagi Orang Kristen
Pernyataan Yesus ini mengingatkan kita akan pentingnya memberitakan Injil dengan penuh keberanian. Dunia membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat, dan kita dipanggil untuk menjadi saksi yang setia akan kasih dan anugerah-Nya.
Pelajaran Penting dari Yohanes 8:22-24
Dosa Membutakan Manusia terhadap Kebenaran
Kesalahpahaman orang Yahudi menunjukkan bagaimana dosa dapat menghalangi seseorang untuk mengenal Allah. Ini mengingatkan kita akan pentingnya pembaruan pikiran melalui firman Tuhan (Roma 12:2).Yesus adalah Jembatan antara Allah dan Manusia
Keterpisahan antara Yesus dan dunia menggarisbawahi kebutuhan kita akan-Nya sebagai penghubung yang membawa kita kembali kepada Allah.Urgensi Iman kepada Kristus
Penolakan terhadap Yesus membawa konsekuensi kekal. Iman kepada-Nya adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan.Panggilan untuk Hidup sebagai Warga Kerajaan Allah
Yesus memanggil kita untuk hidup dalam standar kerajaan Allah, meninggalkan nilai-nilai dunia yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Relevansi Yohanes 8:22-24 bagi Kehidupan Kristen Masa Kini
Memahami Identitas Yesus
Perikop ini mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Pengakuan terhadap identitas-Nya adalah inti dari iman Kristen.Menjaga Persekutuan dengan Allah
Keterpisahan dunia dari Allah mengingatkan kita akan pentingnya hidup dalam persekutuan yang terus-menerus dengan Allah melalui doa, firman, dan ibadah.Memberitakan Injil dengan Urgensi
Pesan Yesus tentang konsekuensi menolak-Nya mendorong kita untuk tidak menunda-nunda dalam memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya.Hidup sebagai Terang di Dunia
Sebagai warga kerajaan Allah, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, menunjukkan kasih Allah melalui perkataan dan perbuatan kita.
Kesimpulan
Yohanes 8:22-24 adalah perikop yang mendalam tentang identitas Yesus, keterpisahan manusia berdosa dari Allah, dan urgensi iman kepada Kristus. Yesus menjelaskan bahwa mereka yang menolak-Nya akan mati dalam dosa mereka, tetapi mereka yang percaya kepada-Nya akan menerima kehidupan kekal.
Baca Juga: Dimanakah Bapamu?: Jawaban Yesus dalam Yohanes 8:19-21
Sebagai orang percaya, kita diingatkan untuk hidup dalam iman kepada Yesus, menghormati keilahian-Nya, dan memuliakan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Kita juga dipanggil untuk menjadi saksi yang setia akan kasih dan anugerah-Nya, membawa terang Injil kepada dunia yang membutuhkan.
Catatan Akhir:
Berdoalah agar Roh Kudus membantu kita memahami kebenaran mendalam dari Yohanes 8:22-24. Firman Tuhan adalah sumber hikmat yang membimbing kita untuk hidup dalam iman, kasih, dan ketaatan kepada Yesus Kristus.