Yesus dan Orang yang Disembuhkan: Yohanes 9:35-38

Yesus dan Orang yang Disembuhkan: Yohanes 9:35-38

Pendahuluan:

Dalam Yohanes 9:35-38, kita menemukan salah satu momen paling mengharukan dalam pelayanan Yesus. Setelah orang yang buta sejak lahir disembuhkan oleh Yesus, ia mengalami pengusiran dari komunitas agamawi karena keberaniannya bersaksi tentang karya Allah. Namun, dalam kesendiriannya, Yesus mendatanginya dan mengungkapkan diri sebagai Anak Allah. Perikop ini berbicara tentang iman, pengakuan, dan hubungan pribadi dengan Kristus, yang sangat relevan dalam kehidupan setiap orang percaya.

Ayat ini berbunyi:"Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: 'Percayakah engkau kepada Anak Manusia?' Jawabnya: 'Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.' Kata Yesus kepadanya: 'Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!' Katanya: 'Aku percaya, Tuhan!' Lalu ia sujud menyembah-Nya." (Yohanes 9:35-38, TB)

Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam makna dari ayat-ayat ini berdasarkan teologi Reformed dan bagaimana pelajaran ini relevan untuk kehidupan kita hari ini.

1. Konteks Yohanes 9: Mukjizat dan Kontroversi

Pasal 9 Injil Yohanes dimulai dengan kisah Yesus menyembuhkan seorang pria yang buta sejak lahir. Penyembuhan ini bukan hanya mukjizat fisik tetapi juga tanda yang menunjukkan otoritas ilahi Yesus. Namun, mukjizat ini memicu kontroversi di antara para pemimpin agama Yahudi, yang menolak untuk percaya bahwa Yesus berasal dari Allah.

Pria yang disembuhkan menunjukkan keberanian luar biasa dalam bersaksi tentang Yesus, bahkan ketika ia diinterogasi oleh para pemimpin agama. Akhirnya, ia diusir dari sinagoga, sebuah tindakan yang berarti pengucilan sosial dan religius. Dalam situasi ini, Yesus mendatanginya, menunjukkan perhatian dan kasih-Nya yang pribadi.

Menurut teolog Reformed seperti John Calvin, pasal ini menunjukkan kontras antara kebutaan rohani para pemimpin agama dan terang rohani yang diterima oleh orang yang disembuhkan. Calvin menulis bahwa "kebutaan mereka bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati mereka yang keras terhadap kebenaran."

2. "Yesus Mendengar bahwa Ia Telah Diusir" (Yohanes 9:35)

Ketika Yesus mendengar bahwa pria itu diusir, Dia mengambil inisiatif untuk mencarinya. Tindakan ini mencerminkan kasih Yesus yang aktif dan penuh perhatian terhadap mereka yang terpinggirkan. Dalam teologi Reformed, tindakan Yesus ini menunjukkan doktrin pemeliharaan Allah (providence), yaitu bahwa Allah secara aktif terlibat dalam kehidupan umat-Nya.

Herman Bavinck menulis bahwa "Allah tidak hanya menciptakan dunia, tetapi Dia juga memelihara dan mengatur semua peristiwa untuk memenuhi tujuan-Nya." Dalam konteks ini, Yesus menunjukkan pemeliharaan Allah yang nyata dengan mencari orang yang membutuhkan-Nya.

Bagi kita, ini adalah pengingat bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan kita dalam kesulitan. Dia melihat penderitaan kita dan datang untuk menghibur dan meneguhkan iman kita.

3. "Percayakah Engkau kepada Anak Manusia?" (Yohanes 9:35)

Pertanyaan Yesus kepada pria itu adalah inti dari iman Kristen: percaya kepada Anak Manusia. Istilah "Anak Manusia" merujuk pada Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, sekaligus menggambarkan kemanusiaan-Nya dan otoritas ilahi-Nya (Daniel 7:13-14).

R.C. Sproul menekankan bahwa iman Kristen bukan hanya tentang menerima fakta-fakta teologis, tetapi juga tentang hubungan pribadi dengan Kristus. Sproul berkata, "Percaya kepada Yesus berarti mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat."

Yesus tidak hanya menyembuhkan fisik pria ini, tetapi juga membawa dia kepada pengenalan akan siapa Dia sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan sejati melibatkan transformasi rohani, bukan sekadar pengalaman lahiriah.

4. "Engkau Bukan Saja Melihat Dia; Tetapi Dia yang Sedang Berkata-kata dengan Engkau" (Yohanes 9:37)

Yesus dengan jelas mengungkapkan identitas-Nya kepada pria itu. Pernyataan ini adalah momen pewahyuan ilahi. Dalam teologi Reformed, pewahyuan ini adalah anugerah Allah yang membuka mata rohani seseorang untuk mengenal Kristus.

John Owen, seorang teolog Puritan, menulis bahwa "pengakuan iman adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus yang membawa kita kepada kebenaran Kristus." Dalam kasus ini, pria yang disembuhkan tidak hanya melihat Yesus dengan mata jasmani, tetapi juga mengenal-Nya dengan mata iman.

Bagi kita, ini adalah pengingat bahwa iman adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia. Allah yang mengambil inisiatif untuk menyatakan diri-Nya kepada kita.

5. "Aku Percaya, Tuhan!" (Yohanes 9:38)

Pengakuan pria itu adalah respons yang tulus dan penuh iman terhadap pewahyuan Yesus. Ia tidak hanya mengakui Yesus sebagai Tuhan, tetapi juga menyembah-Nya. Ini adalah contoh iman yang sejati: pengakuan yang disertai dengan penyembahan dan ketaatan.

Dalam teologi Reformed, penyembahan adalah respons alami dari hati yang telah diubahkan oleh kasih karunia Allah. J.I. Packer menulis bahwa "iman yang sejati selalu menghasilkan penyembahan yang sejati, karena hati yang mengenal Allah tidak bisa tidak memuliakan-Nya."

6. Pandangan Pakar Teologi Reformed

R.C. Sproul
Sproul menyoroti bahwa penyembuhan fisik dalam Yohanes 9 adalah gambaran dari karya keselamatan yang lebih besar. Pria ini menjadi saksi kuasa Allah di tengah pertentangan terhadap Kristus.

John Calvin
Calvin menekankan keindahan dari perhatian personal Kristus kepada individu. Dia juga mencatat bahwa iman sejati tidak bisa dipisahkan dari pewahyuan Kristus sebagai Mesias.

Charles Spurgeon
Spurgeon menekankan pentingnya sujud sebagai ekspresi penyembahan sejati. Dia menyatakan bahwa pengakuan pria ini adalah bukti iman yang ditanamkan oleh Roh Kudus.

Martyn Lloyd-Jones
Lloyd-Jones memandang transformasi pria ini sebagai ilustrasi dari keselamatan yang melibatkan seluruh aspek manusia: fisik, emosional, dan rohani.

Kesimpulan

Yohanes 9:35-38 adalah kisah yang mengungkapkan hati Yesus yang penuh kasih dan perhatian terhadap mereka yang membutuhkan. Dalam perikop ini, kita melihat bagaimana Yesus membawa pria yang disembuhkan kepada pengenalan yang mendalam tentang siapa Dia. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman, pengakuan, dan penyembahan dalam kehidupan Kristen.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Yesus dalam menunjukkan kasih kepada orang lain, terutama mereka yang terpinggirkan. Kita juga diingatkan bahwa iman kita adalah anugerah dari Allah, dan respons kita terhadap anugerah itu haruslah berupa penyembahan dan ketaatan.

Kiranya kita semua dapat terus bertumbuh dalam iman dan kasih kepada Kristus, sehingga hidup kita memuliakan Dia dalam segala hal. Amin.

Next Post Previous Post