Yesus Kristus: Allah yang Maha Besar dan Juru Selamat (Titus 2:13)

Yesus Kristus: Allah yang Besar dan Juru Selamat (Titus 2:13)

Pendahuluan:

Titus 2:13 menyatakan, “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” Ayat dalam Titus 2:13 memberikan inti pengharapan bagi umat Kristen. Rasul Paulus menekankan kehadiran Allah Yang Mahabesar dan peran Kristus sebagai Juru Selamat kita. Ayat ini menghubungkan iman Kristen dengan harapan eskatologis akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Dalam tulisan ini, kita akan menggali makna ayat ini berdasarkan kajian teologi Reformed dan pandangan beberapa pakar teologi yang relevan.

1. Konteks Surat Titus

Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu dari tiga Surat Pastoral yang ditulis untuk memberikan nasihat kepada pemimpin gereja tentang bagaimana memimpin jemaat. Titus, yang melayani di Kreta, menghadapi tantangan berupa ajaran sesat dan gaya hidup duniawi dari masyarakat setempat. Dalam Titus 2, Paulus memberikan pengajaran tentang kehidupan Kristen yang benar dan berbasis Injil.

Titus 2:13 muncul dalam konteks pengajaran tentang anugerah Allah yang mendidik orang percaya untuk meninggalkan kefasikan dan hidup dalam kesalehan. Harapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali menjadi pusat motivasi untuk menjalani hidup yang kudus.

2. Pengharapan Mulia: Makna Teologis

Titus 2:13 berbicara tentang "penggenapan pengharapan yang penuh bahagia." Pengharapan ini bukanlah pengharapan duniawi yang penuh ketidakpastian, tetapi pengharapan yang pasti karena didasarkan pada janji Allah.

Menurut teologi Reformed, pengharapan ini mengacu pada kedatangan Kristus yang kedua kali. John Calvin menulis, "Harapan akan kemuliaan Allah adalah dasar dari ketekunan orang percaya dalam iman mereka." Dengan kata lain, keyakinan bahwa Kristus akan datang kembali memberikan kekuatan kepada kita untuk bertahan dalam iman, bahkan di tengah penderitaan.

Kedatangan Kristus bukan hanya peristiwa masa depan, tetapi juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan saat ini. Ketika kita menantikan penyataan kemuliaan Kristus, kita dipanggil untuk hidup dengan cara yang mencerminkan kerajaan-Nya.

3. Yesus Kristus: Allah yang Mahabesar dan Juruselamat

Bagian kedua dari ayat ini menegaskan identitas Yesus sebagai Allah yang Mahabesar dan Juruselamat. Pernyataan ini sangat penting dalam teologi Kristen karena menegaskan keilahian Kristus.

Herman Bavinck, seorang teolog Reformed terkemuka, menulis bahwa "keilahian Kristus adalah pusat dari iman Kristen." Titus 2:13 secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, yang merupakan dasar pengharapan kita. Keilahian Kristus memberikan jaminan bahwa Ia memiliki kuasa untuk menggenapi janji-janji-Nya.

Selain itu, gelar "Juruselamat" menyoroti karya penebusan Kristus. Dalam teologi Reformed, karya Kristus mencakup penebusan, pengudusan, dan pemuliaan. Kedatangan Kristus yang kedua kali adalah puncak dari seluruh karya-Nya, di mana semua orang percaya akan mengalami kemuliaan yang kekal bersama-Nya.

 a. Allah Yang Mahabesar: Keilahian Kristus

Frasa "Allah Yang Mahabesar" menegaskan keilahian Kristus, yang adalah inti dari iman Kristen. Dalam bahasa Yunani, kata "theos megas" mengacu pada Allah yang transenden, berdaulat, dan penuh kuasa.

John Calvin, seorang tokoh besar teologi Reformed, dalam tafsirannya menyatakan bahwa ayat ini adalah bukti eksplisit dari keilahian Kristus. Calvin mengungkapkan bahwa Yesus Kristus adalah manifestasi Allah dalam rupa manusia, sebagaimana yang ditegaskan dalam Yohanes 1:1-14. Allah yang kekal dan Mahakuasa menggenapi janji-Nya melalui Kristus yang adalah "imanuel" (Allah menyertai kita).

b. Juru Selamat Kita: Penggenapan Janji Penebusan

Kata "Juru Selamat" dalam bahasa Yunani "soter" mengacu pada misi penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus. Dalam konteks Perjanjian Baru, istilah ini sering merujuk pada pembebasan dari dosa dan murka Allah.

R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkemuka, menyoroti bahwa konsep keselamatan ini adalah pusat dari teologi Reformed. Kristus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, telah memberikan penebusan penuh bagi umat-Nya. Titus 2:13 dengan jelas mengaitkan karya penyelamatan ini dengan natur ilahi Kristus, meneguhkan bahwa keselamatan adalah karya Allah sendiri.

Pendapat Pakar Teologi Reformed Mengenai "Allah Yang Mahabesar, dan Juru Selamat Kita, Kristus Yesus" (Titus 2:13, AYT)

Titus 2:13 adalah salah satu ayat yang kuat dalam Alkitab, menyatakan dengan jelas keilahian Kristus sebagai Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat. Dalam tradisi teologi Reformed, ayat ini memiliki arti yang mendalam baik dalam pengertian doktrinal maupun praktis. Berikut adalah pandangan dari beberapa pakar teologi Reformed mengenai ayat ini:

1. John Calvin: Keilahian Kristus sebagai Dasar Iman Kristen

John Calvin, pendiri tradisi Reformed, menekankan bahwa Titus 2:13 adalah salah satu bukti alkitabiah tentang keilahian Kristus. Calvin menyoroti bahwa frase "Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita, Kristus Yesus" tidak membagi dua pribadi, melainkan mengacu pada satu pribadi, yaitu Yesus Kristus. Baginya, ayat ini menggarisbawahi kebenaran bahwa Yesus adalah Allah yang sepenuhnya dan Juru Selamat yang sepenuhnya, menunjukkan kesatuan antara natur keilahian dan karya penebusan-Nya.

Calvin juga melihat ayat ini sebagai panggilan untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan. Jika Yesus adalah Allah yang Mahabesar, maka pengabdian dan ketaatan mutlak seharusnya diberikan kepada-Nya. Calvin menulis bahwa pengakuan terhadap keilahian Kristus adalah inti iman Kristen yang memisahkan gereja sejati dari bidat.

2. R.C. Sproul: Kejelasan Teologis tentang Identitas Kristus

R.C. Sproul, seorang teolog Reformed kontemporer, menekankan pentingnya memahami struktur gramatikal dalam Titus 2:13. Sproul mengacu pada aturan Granville Sharp dalam bahasa Yunani Koine, yang menyatakan bahwa jika dua kata benda (seperti "Allah" dan "Juru Selamat") digabungkan dengan satu artikel, maka kedua kata tersebut mengacu pada satu subjek. Dalam konteks ini, Sproul menjelaskan bahwa frasa "Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita" secara eksplisit menunjuk kepada Yesus Kristus, bukan kepada dua pribadi yang terpisah.

Sproul menegaskan bahwa ayat ini adalah landasan penting untuk doktrin keilahian Kristus. Ia juga mengingatkan bahwa pengakuan akan Kristus sebagai Allah yang Mahabesar bukan sekadar pengakuan intelektual, tetapi harus membawa perubahan dalam hidup orang percaya, termasuk dalam pengharapan akan kedatangan-Nya yang mulia.

3. Herman Bavinck: Kristus sebagai Allah dalam Sejarah Penebusan

Herman Bavinck, salah satu teolog Reformed terkemuka, melihat Titus 2:13 dalam konteks sejarah penebusan. Bavinck menekankan bahwa keilahian Kristus tidak hanya penting secara doktrinal, tetapi juga memiliki implikasi besar bagi karya penebusan-Nya. Jika Yesus bukan Allah yang Mahabesar, maka penebusan yang Ia tawarkan tidak akan cukup untuk menebus dosa seluruh dunia.

Bavinck juga menyoroti bahwa pengharapan akan kedatangan Kristus yang mulia adalah inti dari kehidupan Kristen. Dalam pandangan Reformed, pengharapan ini bukanlah eskapisme, melainkan dorongan untuk hidup dalam kesalehan, sebagaimana ditekankan dalam konteks Titus 2:11-14. Kehadiran Allah yang Mahabesar dalam Kristus mengarahkan umat percaya untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih karunia-Nya.

4. Charles Hodge: Penegasan Trinitas

Charles Hodge, seorang teolog Reformed dari Princeton, menekankan pentingnya Titus 2:13 dalam memahami doktrin Trinitas. Ia menulis bahwa ayat ini adalah salah satu bukti alkitabiah yang mendukung bahwa Yesus Kristus adalah satu dengan Allah Bapa dalam keilahian. Hodge menyoroti bahwa dalam karya penyelamatan, semua pribadi dalam Trinitas terlibat, tetapi ayat ini secara khusus menonjolkan peran Yesus sebagai Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat.

Hodge juga menunjukkan bahwa penekanan pada kedatangan Kristus yang mulia memberikan penghiburan besar bagi umat percaya. Keilahian Kristus menjamin bahwa janji-janji Allah akan digenapi, dan kedatangan-Nya yang kedua akan membawa pemulihan penuh bagi umat-Nya.

5. Sinclair Ferguson: Pengharapan yang Mulia dalam Kedatangan Kristus

Sinclair Ferguson menyoroti aspek eskatologis dari Titus 2:13. Ia menekankan bahwa pengharapan orang percaya terfokus pada "kemuliaan besar" yang akan menyertai kedatangan Kristus. Frasa "kedatangan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita" tidak hanya menunjuk pada identitas Kristus sebagai Allah dan Juru Selamat, tetapi juga pada kemenangan terakhir-Nya atas dosa dan maut.

Ferguson melihat bahwa kehidupan Kristen yang saleh (Titus 2:12) hanya mungkin jika orang percaya memiliki pengharapan yang kuat akan kedatangan Kristus. Keyakinan bahwa Allah yang Mahabesar adalah Juru Selamat mereka memberikan kekuatan untuk menolak kefasikan duniawi dan hidup sesuai dengan panggilan Allah.

6. Tim Keller: Identitas Yesus sebagai Pengubah Hidup

Tim Keller, seorang pendeta dan teolog Reformed, mengaitkan Titus 2:13 dengan kehidupan sehari-hari orang percaya. Keller menekankan bahwa pengakuan Yesus sebagai "Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat" memiliki dampak langsung terhadap cara kita memandang diri sendiri, dosa, dan dunia. Jika Kristus adalah Allah yang Mahabesar, maka Ia berdaulat penuh atas hidup kita, dan kita dipanggil untuk tunduk kepada-Nya dengan segenap hati.

Keller juga mencatat bahwa Kristus sebagai Juru Selamat menekankan belas kasih dan kasih karunia-Nya kepada orang berdosa. Ini menunjukkan bahwa Allah yang Mahabesar, yang memiliki otoritas penuh, juga adalah Allah yang mendekat kepada umat-Nya dengan penuh kasih. Kombinasi antara keagungan dan kelembutan ini, menurut Keller, memberikan pengharapan sejati di tengah kehidupan yang penuh tantangan.

7. Michael Horton: Pengharapan Kristologis dalam Kehidupan Kristen

Michael Horton melihat Titus 2:13 sebagai bagian integral dari pengharapan Kristologis dalam tradisi Reformed. Horton menekankan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa iman Kristen tidak hanya berakar pada masa lalu (karya salib Kristus) tetapi juga pada masa depan (kedatangan-Nya yang kedua). Dalam konteks ini, pengakuan Yesus sebagai Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat mengarahkan umat percaya untuk hidup dalam kesalehan, menantikan penggenapan janji-janji Allah.

Horton juga menunjukkan bahwa doktrin keilahian Kristus memiliki implikasi besar untuk ibadah. Jika Yesus adalah Allah yang Mahabesar, maka Ia layak menerima segala hormat, pujian, dan penyembahan. Kehidupan Kristen yang sejati, menurut Horton, adalah respons terhadap keagungan dan kasih karunia Kristus.

Kesimpulan

Titus 2:13 adalah ayat yang penuh penghiburan bagi umat Kristen. Allah Yang Mahabesar tidak hanya hadir dalam keagungan-Nya, tetapi juga mendekat kepada kita dalam kasih melalui Yesus Kristus, Juru Selamat kita. Pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali menguatkan iman dan memberikan semangat untuk hidup dalam kekudusan.

Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan keilahian Kristus, pentingnya karya penebusan-Nya, dan panggilan untuk hidup dengan fokus pada kerajaan Allah. Kiranya kita semua dapat menantikan penggenapan pengharapan kita dengan iman yang teguh dan hati yang penuh sukacita.

Amin.

Next Post Previous Post