Ibrani 11:1-2: Definisi Iman dalam Perspektif Teologi Reformed

Ibrani 11:1-2: Definisi Iman dalam Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Iman adalah fondasi dari kehidupan Kristen. Tanpa iman, seseorang tidak dapat memahami Allah, menerima karya keselamatan-Nya, atau hidup dalam ketaatan kepada Firman-Nya. Dalam Ibrani 11:1-2, penulis Surat Ibrani memberikan definisi mendalam tentang iman, yang tidak hanya berbicara tentang kepercayaan abstrak, tetapi juga menyentuh realitas praktis dari hidup orang percaya. Ayat ini berbunyi:"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita." (Ibrani 11:1-2, TB)

Artikel ini akan membahas definisi iman sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Kita akan mengeksplorasi maknanya melalui pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, serta menyoroti implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

1. Definisi Iman dalam Ibrani 11:1

a. "Dasar dari Segala Sesuatu yang Kita Harapkan"

Penulis Ibrani menggambarkan iman sebagai "dasar" dari segala sesuatu yang diharapkan oleh orang percaya. Kata Yunani untuk "dasar" adalah hypostasis, yang berarti sesuatu yang memberi kepastian atau kepokokan. Dalam konteks iman, ini berarti bahwa iman memberikan kepastian kepada orang percaya tentang janji-janji Allah, meskipun janji tersebut belum terlihat secara nyata.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan:"Iman adalah pijakan kita untuk berdiri di atas janji-janji Allah. Tanpa iman, kita tidak memiliki dasar untuk berharap pada Allah, karena iman adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan kasih karunia-Nya."

Iman membuat orang percaya yakin akan realitas janji-janji Allah, meskipun janji itu belum digenapi sepenuhnya dalam waktu mereka.

b. "Bukti dari Segala Sesuatu yang Tidak Kita Lihat"

Iman juga digambarkan sebagai "bukti" atau elegchos, yang berarti keyakinan yang kuat atau bukti yang tidak terbantahkan. Iman memberikan keyakinan kepada orang percaya tentang hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani, seperti keberadaan Allah, pekerjaan-Nya dalam sejarah, dan janji tentang hidup kekal.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:"Iman adalah pengenalan akan kebenaran rohani yang hanya dapat dipahami melalui penyataan Allah. Ini bukan sekadar asumsi, tetapi bukti nyata bagi jiwa yang telah dibangkitkan oleh Roh Kudus."

Melalui iman, orang percaya dapat yakin bahwa apa yang Allah katakan adalah benar, meskipun tidak ada bukti fisik yang dapat dilihat.

2. Iman dalam Perspektif Teologi Reformed

a. Iman Sebagai Anugerah Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa iman adalah anugerah Allah. Dalam Efesus 2:8 (TB), Paulus menulis:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."

Herman Bavinck menegaskan bahwa iman tidak berasal dari usaha manusia, tetapi merupakan karya Roh Kudus yang membangkitkan hati dan pikiran untuk menerima kebenaran Allah. Ia menulis:
"Iman adalah respons manusia terhadap panggilan Allah, tetapi respons ini hanya mungkin karena kasih karunia yang diberikan melalui Roh Kudus."

b. Iman Sebagai Dasar Kehidupan Kristen

Iman bukan hanya titik awal kehidupan Kristen, tetapi juga fondasi untuk seluruh perjalanan hidup orang percaya. Dalam Roma 1:17, Paulus menulis:"Orang benar akan hidup oleh iman."

R.C. Sproul menjelaskan bahwa iman adalah cara hidup orang percaya. Ia menulis:"Iman adalah sarana di mana orang percaya menerima kasih karunia Allah setiap hari, bukan hanya untuk keselamatan, tetapi juga untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya."

c. Iman yang Berdasarkan Firman Allah

Teologi Reformed juga menekankan bahwa iman sejati berakar pada Firman Allah. Dalam Roma 10:17, Paulus menyatakan:"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."

John Calvin menulis bahwa iman tidak dapat dipisahkan dari penyataan Allah dalam Firman-Nya. Ia berkata:"Iman sejati adalah kepercayaan yang didasarkan pada penyataan Allah, bukan pada spekulasi manusia."

3. Iman dalam Hubungan dengan Harapan dan Ketekunan

a. Iman dan Harapan

Penulis Ibrani menghubungkan iman dengan harapan akan janji-janji Allah. Harapan di sini bukanlah optimisme yang tidak pasti, tetapi pengharapan yang pasti berdasarkan kebenaran Allah. Dalam Roma 8:24-25, Paulus berkata:"Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."

Herman Bavinck menjelaskan bahwa iman memberi kekuatan untuk berharap di tengah keadaan yang sulit, karena iman percaya bahwa Allah setia kepada janji-Nya.

b. Iman dan Ketekunan

Iman juga berkaitan erat dengan ketekunan. Dalam Ibrani 10:36, penulis berkata:"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan-Nya."

Louis Berkhof mencatat bahwa iman sejati tidak hanya menerima janji Allah, tetapi juga bertahan dalam kepercayaan kepada-Nya, meskipun menghadapi pencobaan dan penderitaan.

4. Ibrani 11:2: Iman dalam Kehidupan Para Nenek Moyang

"Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita."

a. Kesaksian Para Nenek Moyang

Penulis Ibrani menggunakan para nenek moyang iman, seperti yang disebutkan dalam pasal 11, sebagai contoh bagaimana iman memengaruhi kehidupan mereka. Abraham, misalnya, percaya kepada Allah dan menaati panggilan-Nya untuk pergi ke negeri yang dijanjikan, meskipun ia tidak tahu ke mana ia akan pergi (Ibrani 11:8).

John Calvin menulis bahwa iman para nenek moyang adalah bukti nyata dari kuasa kasih karunia Allah dalam hidup mereka. Ia berkata:"Kesaksian mereka adalah pengingat bahwa iman sejati tidak hanya menerima janji Allah, tetapi juga bertindak berdasarkan janji tersebut."

b. Iman yang Memberikan Kesaksian

Hidup berdasarkan iman tidak hanya membawa berkat bagi individu, tetapi juga menjadi kesaksian bagi dunia. Dalam Matius 5:16, Yesus berkata:"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Herman Bavinck menekankan bahwa iman sejati menghasilkan buah yang terlihat dalam kehidupan seseorang, yang menjadi kesaksian bagi orang lain tentang kebaikan dan kesetiaan Allah.

5. Implikasi Praktis Ibrani 11:1-2 bagi Kehidupan Kristen

a. Hidup dalam Keyakinan kepada Janji Allah

Orang percaya dipanggil untuk hidup dengan keyakinan penuh kepada janji-janji Allah, bahkan ketika janji tersebut belum digenapi sepenuhnya. Dalam 2 Korintus 5:7, Paulus berkata:"Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."

R.C. Sproul menegaskan bahwa iman memberi kekuatan untuk hidup dengan perspektif kekekalan, di mana janji Allah menjadi kenyataan utama yang membimbing setiap keputusan dan tindakan kita.

b. Bertahan dalam Pencobaan

Iman memungkinkan orang percaya untuk bertahan dalam pencobaan dan penderitaan. Dalam Yakobus 1:3, Yakobus berkata:"Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."

Louis Berkhof menulis bahwa iman sejati tidak hanya menerima berkat, tetapi juga tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan, karena percaya bahwa Allah bekerja untuk kebaikan umat-Nya.

c. Memberikan Kesaksian kepada Dunia

Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam iman yang memberikan kesaksian kepada dunia tentang kebaikan dan kesetiaan Allah. John Calvin menekankan bahwa hidup berdasarkan iman adalah bentuk kesaksian yang paling efektif, karena itu menunjukkan realitas Allah kepada dunia yang tidak percaya.

Kesimpulan

Ibrani 11:1-2 memberikan definisi iman yang mendalam dan praktis. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman memberi keyakinan kepada orang percaya untuk hidup berdasarkan janji-janji Allah, meskipun janji tersebut belum terlihat secara nyata.

Baca Juga: Ibrani 10:38-39: Peringatan terhadap Kemurtadan dan Kebinasaan

Dalam perspektif teologi Reformed, iman adalah anugerah Allah yang memampukan manusia untuk mengenal, menerima, dan hidup dalam kebenaran-Nya. Iman tidak hanya menjadi dasar keselamatan, tetapi juga menjadi panduan untuk menjalani hidup Kristen dalam pengharapan dan ketekunan.

Sebagaimana para nenek moyang iman memberikan kesaksian melalui hidup mereka, kita juga dipanggil untuk hidup dalam iman yang memuliakan Allah dan menjadi kesaksian bagi dunia. Kiranya Ibrani 11:1-2 mendorong kita untuk terus hidup dalam keyakinan kepada Allah yang setia kepada janji-Nya, dan untuk bertahan dalam iman sampai akhir.

Catatan: Iman sejati tidak hanya berbicara tentang apa yang kita percayai, tetapi juga bagaimana kita hidup berdasarkan keyakinan tersebut. Marilah kita memohon Roh Kudus untuk memperkuat iman kita setiap hari.

Next Post Previous Post