Ibrani 10:38-39: Peringatan terhadap Kemurtadan dan Kebinasaan
Pendahuluan:
Surat Ibrani memberikan pengajaran yang mendalam dan relevan untuk kehidupan iman Kristen. Salah satu tema utama dalam surat ini adalah peringatan terhadap kemurtadan (backsliding) dan kebinasaan (perdition). Dalam Ibrani 10:38-39, penulis memberikan peringatan tegas kepada pembacanya agar tidak menarik diri dari iman kepada Kristus, tetapi tetap bertahan dengan keyakinan penuh sampai akhir.
Teks ini berbunyi:"Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup."
Ayat ini menghubungkan dua realitas besar dalam kehidupan Kristen: iman dan ketekunan. Dalam perspektif teologi Reformed, peringatan ini tidak hanya memberikan teguran, tetapi juga dorongan untuk hidup dalam ketergantungan kepada kasih karunia Allah. Artikel ini akan membahas Ibrani 10:38-39 dengan menguraikan peringatan terhadap kemurtadan, konsekuensi kebinasaan, serta panggilan untuk hidup oleh iman, berdasarkan pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Konteks Ibrani 10:38-39
a. Hubungan dengan Ayat Sebelumnya
Ibrani 10:38-39 adalah bagian dari argumen yang lebih besar dalam pasal 10, di mana penulis Surat Ibrani berbicara tentang pengorbanan Kristus yang sempurna dan panggilan untuk ketekunan. Dalam Ibrani 10:26-31, penulis memberikan peringatan keras tentang bahaya terus-menerus berbuat dosa setelah menerima pengetahuan tentang kebenaran.
Peringatan dalam Ibrani 10:38-39 adalah klimaks dari bagian ini, di mana penulis menekankan bahwa iman adalah jalan menuju hidup, sedangkan kemurtadan akan membawa pada kebinasaan.
b. Kutipan dari Habakuk 2:4
Frasa "orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman" mengacu pada Habakuk 2:4, yang juga dikutip dalam Roma 1:17 dan Galatia 3:11. Dalam konteks Habakuk, ayat ini adalah penghiburan bagi orang percaya bahwa mereka yang setia kepada Allah akan bertahan, meskipun dunia di sekitar mereka dipenuhi dengan ketidakadilan dan kehancuran.
Louis Berkhof mencatat bahwa penulis Ibrani menggunakan ayat ini untuk menekankan ketekunan iman sebagai jalan menuju kehidupan kekal.
2. Peringatan terhadap Kemurtadan (Backsliding)
a. Definisi Kemurtadan
Kemurtadan adalah tindakan menarik diri dari iman kepada Kristus dan kembali kepada cara hidup lama yang berdosa. Dalam Ibrani 10:38, penulis berkata bahwa Allah "tidak berkenan" kepada mereka yang mengundurkan diri.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa kemurtadan adalah bentuk penghinaan terhadap kasih karunia Allah dan pengingkaran terhadap karya penebusan Kristus. Ia menulis:"Kemurtadan adalah tanda bahwa seseorang tidak pernah memiliki iman sejati, karena iman sejati tidak pernah gagal."
b. Bahaya Kemurtadan
Penulis Ibrani dengan tegas memperingatkan bahwa kemurtadan membawa konsekuensi serius. Dalam Ibrani 6:4-6, ia menyatakan bahwa mereka yang pernah "mencicipi karunia surgawi" tetapi kemudian murtad tidak dapat diperbarui lagi untuk bertobat.
R.C. Sproul menekankan bahwa kemurtadan adalah bukti bahwa seseorang tidak pernah benar-benar lahir baru. Ia menulis:"Kemurtadan bukanlah kehilangan keselamatan, tetapi manifestasi dari ketidakadaan keselamatan sejati sejak awal."
3. Konsekuensi Kebinasaan (Perdition)
a. Kebinasaan sebagai Hukuman Kekal
Dalam Ibrani 10:39, penulis menggunakan kata "binasa" untuk menggambarkan kondisi akhir dari mereka yang mengundurkan diri dari iman. Kebinasaan di sini mengacu pada pemisahan kekal dari Allah dan hukuman kekal di neraka.
Louis Berkhof menjelaskan bahwa kebinasaan adalah konsekuensi dari dosa yang tidak diampuni. Ia menulis:"Kebinasaan adalah hasil dari penolakan terhadap kasih karunia Allah yang ditawarkan dalam Injil."
b. Kedaulatan Allah dan Tanggung Jawab Manusia
Teologi Reformed menekankan bahwa meskipun Allah berdaulat atas keselamatan, manusia tetap bertanggung jawab atas pilihan mereka. Dalam Ibrani 3:12, penulis memperingatkan:"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya, dengan cara meninggalkan Allah yang hidup."
Herman Bavinck menulis bahwa kebinasaan adalah konsekuensi dari penolakan manusia terhadap Allah, yang menunjukkan kebebalan hati mereka terhadap kasih karunia-Nya.
4. Hidup oleh Iman: Jalan Menuju Kehidupan Kekal
a. Definisi Iman
Iman adalah dasar dari kehidupan Kristen. Dalam Ibrani 11:1, penulis mendefinisikan iman sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
John Calvin menekankan bahwa iman sejati adalah kepercayaan penuh kepada janji Allah dan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Ia menulis:"Iman adalah sarana melalui mana kita menerima Kristus dan semua manfaat keselamatan yang Ia tawarkan."
b. Iman dan Ketekunan
Penulis Ibrani menekankan bahwa iman sejati ditandai dengan ketekunan. Dalam Ibrani 10:36, ia berkata:
"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan-Nya."
Herman Bavinck menulis bahwa ketekunan bukanlah hasil usaha manusia semata, tetapi karya kasih karunia Allah yang memampukan umat percaya untuk tetap setia sampai akhir.
c. Hidup oleh Iman sebagai Respons terhadap Allah
Hidup oleh iman berarti mengandalkan Allah sepenuhnya dalam setiap aspek kehidupan. Dalam Roma 1:17, Paulus berkata:"Orang benar akan hidup oleh iman."
R.C. Sproul menekankan bahwa hidup oleh iman adalah hidup yang berakar pada keyakinan bahwa Allah setia kepada janji-Nya dan bahwa Dia memampukan umat-Nya untuk tetap bertahan dalam pencobaan.
5. Panggilan untuk Percaya dan Beroleh Hidup
a. Kontras antara Kebinasaan dan Hidup
Dalam Ibrani 10:39, penulis menyatakan bahwa umat percaya bukanlah "orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa," tetapi "orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup." Kontras ini menunjukkan bahwa iman kepada Kristus adalah satu-satunya jalan menuju kehidupan kekal.
Louis Berkhof menekankan bahwa kehidupan yang diberikan kepada mereka yang percaya adalah kehidupan kekal, yang melibatkan persekutuan yang sempurna dengan Allah.
b. Kasih Karunia Allah sebagai Dasar Kehidupan
Teologi Reformed menekankan bahwa hidup oleh iman adalah hasil dari kasih karunia Allah. Dalam Efesus 2:8-9, Paulus berkata:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
John Calvin menulis bahwa iman adalah anugerah Allah yang memungkinkan manusia untuk menerima keselamatan yang ditawarkan dalam Kristus.
6. Implikasi Praktis bagi Kehidupan Kristen
a. Waspada terhadap Kemurtadan
Peringatan dalam Ibrani 10:38-39 mengingatkan umat percaya untuk tetap waspada terhadap godaan untuk murtad. Dalam 1 Korintus 10:12, Paulus berkata:"Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh."
R.C. Sproul menekankan bahwa umat percaya harus terus-menerus memohon kekuatan dari Roh Kudus untuk menjaga iman mereka.
b. Hidup dalam Ketekunan
Ketekunan adalah tanda dari iman sejati. Umat percaya dipanggil untuk terus bertahan dalam iman, meskipun menghadapi pencobaan dan penderitaan.
Herman Bavinck menulis bahwa ketekunan hanya mungkin melalui karya Roh Kudus yang terus-menerus memperbarui hati dan pikiran umat percaya.
c. Menguatkan Sesama dalam Iman
Penulis Ibrani mendorong umat percaya untuk saling menguatkan dalam iman. Dalam Ibrani 10:24-25, ia berkata:"Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita."
Louis Berkhof menekankan bahwa komunitas gereja adalah sarana kasih karunia Allah untuk memelihara iman umat percaya.
Kesimpulan
Ibrani 10:38-39 adalah peringatan yang tegas sekaligus dorongan yang penuh pengharapan bagi umat percaya. Penulis mengingatkan bahwa kemurtadan membawa kebinasaan, tetapi mereka yang hidup oleh iman akan beroleh hidup.
Baca Juga: Ibrani 10:32-37: Nasihat untuk Kesabaran, Iman, dan Ketekunan
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini menunjukkan pentingnya iman sejati yang ditandai dengan ketekunan dan hidup dalam kasih karunia Allah. Sebagai umat percaya, kita dipanggil untuk tetap berpegang pada iman kita kepada Kristus, waspada terhadap bahaya kemurtadan, dan saling menguatkan dalam perjalanan iman kita.
Sebagaimana Paulus menulis dalam Filipi 1:6 (TB):"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."
Catatan: Kiranya peringatan ini menguatkan kita untuk hidup dalam iman, kasih, dan ketekunan sampai hari kedatangan Kristus yang mulia.