Kemahahadiran Allah (Omnipresence): Perspektif Teologi Reformed

Kemahahadiran Allah (Omnipresence): Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Kemahahadiran Allah (omnipresence) adalah salah satu atribut ilahi yang menggambarkan Allah sebagai Pribadi yang hadir di mana-mana dalam ciptaan-Nya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam tradisi teologi Reformed, doktrin ini dipahami bukan hanya sebagai pernyataan teologis abstrak, tetapi sebagai realitas yang penuh penghiburan dan relevan bagi kehidupan iman. Allah yang mahahadir adalah Allah yang dekat dengan umat-Nya, namun tetap transenden dan berdaulat atas segala sesuatu. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep kemahadirhadiran Allah dari sudut pandang teologi Reformed, mengacu pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, Cornelius Van Til, dan R.C. Sproul.

1. Definisi Kemahahadiran Allah

Kemahahadiran Allah mengacu pada kenyataan bahwa Allah hadir sepenuhnya di seluruh ciptaan-Nya sekaligus. Atribut ini berbeda dengan gagasan panteisme yang menyamakan Allah dengan alam semesta. Dalam pandangan Kristen, Allah hadir di mana-mana, tetapi tetap berbeda dari ciptaan-Nya. Mazmur 139:7-10 menggambarkan sifat ini dengan indah:"Ke mana aku dapat pergi menjauh dari roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau ada di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau ada."

Louis Berkhof dalam Systematic Theology mendefinisikan kemahahadiran Allah sebagai berikut:
"Allah ada dalam semua ruang dan waktu dengan seluruh keberadaan-Nya, tidak dibagi-bagi, dan tetap transenden dari ciptaan-Nya."

2. John Calvin: Allah yang Dekat dan Transenden

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa kemahahadiran Allah menunjukkan kedekatan Allah dengan ciptaan-Nya, namun tanpa mengurangi transendensi-Nya. Calvin menulis bahwa Allah menopang seluruh ciptaan dengan kehadiran-Nya yang terus-menerus.

Ia menulis:"Tidak ada satu tempat pun di mana Allah tidak hadir. Dengan kuasa-Nya, Ia menopang segala sesuatu, dan dengan hikmat-Nya, Ia memerintah segala sesuatu."

Calvin juga memperingatkan agar tidak memahami kemahahadiran Allah secara fisik atau material. Allah tidak hadir secara lokal seperti makhluk jasmani, tetapi kehadiran-Nya meliputi segala sesuatu karena sifat-Nya yang ilahi.

Dalam aplikasi praktis, Calvin menekankan bahwa pemahaman tentang kemahahadiran Allah seharusnya mendorong orang percaya untuk hidup dalam kesalehan dan takut akan Allah, karena mereka selalu ada di hadapan-Nya.

3. Herman Bavinck: Allah yang Tidak Terbatas oleh Ruang dan Waktu

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, memberikan analisis mendalam tentang kemahahadiran Allah. Ia menjelaskan bahwa atribut ini menunjukkan bahwa Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sementara makhluk diciptakan berada dalam ruang dan waktu, Allah melampaui keduanya.

Bavinck menulis:"Allah tidak hanya hadir di setiap tempat, tetapi juga mengisi setiap tempat dengan keberadaan-Nya tanpa terikat oleh batasan ruang dan waktu."

Namun, Bavinck juga menyoroti pentingnya memahami perbedaan antara kehadiran Allah yang umum dan kehadiran-Nya yang khusus. Kehadiran umum Allah meliputi seluruh ciptaan, tetapi kehadiran khusus-Nya dinyatakan secara istimewa dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Dalam Kristus, Allah menyatakan kehadiran-Nya dengan cara yang paling pribadi dan intim.

4. Louis Berkhof: Kemahahadiran dan Kepribadian Allah

Louis Berkhof menekankan bahwa kemahahadiran Allah tidak boleh dipahami secara impersonal. Allah tidak hanya hadir secara pasif, tetapi Ia hadir secara aktif sebagai Pribadi yang berinteraksi dengan ciptaan-Nya.

Ia menulis:"Kemahahadiran Allah bukanlah sekadar keberadaan abstrak, tetapi kehadiran-Nya yang aktif dan berdaulat dalam menopang, memelihara, dan memerintah segala sesuatu."

Berkhof juga membedakan antara kemahahadiran Allah dengan cara pandang panteisme. Dalam panteisme, Allah diidentikkan dengan alam semesta, tetapi dalam teologi Kristen, Allah tetap berbeda dari ciptaan-Nya meskipun Ia hadir di mana-mana.

5. Cornelius Van Til: Pandangan Presuposisional tentang Kemahahadiran

Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, mengaitkan kemahahadiran Allah dengan pandangan dunia Kristen. Ia menekankan bahwa hanya Allah yang mahahadir yang dapat menjadi dasar untuk memahami keberadaan dan kebenaran.

Van Til menulis:"Kemahahadiran Allah menunjukkan bahwa tidak ada tempat di mana Allah tidak berkuasa. Semua ciptaan bergantung pada Allah, dan kehadiran-Nya adalah dasar dari segala sesuatu."

Ia juga memperingatkan terhadap pandangan dunia sekuler yang mencoba menjelaskan keberadaan tanpa merujuk pada Allah yang mahahadir. Menurut Van Til, hanya melalui pewahyuan Allah kita dapat memahami realitas secara benar.

6. R.C. Sproul: Kemahahadiran sebagai Penghiburan bagi Orang Percaya

R.C. Sproul, dalam banyak tulisannya, menekankan aspek penghiburan dari doktrin kemahahadiran Allah. Dalam bukunya The Holiness of God, ia menjelaskan bahwa kemahahadiran Allah memberikan keyakinan kepada orang percaya bahwa mereka tidak pernah sendirian.

Sproul menulis:"Ke mana pun kita pergi, Allah ada di sana. Dalam sukacita atau penderitaan, dalam kemenangan atau kekalahan, Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya."

Sproul juga mengaitkan kemahahadiran Allah dengan keadilan-Nya. Tidak ada dosa yang tersembunyi dari Allah, tetapi tidak ada penderitaan umat-Nya yang luput dari perhatian-Nya. Doktrin ini mendorong orang percaya untuk hidup dalam integritas dan menyerahkan segala kekhawatiran kepada Allah yang selalu hadir.

7. Kemahahadiran Allah dalam Alkitab

Kemahahadiran Allah adalah tema yang ditemukan di seluruh Alkitab. Beberapa ayat penting yang menggambarkan doktrin ini meliputi:

  • Mazmur 139:7-10: Allah hadir di mana pun, baik di surga maupun di dunia orang mati.
  • Yeremia 23:24: "Dapatkah seseorang menyembunyikan diri sehingga Aku tidak melihat dia? Bukankah Aku memenuhi langit dan bumi?"
  • Matius 28:20: Janji Yesus kepada murid-murid-Nya: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kemahahadiran Allah bukan hanya atribut teologis, tetapi juga janji penyertaan-Nya yang setia bagi umat-Nya.

8. Implikasi Kemahahadiran Allah

Pemahaman tentang kemahahadiran Allah memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan iman dan praktik Kristen:

a. Penghiburan dalam Kehadiran Allah

Doktrin ini memberikan penghiburan bahwa Allah selalu hadir bersama umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Tidak ada tempat atau keadaan di mana Allah tidak hadir untuk menopang dan menguatkan mereka.

b. Panggilan untuk Hidup dalam Kekudusan

Kesadaran akan kehadiran Allah yang terus-menerus seharusnya mendorong orang percaya untuk hidup dalam kekudusan dan takut akan Allah. Mazmur 139 mengingatkan bahwa segala pikiran dan perbuatan kita ada di hadapan Allah.

c. Kepercayaan dalam Doa

Kemahahadiran Allah memberikan keyakinan bahwa doa kita selalu didengar, di mana pun kita berada. Tidak ada doa yang terlewatkan dari perhatian Allah.

d. Pengharapan dalam Penderitaan

Bagi mereka yang menderita, kemahahadiran Allah adalah sumber pengharapan. Allah tidak hanya melihat penderitaan mereka, tetapi juga hadir untuk menghibur dan memberikan kekuatan.

e. Penginjilan dan Misi

Yesus menjanjikan kehadiran-Nya dalam misi penginjilan (Matius 28:20). Kemahahadiran Allah memberikan keberanian kepada orang percaya untuk memberitakan Injil, bahkan di tempat-tempat yang sulit atau berbahaya.

9. Kemahadirhadiran Allah dalam Kristus

Kemahahadiran Allah mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus. Dalam inkarnasi-Nya, Allah yang mahahadir menjadi manusia dan tinggal di antara umat-Nya (Yohanes 1:14).

Herman Bavinck menulis:"Dalam Kristus, Allah yang transenden menjadi Allah yang dekat. Melalui Kristus, kita dapat mengalami kehadiran Allah secara nyata dan pribadi."

Janji Yesus untuk menyertai murid-murid-Nya hingga akhir zaman (Matius 28:20) adalah penggenapan dari kemahahadiran Allah yang memberi penghiburan dan kekuatan kepada gereja.

Kesimpulan

Kemahahadiran Allah adalah salah satu atribut ilahi yang paling menghibur dan menantang dalam teologi Kristen. Dalam tradisi Reformed, doktrin ini menegaskan bahwa Allah tidak hanya hadir di seluruh ciptaan-Nya, tetapi juga aktif menopang, memelihara, dan memerintah segala sesuatu.

Pemahaman tentang kemahahadiran Allah mengajarkan kita untuk hidup dalam kepercayaan, penghiburan, dan penyembahan. Sebagaimana Mazmur 46:2 menyatakan:"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."

Kiranya pengenalan akan kemahahadiran Allah memperkuat iman kita, mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan, dan memberikan penghiburan dalam setiap aspek kehidupan. Amin.

Next Post Previous Post