Iman Otoritatif Yusuf: Ibrani 11:22
Pendahuluan:
Ibrani 11 adalah pasal yang secara khusus menyoroti iman tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang hidup berdasarkan kepercayaan kepada Allah, meskipun mereka belum melihat penggenapan janji-Nya. Salah satu tokoh yang disebutkan adalah Yusuf, yang dikenal sebagai seorang yang teguh dalam iman hingga akhir hidupnya.Ibrani 11:22 mencatat:"Karena iman maka Yusuf, menjelang kematiannya, menyebut tentang exodus orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-tulangnya."
Mengapa tindakan Yusuf dianggap sebagai iman otoritatif? Bagaimana perspektif teologi Reformed memahami tindakannya dalam konteks janji Allah? Artikel ini akan membahas Ibrani 11:22 berdasarkan pandangan teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul, serta relevansi ayat ini bagi kehidupan Kristen masa kini.
1. Konteks Ibrani 11:22: Yusuf dan Pengharapan pada Janji Allah
Yusuf adalah salah satu tokoh utama dalam kitab Kejadian, yang hidup di Mesir setelah dijual oleh saudara-saudaranya. Ia menjadi alat Allah untuk menyelamatkan keluarganya dari kelaparan melalui kedudukan tingginya di Mesir. Namun, meskipun hidupnya sukses di tanah asing, Yusuf tetap memegang teguh janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub tentang tanah perjanjian.
John Calvin menekankan bahwa Ibrani 11:22 menunjukkan bagaimana Yusuf tetap percaya pada rencana Allah yang kekal meskipun ia hidup dalam kenyamanan Mesir. Iman Yusuf tidak bergantung pada situasi duniawi, tetapi pada janji Allah yang tidak berubah.
2. Penjelasan Ibrani 11:22: Iman Otoritatif Yusuf
1. Menjelang Kematian: Keberanian untuk Percaya
"Karena iman maka Yusuf, menjelang kematiannya, menyebut tentang exodus orang-orang Israel."
Yusuf menunjukkan iman yang luar biasa di akhir hidupnya. Ia tidak hanya mengingat janji Allah tentang tanah perjanjian, tetapi juga berbicara dengan otoritas tentang keluarnya bangsa Israel dari Mesir, yang baru akan terjadi ratusan tahun kemudian.
Herman Bavinck mencatat bahwa tindakan ini adalah bukti iman profetik Yusuf. Ia berbicara dengan keyakinan yang berasal dari janji Allah, bukan dari bukti duniawi. Yusuf mempercayai bahwa Allah yang setia akan menggenapi firman-Nya, meskipun ia sendiri tidak akan hidup untuk menyaksikannya.
2. Pesan tentang Tulang-Tulangnya: Keyakinan pada Masa Depan
"...dan memberi pesan tentang tulang-tulangnya."
Pesan Yusuf kepada keluarganya tentang membawa tulang-tulangnya keluar dari Mesir adalah pernyataan simbolis dari pengharapan kepada janji Allah. Yusuf ingin tulang-tulangnya dimakamkan di tanah perjanjian sebagai bukti imannya kepada janji Allah.
John Calvin menyoroti bahwa permintaan ini bukanlah keinginan sentimental, tetapi tindakan iman. Yusuf memahami bahwa tanah perjanjian adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Dengan meminta tulang-tulangnya dibawa ke sana, Yusuf menegaskan keyakinannya pada penggenapan janji Allah.
R.C. Sproul menambahkan bahwa pesan ini juga memiliki dimensi eskatologis. Yusuf percaya bahwa janji Allah tidak hanya berlaku untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang kekal.
3. Perspektif Teologi Reformed tentang Iman Otoritatif Yusuf
1. Iman sebagai Keyakinan pada Janji Allah
Dalam teologi Reformed, iman adalah respons manusia terhadap janji Allah. Yusuf adalah contoh bagaimana iman sejati melampaui situasi duniawi dan berfokus pada apa yang Allah telah janjikan.
Herman Bavinck menjelaskan bahwa iman Yusuf adalah bukti dari kepercayaan yang kokoh pada Allah yang setia. Iman seperti ini bukanlah hasil dari usaha manusia, tetapi pekerjaan Roh Kudus yang membuka hati manusia untuk percaya pada firman Allah.
2. Kedaulatan Allah atas Sejarah
Yusuf memahami bahwa hidupnya adalah bagian dari rencana besar Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. John Calvin menekankan bahwa tindakan Yusuf mencerminkan pengakuan akan kedaulatan Allah atas sejarah. Dengan berbicara tentang eksodus dan meminta tulang-tulangnya dibawa keluar dari Mesir, Yusuf menunjukkan bahwa ia percaya pada rencana keselamatan Allah yang melampaui hidupnya sendiri.
3. Iman yang Berpengaruh pada Generasi Mendatang
Permintaan Yusuf tentang tulang-tulangnya juga menunjukkan bagaimana iman dapat menjadi warisan bagi generasi berikutnya. R.C. Sproul mencatat bahwa tindakan ini mengingatkan keturunan Yusuf akan janji Allah dan mendorong mereka untuk hidup dalam pengharapan kepada Allah yang setia.
4. Iman Yusuf Sebagai Teladan untuk Kehidupan Kristen
1. Mempercayai Janji Allah di Tengah Kenyamanan Duniawi
Yusuf hidup dalam kemakmuran di Mesir, tetapi ia tidak melupakan janji Allah tentang tanah perjanjian. Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk tidak terjebak dalam kenyamanan dunia, tetapi tetap memusatkan perhatian pada janji Allah tentang kehidupan kekal.
2. Berbicara dengan Otoritas Iman
Yusuf berbicara tentang eksodus dengan keyakinan penuh, meskipun itu adalah peristiwa yang belum terjadi. Ini mengajarkan kita untuk memiliki iman yang berani menyatakan kebenaran firman Allah, bahkan ketika kita belum melihat penggenapannya.
3. Membawa Pengaruh Iman bagi Generasi Berikutnya
Permintaan Yusuf tentang tulang-tulangnya menunjukkan pentingnya meninggalkan warisan iman bagi generasi mendatang. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menginspirasi keluarga dan komunitas kita untuk hidup dalam pengharapan kepada Allah.
5. Relevansi Ibrani 11:22 untuk Gereja Masa Kini
Ibrani 11:22 tetap relevan bagi gereja modern karena mengajarkan kita untuk hidup dengan iman yang berfokus pada Allah, bukan pada keadaan duniawi. Berikut adalah beberapa pelajaran penting untuk gereja masa kini:
Mengutamakan Pengharapan Kekal
Gereja dipanggil untuk mengingatkan jemaat bahwa tujuan akhir hidup Kristen adalah kehidupan kekal bersama Allah, bukan keberhasilan duniawi.Menjadi Teladan dalam Iman
Seperti Yusuf, gereja harus menjadi saksi yang menunjukkan keyakinan pada janji Allah, bahkan di tengah tantangan.Membangun Generasi yang Beriman
Gereja memiliki tanggung jawab untuk mewariskan iman kepada generasi berikutnya, mendorong mereka untuk hidup dengan pengharapan kepada Allah yang setia.
6. Aplikasi Praktis untuk Orang Kristen Modern
1. Hidup dengan Fokus pada Janji Allah
Seperti Yusuf, kita dipanggil untuk memusatkan perhatian pada janji Allah, meskipun dunia menawarkan kenyamanan sementara.
2. Menyatakan Iman dengan Otoritas
Kita harus memiliki keberanian untuk menyatakan iman kita kepada orang lain, berbicara tentang kebenaran firman Allah dengan keyakinan yang teguh.
3. Menjadi Warisan Iman Bagi Keluarga dan Komunitas
Permintaan Yusuf tentang tulang-tulangnya mengajarkan kita untuk meninggalkan warisan iman bagi generasi berikutnya. Sebagai orang percaya, kita harus berupaya menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk hidup dengan iman kepada Allah.
Kesimpulan
Ibrani 11:22 menggambarkan Yusuf sebagai teladan iman otoritatif yang berani percaya pada janji Allah meskipun ia tidak melihat penggenapannya dalam hidupnya. Dalam perspektif teologi Reformed, iman Yusuf adalah bukti dari pekerjaan Allah yang mengarahkan hati manusia kepada pengharapan yang kekal.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk hidup dengan iman seperti Yusuf—percaya pada kedaulatan Allah, berbicara dengan otoritas iman, dan memberikan pengaruh bagi generasi mendatang. Semoga iman Yusuf menginspirasi kita untuk terus berjalan dalam pengharapan kepada Allah yang setia. Soli Deo Gloria!