Firman Allah (The Word of God): Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan:
Dalam teologi Kristen, Firman Allah memiliki tempat yang sangat sentral. Firman Allah adalah wahyu diri Allah kepada manusia, di mana Allah menyatakan kehendak-Nya, karakter-Nya, dan rencana penebusan-Nya. Dalam tradisi teologi Reformed, Firman Allah dipahami secara mendalam sebagai sumber otoritas tertinggi yang harus menjadi dasar iman dan kehidupan orang percaya. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep Firman Allah dari sudut pandang teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran tokoh-tokoh seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, Cornelius Van Til, dan R.C. Sproul.
1. Pengertian Firman Allah dalam Teologi Reformed
Dalam teologi Reformed, Firman Allah biasanya dibedakan menjadi tiga bentuk utama:
- Firman Allah yang Kekal: Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:1-14).
- Firman Allah yang Tertulis: Alkitab, sebagai wahyu tertulis yang diilhamkan oleh Allah (2 Timotius 3:16-17).
- Firman Allah yang Diberitakan: Pengkhotbah atau saksi yang menyampaikan Firman melalui pemberitaan Injil.
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menjelaskan bahwa Firman Allah adalah sarana utama di mana Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Ia menulis:"Firman Allah adalah ekspresi kehendak dan pikiran Allah, baik secara langsung melalui Kristus maupun secara tertulis melalui Kitab Suci."
2. John Calvin: Firman Allah sebagai Otoritas Tertinggi
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan otoritas dan keutuhan Firman Allah. Bagi Calvin, Firman Allah adalah dasar dari iman Kristen, dan manusia tidak dapat mengenal Allah secara benar tanpa pewahyuan yang diberikan melalui Firman.
Calvin menulis:"Kitab Suci adalah kacamata yang diberikan oleh Allah, melalui mana kita dapat mengenali Allah dan memahami kehendak-Nya dengan benar."
Calvin juga menjelaskan bahwa Firman Allah tidak dapat dipahami secara sepenuhnya tanpa penerangan Roh Kudus. Meskipun Firman itu jelas dalam penyampaiannya, dosa manusia menghalangi mereka untuk menerima dan menaati Firman tanpa karya Roh Kudus yang membuka hati dan pikiran mereka.
3. Herman Bavinck: Firman Allah sebagai Pewahyuan Diri Allah
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, memberikan penjelasan yang komprehensif tentang Firman Allah. Ia menekankan bahwa Firman Allah adalah sarana utama Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia. Pewahyuan ini bersifat progresif, di mana Allah berbicara kepada umat-Nya melalui nabi-nabi, para rasul, dan akhirnya melalui Yesus Kristus.
Bavinck menulis:"Firman Allah adalah cerminan dari karakter Allah. Dalam Firman, kita tidak hanya mengenal kehendak-Nya, tetapi juga kasih, keadilan, dan kebenaran-Nya."
Ia juga menyoroti keunikan Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang hidup. Kristus adalah puncak dari pewahyuan Allah, di mana Allah tidak hanya berbicara kepada manusia tetapi juga masuk ke dalam sejarah manusia untuk menyelamatkan mereka.
4. Louis Berkhof: Alkitab sebagai Firman Allah yang Diilhami
Louis Berkhof memberikan perhatian khusus pada Firman Allah dalam bentuk tertulis, yaitu Alkitab. Ia menegaskan bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan (inspired) dan tidak mungkin salah (inerrant).
Dalam pandangannya, inspirasi Alkitab mencakup seluruh kitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ia menulis:"Allah adalah pengarang utama Alkitab, meskipun Ia menggunakan manusia sebagai alat untuk menulis Firman-Nya. Inspirasi ini menjamin bahwa setiap kata dalam Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya."
Berkhof juga menekankan pentingnya prinsip sola Scriptura, di mana Alkitab adalah otoritas tertinggi dalam iman dan kehidupan Kristen. Segala tradisi atau pengalaman manusia harus tunduk pada kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah.
5. Cornelius Van Til: Firman Allah sebagai Fondasi Kebenaran
Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, melihat Firman Allah sebagai fondasi untuk segala kebenaran. Ia menekankan bahwa tidak ada pengetahuan yang benar di luar pewahyuan Allah.
Van Til menulis:"Firman Allah bukan hanya sebuah sumber kebenaran, tetapi juga dasar dari semua logika dan pemikiran manusia. Tanpa Firman Allah, manusia tidak dapat memahami realitas secara benar."
Ia juga memperingatkan terhadap pandangan dunia sekuler yang mencoba memahami kebenaran tanpa merujuk pada Firman Allah. Menurut Van Til, usaha seperti itu akan selalu gagal karena manusia tidak dapat memahami dunia tanpa penerangan dari Allah yang menciptakan dunia tersebut.
6. R.C. Sproul: Firman Allah sebagai Dasar Iman
R.C. Sproul, dalam banyak tulisannya, menekankan bahwa Firman Allah adalah dasar iman Kristen. Dalam bukunya Knowing Scripture, ia mendorong orang percaya untuk membaca, mempelajari, dan menerapkan Firman dalam kehidupan sehari-hari.
Sproul menulis:"Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya, dan kita harus mendengarkan dengan hati yang terbuka. Firman Allah tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga mengubah hidup kita."
Sproul juga menjelaskan bahwa Firman Allah memiliki kuasa untuk memperbarui pikiran dan hati manusia. Ia percaya bahwa Alkitab adalah alat utama yang digunakan oleh Roh Kudus untuk menguduskan umat Allah.
7. Firman Allah dalam Alkitab
Alkitab sendiri memberikan banyak penjelasan tentang sifat dan fungsi Firman Allah. Beberapa ayat penting meliputi:
- 2 Timotius 3:16-17: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
- Mazmur 119:105: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."
- Ibrani 4:12: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun."
Ayat-ayat ini menekankan bahwa Firman Allah adalah alat yang Allah gunakan untuk membimbing, mengajar, dan mengubah kehidupan umat-Nya.
8. Implikasi Firman Allah dalam Kehidupan Kristen
Pemahaman tentang Firman Allah memiliki implikasi yang mendalam bagi iman dan kehidupan Kristen:
a. Dasar Iman dan Doktrin
Firman Allah adalah otoritas tertinggi bagi iman dan doktrin. Segala sesuatu yang diajarkan dalam gereja harus sesuai dengan Alkitab.
b. Panduan Hidup
Firman Allah memberikan pedoman tentang bagaimana orang percaya harus hidup di hadapan Allah. Mazmur 119 menggambarkan Firman Allah sebagai pelita dan terang yang membimbing langkah-langkah kita.
c. Alat untuk Pengudusan
Firman Allah adalah alat utama yang digunakan oleh Roh Kudus untuk menguduskan umat Allah. Melalui pembacaan dan penerapan Firman, orang percaya dibentuk menjadi semakin serupa dengan Kristus.
d. Sumber Penghiburan dan Harapan
Dalam kesulitan dan penderitaan, Firman Allah memberikan penghiburan dan harapan. Janji-janji Allah dalam Firman-Nya adalah dasar keyakinan kita bahwa Allah setia dan akan menggenapi rencana-Nya.
9. Pentingnya Studi Firman Allah
Para teolog Reformed menekankan pentingnya membaca, mempelajari, dan merenungkan Firman Allah secara terus-menerus. R.C. Sproul mengingatkan bahwa banyak orang Kristen tidak mengalami kekuatan Firman karena mereka tidak mempelajarinya dengan serius.
Martyn Lloyd-Jones, seorang pengkhotbah Reformed, menulis:"Setiap kebangkitan rohani dalam sejarah gereja selalu dimulai dengan kembalinya umat Allah kepada Firman-Nya."
Gereja dipanggil untuk mendidik anggotanya dalam Firman Allah, sehingga mereka dapat bertumbuh dalam iman dan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.
Kesimpulan
Firman Allah adalah wahyu diri Allah yang diberikan untuk membimbing, mengajar, dan menyelamatkan manusia. Dalam tradisi Reformed, Firman Allah dipandang sebagai dasar dari segala kebenaran dan otoritas tertinggi dalam kehidupan Kristen.
Sebagaimana Yesus berkata dalam Matius 4:4:"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kiranya pemahaman tentang Firman Allah mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan, penghiburan, dan harapan yang datang dari Allah sendiri. Semoga kita semakin mencintai Firman-Nya, membaca dan merenungkannya setiap hari, sehingga hidup kita semakin dibentuk oleh kebenaran-Nya. Amin.