Kasih Allah yang Tak Terukur

Kasih Allah yang Tak Terukur

 Pengantar:

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

Kasih Allah adalah tema yang paling mendalam dalam Alkitab dan merupakan inti dari seluruh karya penyelamatan-Nya. Namun, kasih Allah bukan sekadar perasaan atau emosi manusiawi, tetapi atribut Allah yang kekal dan tak terukur. Dalam teologi Reformed, kasih Allah dipahami sebagai kasih yang berdaulat, kudus, dan terungkap secara paling jelas dalam karya penebusan Yesus Kristus. Artikel ini akan membahas konsep kasih Allah yang tak terukur, manifestasinya dalam Alkitab, pengaruhnya terhadap umat manusia, dan respons yang diharapkan dari orang percaya.

1. Kasih Allah: Sifat dan Keunikannya

a. Kasih Allah sebagai Atribut Kekal

Dalam teologi Reformed, kasih Allah adalah atribut yang tak terpisahkan dari keberadaan-Nya. 1 Yohanes 4:8 menyatakan:"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."

Herman Bavinck menekankan bahwa kasih Allah adalah sifat esensial dari keberadaan-Nya. Kasih ini tidak bersyarat dan tidak tergantung pada respons manusia. Kasih Allah adalah kasih yang kekal, tidak berubah, dan sempurna, karena bersumber langsung dari karakter-Nya.

b. Kasih yang Berdaulat

Kasih Allah juga bersifat berdaulat, artinya Allah bebas mengasihi siapa yang dikehendaki-Nya. Dalam Roma 9:15, Allah berkata kepada Musa:"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan, dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."

John Calvin menegaskan bahwa kasih Allah tidak didasarkan pada kebaikan atau usaha manusia, melainkan sepenuhnya berasal dari kehendak-Nya yang bebas. Allah mengasihi karena Dia memilih untuk mengasihi, bukan karena manusia layak menerimanya.

c. Kasih yang Kudus

Kasih Allah berbeda dari kasih manusia karena bersifat kudus. Kasih ini tidak terpisah dari kekudusan dan keadilan-Nya. Kasih Allah adalah kasih yang murni, yang menginginkan kebaikan tertinggi bagi manusia, yaitu persekutuan dengan Dia dalam kekudusan.

2. Manifestasi Kasih Allah dalam Alkitab

a. Kasih Allah dalam Penciptaan

Kasih Allah pertama kali terungkap dalam tindakan penciptaan. Dalam Kejadian 1, Allah menciptakan dunia dan manusia dengan maksud untuk berbagi kasih dan kemuliaan-Nya. Manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27), yang menunjukkan nilai dan martabat yang diberikan oleh kasih Allah kepada ciptaan-Nya.

Herman Bavinck mencatat bahwa kasih Allah dalam penciptaan adalah kasih yang melimpah, di mana Allah memberikan kepada manusia tempat khusus sebagai pengelola bumi dan penerima kasih karunia-Nya.

b. Kasih Allah dalam Pemeliharaan

Kasih Allah juga dinyatakan dalam pemeliharaan-Nya atas ciptaan. Dalam Mazmur 145:9, dikatakan:
"TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya."

R. C. Sproul menekankan bahwa pemeliharaan Allah adalah bukti dari kasih-Nya yang terus-menerus terhadap semua ciptaan-Nya, termasuk umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.

c. Kasih Allah dalam Penebusan

Puncak kasih Allah terungkap dalam karya penebusan melalui Yesus Kristus. Yohanes 3:16 adalah pernyataan yang paling terkenal tentang kasih Allah, yang menunjukkan betapa besar pengorbanan-Nya untuk menyelamatkan dunia.

Dalam Roma 5:8, Paulus menulis:"Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

John Calvin menegaskan bahwa kasih Allah dalam penebusan adalah kasih yang berinisiatif. Allah mengasihi manusia bahkan ketika manusia berada dalam keadaan dosa dan pemberontakan terhadap-Nya.

d. Kasih Allah dalam Perjanjian

Kasih Allah juga dinyatakan melalui perjanjian-perjanjian yang dibuat-Nya dengan umat-Nya. Dalam Perjanjian Lama, kasih Allah dinyatakan dalam perjanjian dengan Abraham, Musa, dan Daud, yang semuanya menunjuk kepada penggenapan kasih Allah dalam Kristus.

Dalam Yeremia 31:3, Allah berkata:"Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu."

Herman Bavinck mencatat bahwa kasih Allah dalam perjanjian adalah kasih yang setia dan tak tergoyahkan, yang mengikat Allah kepada umat-Nya dalam kasih karunia yang kekal.

3. Kasih Allah yang Tak Terukur: Sifat-Sifat Utamanya

a. Kasih yang Melampaui Pengertian

Kasih Allah adalah kasih yang melampaui pengertian manusia. Dalam Efesus 3:18-19, Paulus berdoa agar orang percaya dapat memahami betapa lebar, panjang, tinggi, dan dalam kasih Kristus.

R. C. Sproul mencatat bahwa kasih Allah tidak dapat diukur dengan standar manusia, karena itu adalah kasih yang kekal, tak terbatas, dan sempurna.

b. Kasih yang Menyelamatkan

Kasih Allah bukan hanya kasih yang pasif, tetapi kasih yang bertindak untuk menyelamatkan. Dalam Yesaya 53:5, kasih Allah terlihat dalam pengorbanan Kristus yang menanggung dosa manusia:
"Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."

John Calvin menegaskan bahwa kasih Allah tidak hanya menawarkan keselamatan, tetapi juga memastikan keselamatan melalui karya Kristus.

c. Kasih yang Mengampuni

Kasih Allah juga adalah kasih yang mengampuni. Dalam 1 Yohanes 1:9, dikatakan bahwa Allah setia dan adil untuk mengampuni dosa dan menyucikan manusia dari segala kejahatan jika mereka mengakui dosa mereka.

Herman Bavinck menekankan bahwa kasih Allah yang mengampuni tidak mengabaikan keadilan-Nya, tetapi digenapi melalui karya Kristus di salib.

4. Dampak Kasih Allah bagi Manusia

a. Pemulihan Hubungan dengan Allah

Kasih Allah memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan Allah akibat dosa. Dalam Roma 8:1, Paulus berkata:"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus."

b. Transformasi Hidup

Kasih Allah memampukan manusia untuk hidup dalam kebenaran dan kasih kepada sesama. Dalam 2 Korintus 5:14-15, Paulus menulis bahwa kasih Kristus menguasai orang percaya, sehingga mereka tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan dibangkitkan untuk mereka.

c. Memberi Pengharapan Kekal

Kasih Allah memberikan pengharapan akan hidup kekal bersama-Nya. Dalam Yohanes 14:2-3, Yesus berjanji untuk menyediakan tempat bagi umat-Nya di rumah Bapa-Nya.

5. Respons Orang Percaya terhadap Kasih Allah

a. Kasih kepada Allah

Orang percaya dipanggil untuk merespons kasih Allah dengan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (Matius 22:37).

b. Kasih kepada Sesama

Kasih Allah juga memanggil orang percaya untuk mengasihi sesama, sebagaimana Kristus telah mengasihi mereka (Yohanes 13:34-35).

c. Hidup dalam Penyembahan dan Ketaatan

Kasih Allah memotivasi orang percaya untuk hidup dalam penyembahan dan ketaatan kepada-Nya. Dalam Roma 12:1, Paulus menasihati:"Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itulah ibadahmu yang sejati."

Kesimpulan: Kasih Allah yang Tak Terukur

Kasih Allah adalah inti dari rencana keselamatan dan merupakan sumber penghiburan, sukacita, dan pengharapan bagi umat-Nya. Kasih ini adalah kasih yang kekal, kudus, berdaulat, dan menyelamatkan, yang terungkap secara paling jelas dalam karya Kristus di salib.

Sebagaimana dikatakan dalam Roma 8:38-39:"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."

"Segala kemuliaan bagi Allah yang kasih-Nya tak terukur telah menyelamatkan umat-Nya dari dosa dan membawa mereka kepada hidup kekal."

Next Post Previous Post