Iman Tanpa Takut: Teladan Amram dan Yokhebed (Ibrani 11:23)
Pendahuluan:
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, iman adalah tema sentral dalam kehidupan Kristen. Surat Ibrani pasal 11 menampilkan serangkaian tokoh iman yang menjadi teladan luar biasa bagi kita. Dalam ayat 23, penulis menyoroti iman Amram dan Yokhebed, orang tua Musa, yang menjadi contoh iman yang berani dan tak kenal takut. Mereka tidak tunduk kepada perintah manusia, tetapi memilih menaati Allah. Ayat ini berbunyi: "Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja."
Hari ini, kita akan mendalami kisah ini untuk memahami bagaimana iman mereka dapat menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi tantangan iman kita sendiri.
1. Konteks Sejarah: Penindasan yang Berat
Untuk memahami ayat ini dengan baik, kita harus melihat konteks sejarahnya. Kisah Musa dan orang tuanya terdapat dalam Keluaran 1 dan 2. Pada masa itu, bangsa Israel berada di Mesir sebagai budak. Mereka menghadapi penindasan yang berat karena Firaun merasa terancam oleh jumlah mereka yang terus bertambah. Dalam ketakutannya, Firaun mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki Israel yang baru lahir (Keluaran 1:22).
Di tengah kegelapan ini, Amram dan Yokhebed berdiri sebagai teladan iman. Mereka menghadapi keputusan sulit: tunduk kepada perintah raja atau menaati Allah. Keputusan mereka untuk menyembunyikan Musa adalah tindakan iman yang luar biasa. Herman Bavinck menulis bahwa "iman yang sejati menuntut keberanian untuk menaati Allah, bahkan di tengah ancaman yang nyata." Amram dan Yokhebed memilih untuk memandang Allah sebagai Raja di atas segala raja.
2. "Karena Iman": Dasar Keberanian
Frasa "Karena iman" dalam ayat ini menunjukkan bahwa tindakan mereka didasarkan pada keyakinan yang kokoh kepada Allah. Mereka percaya bahwa Allah yang telah memanggil nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, dan Yakub, akan setia pada janji-Nya untuk membebaskan umat-Nya. Iman mereka bukanlah iman yang buta, tetapi iman yang berakar dalam pengenalan akan Allah yang berdaulat.
John Calvin menulis, "Iman adalah alat yang membuat kita mampu melihat melampaui apa yang tampak, kepada apa yang dijanjikan Allah." Amram dan Yokhebed melihat Musa bukan hanya sebagai anak mereka, tetapi sebagai bagian dari rencana Allah yang besar. Mereka memahami bahwa hidup Musa memiliki tujuan ilahi.
3. "Mereka Melihat bahwa Anak Itu Elok Rupanya": Penglihatan Rohani
Penulis Ibrani mencatat bahwa mereka menyembunyikan Musa karena mereka melihat bahwa "anak itu elok rupanya." Frasa ini lebih dari sekadar penilaian fisik. Dalam Keluaran 2:2, disebutkan bahwa Musa adalah anak yang "cantik." Namun, dalam konteks teologis, keindahan ini merujuk pada penglihatan rohani mereka tentang tujuan Allah dalam hidup Musa.
Menurut Matthew Henry, "Allah sering memberikan kepada orang tua iman untuk melihat tujuan khusus bagi anak-anak mereka." Amram dan Yokhebed memahami bahwa Musa adalah anugerah Allah yang diberikan untuk tujuan besar dalam rencana-Nya. Hal ini memberikan mereka keberanian untuk bertindak, meskipun risiko yang mereka hadapi sangat besar.
4. "Tidak Takut Akan Perintah Raja": Keberanian Iman
Keberanian Amram dan Yokhebed sangat menonjol dalam kisah ini. Mereka "tidak takut akan perintah raja." Dalam situasi yang penuh bahaya, mereka memilih untuk menaati Allah daripada manusia. Keputusan ini tidak mudah, tetapi iman mereka kepada Allah yang berdaulat memberi mereka kekuatan untuk melawan ketakutan.
R.C. Sproul menulis, "Ketika kita memiliki rasa takut yang benar kepada Allah, ketakutan akan manusia menjadi tidak relevan." Ini adalah kebenaran yang diwujudkan oleh Amram dan Yokhebed. Mereka menunjukkan bahwa iman kepada Allah yang besar memungkinkan mereka untuk melawan ancaman dari otoritas manusia.
5. Implikasi Teologis: Hidup dalam Kedaulatan Allah
Ibrani 11:23 menekankan bahwa iman sejati melibatkan kepercayaan penuh pada kedaulatan Allah. Amram dan Yokhebed tidak tahu bagaimana Allah akan melindungi Musa, tetapi mereka percaya bahwa Allah memegang kendali atas segala sesuatu. Kepercayaan ini memberi mereka keberanian untuk bertindak.
Dalam teologi Reformed, iman seperti ini dianggap sebagai karya anugerah Allah dalam hati manusia. Calvin menekankan bahwa "iman adalah karunia Allah yang memungkinkan kita untuk bergantung sepenuhnya kepada-Nya." Tanpa anugerah Allah, mustahil bagi manusia untuk memiliki keberanian seperti yang ditunjukkan oleh Amram dan Yokhebed.
6. Pandangan Pakar Teologi Reformed
A. John Calvin
Calvin menekankan bahwa iman Amran dan Yokhebed adalah contoh pengharapan yang kokoh dalam janji Allah, meskipun tidak ada jaminan langsung akan keselamatan Musa. Ia juga mencatat bahwa tindakan mereka mencerminkan penyembahan sejati, yang menempatkan ketaatan kepada Allah di atas kepatuhan kepada manusia.
B. R.C. Sproul
Sproul mencatat bahwa iman orang tua Musa adalah bukti bagaimana anugerah Allah bekerja dalam hati manusia untuk membawa mereka kepada ketaatan radikal. Dia menyoroti bahwa keputusan untuk menyembunyikan Musa adalah tindakan iman yang melampaui logika manusia.
C. Martyn Lloyd-Jones
Lloyd-Jones melihat kisah ini sebagai contoh bagaimana iman memberikan keberanian untuk melawan kejahatan struktural. Dia menekankan bahwa iman Amran dan Yokhebed adalah iman aktif yang tidak hanya percaya tetapi juga bertindak.
D. Herman Bavinck
Bavinck mencatat bahwa tindakan Amran dan Yokhebed mencerminkan penyertaan Allah dalam sejarah. Dalam perspektif Bavinck, kisah ini menunjukkan bagaimana Allah memelihara umat-Nya melalui sarana-sarana sederhana.
Kesimpulan
Kisah Amram dan Yokhebed dalam Ibrani 11:23 adalah contoh luar biasa dari iman yang tak kenal takut. Mereka mengajarkan kepada kita tentang keberanian, penglihatan rohani, dan kepercayaan kepada kedaulatan Allah. Dalam terang teologi Reformed, kita memahami bahwa iman seperti ini adalah hasil karya anugerah Allah dalam hati manusia.
Kiranya teladan iman mereka menginspirasi kita untuk hidup dengan keberanian dan keyakinan yang sama, menaati Allah di tengah tantangan dunia ini. Amin.