Kajian tentang Perjanjian Kasih Karunia
Pendahuluan:
Perjanjian kasih karunia adalah tema sentral dalam teologi Reformed yang menjelaskan hubungan antara Allah dan umat-Nya. Perjanjian ini adalah rencana Allah yang kekal untuk menebus umat manusia melalui Kristus, yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama dan digenapi dalam Perjanjian Baru. Dalam kerangka teologi perjanjian, kasih karunia Allah adalah dasar dari keselamatan dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Artikel ini akan mengupas doktrin perjanjian kasih karunia berdasarkan Alkitab dan pandangan teologi Reformed, serta menggali implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini.
I. Definisi Perjanjian Kasih Karunia
1. Apa itu Perjanjian Kasih Karunia?
Perjanjian kasih karunia (Covenant of Grace) adalah rencana Allah yang kekal untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa melalui iman kepada Yesus Kristus. Dalam perjanjian ini, Allah menawarkan keselamatan kepada manusia berdasarkan kasih karunia-Nya, bukan berdasarkan usaha atau perbuatan manusia.
- Louis Berkhof dalam Systematic Theology mendefinisikan perjanjian kasih karunia sebagai perjanjian antara Allah dan umat manusia yang jatuh dalam dosa, di mana Allah menjanjikan keselamatan melalui Kristus, dan manusia dipanggil untuk menerima janji ini melalui iman.
- Herman Witsius dalam The Economy of the Covenants Between God and Man menyatakan bahwa perjanjian kasih karunia adalah ekspresi dari kasih setia Allah, yang mengatasi kejatuhan manusia dengan menyediakan jalan penebusan.
2. Kontras dengan Perjanjian Karya
Dalam teologi Reformed, perjanjian kasih karunia sering dikontraskan dengan perjanjian karya (Covenant of Works).
- Perjanjian Karya adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan Adam di Taman Eden, di mana Adam dijanjikan hidup kekal jika ia menaati perintah Allah. Namun, ketika Adam gagal menaati Allah, ia dan seluruh umat manusia jatuh ke dalam dosa.
- Perjanjian Kasih Karunia adalah respons Allah terhadap kejatuhan manusia, di mana Allah menawarkan keselamatan melalui iman kepada Kristus, tanpa syarat ketaatan manusia.
II. Perjanjian Kasih Karunia dalam Alkitab
1. Dimulai dengan Janji di Taman Eden
Perjanjian kasih karunia pertama kali dinyatakan dalam janji Allah kepada Adam dan Hawa setelah kejatuhan mereka ke dalam dosa.
- Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Janji ini dikenal sebagai protoevangelium (Injil yang pertama), yang menunjuk pada kemenangan Kristus atas dosa dan Setan.
2. Dikonfirmasi dalam Perjanjian dengan Abraham
- Kejadian 17:7: “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.”
Perjanjian dengan Abraham menegaskan janji keselamatan yang meluas kepada semua bangsa melalui keturunan Abraham, yaitu Kristus (Galatia 3:16).
3. Digenapi dalam Kristus
- Yeremia 31:31-34 menubuatkan perjanjian baru yang akan Allah buat dengan umat-Nya, di mana hukum-Nya akan ditanamkan di hati mereka.
- Ibrani 9:15 menyatakan bahwa Kristus adalah perantara dari perjanjian baru, yang menggenapi semua janji dalam perjanjian kasih karunia melalui darah-Nya.
4. Pemenuhan Akhir dalam Kerajaan Allah
- Wahyu 21:3: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia. Ia akan diam bersama-sama dengan mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya, dan Allah sendiri akan menyertai mereka dan menjadi Allah mereka.”
Pemenuhan akhir dari perjanjian kasih karunia adalah kehidupan kekal di langit dan bumi baru, di mana umat Allah akan hidup dalam hubungan sempurna dengan Dia.
III. Elemen-Elemen Utama Perjanjian Kasih Karunia
1. Allah sebagai Inisiator
Perjanjian kasih karunia dimulai oleh Allah, yang mengambil inisiatif untuk menyelamatkan umat manusia.
- Efesus 1:4-5: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya.”
2. Kristus sebagai Perantara
Kristus adalah pusat dari perjanjian kasih karunia. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Ia menggenapi tuntutan hukum dan memberikan hidup kekal kepada umat Allah.
- Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa seluruh perjanjian kasih karunia berpusat pada Kristus sebagai Mediator yang mendamaikan Allah dan manusia.
3. Iman sebagai Respons
Manusia dipanggil untuk merespons perjanjian kasih karunia melalui iman.
- Efesus 2:8-9: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
4. Janji Keselamatan yang Kekal
Perjanjian kasih karunia menjamin keselamatan yang kekal bagi semua orang percaya.
- Yohanes 10:28: “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.”
IV. Perspektif Teologi Reformed tentang Perjanjian Kasih Karunia
1. Kesinambungan Perjanjian dalam Alkitab
Teologi Reformed menekankan kesinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam kerangka perjanjian kasih karunia.
- Anthony Hoekema dalam Saved by Grace menyatakan bahwa keselamatan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah satu dan sama, yaitu melalui kasih karunia Allah dalam Kristus.
- Geerhardus Vos dalam Biblical Theology menegaskan bahwa seluruh Alkitab adalah narasi tentang perjanjian kasih karunia, yang dimulai dari Kejadian dan mencapai puncaknya dalam Kristus.
2. Kasih Karunia sebagai Dasar Hubungan dengan Allah
Teologi Reformed menegaskan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia.
- John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa kasih karunia adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia yang tidak layak, yang memulihkan hubungan dengan Allah dan membawa manusia kepada hidup yang kekal.
3. Kedaulatan Allah dalam Perjanjian
Perjanjian kasih karunia menunjukkan kedaulatan Allah dalam memilih umat-Nya dan memanggil mereka kepada keselamatan.
- Roma 9:15-16: “Aku akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa Aku mau menunjukkan belas kasihan, dan Aku akan menyayangi siapa Aku mau menyayangi. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”
V. Implikasi Perjanjian Kasih Karunia bagi Kehidupan Kristen
1. Hidup dalam Iman dan Kasih
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam iman kepada Kristus dan kasih kepada sesama sebagai respons terhadap kasih karunia Allah.
- Yohanes 13:34-35: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
2. Kesetiaan kepada Allah
Kesetiaan kepada Allah adalah tanda dari kehidupan yang dipenuhi oleh kasih karunia.
- Michael Horton dalam The Christian Faith menekankan bahwa perjanjian kasih karunia memanggil orang percaya untuk hidup dalam ketaatan sebagai respons terhadap kasih Allah, bukan sebagai syarat keselamatan.
3. Pengharapan Kekal
Perjanjian kasih karunia memberikan pengharapan akan kehidupan kekal bersama Allah.
- Roma 8:38-39: “Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Kesimpulan
Perjanjian kasih karunia adalah inti dari rencana penebusan Allah yang kekal. Dalam perjanjian ini, Allah menawarkan keselamatan melalui kasih karunia-Nya dalam Kristus, tanpa syarat ketaatan manusia. Janji ini dimulai dari Kejadian, berkembang melalui Perjanjian Lama, dan digenapi dalam Kristus di Perjanjian Baru.
Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam iman, kasih, dan ketaatan sebagai respons terhadap kasih karunia-Nya. Perjanjian kasih karunia memberikan pengharapan yang teguh bagi setiap orang percaya, bahwa Allah setia untuk menyempurnakan rencana-Nya dan membawa umat-Nya kepada kemuliaan kekal.
Catatan Akhir:
Berdoalah agar Roh Kudus memperdalam pemahaman kita tentang perjanjian kasih karunia dan memampukan kita untuk hidup dalam kesetiaan dan pengharapan yang kokoh kepada Allah yang setia.