Yohanes 9:1-3: Pertanyaan tentang Tanggung Jawab dan Kedaulatan Allah

 

Yohanes 9:1-3: Pertanyaan tentang Tanggung Jawab dan Kedaulatan Allah

Pendahuluan:

Yohanes 9:1-3 (AYT):"Ketika Yesus sedang berjalan, Dia melihat orang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya, 'Guru, siapakah yang berdosa, orang ini atau orang tuanya sehingga dia dilahirkan buta?' Yesus menjawab, 'Bukan dia ataupun orang tuanya berdosa, melainkan supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia.'”

Peristiwa ini mencatat diskusi antara Yesus dan murid-murid-Nya mengenai penyebab buta bawaan sejak lahir pada seorang pria. Murid-murid mengajukan pertanyaan yang mencerminkan pandangan umum di zaman itu: apakah penderitaan seseorang adalah akibat langsung dari dosa pribadi atau dosa orang tua mereka. Namun, jawaban Yesus mengarahkan perhatian mereka kepada tujuan yang lebih besar: karya Allah yang akan dinyatakan melalui situasi tersebut.

Dalam artikel ini, kita akan menganalisis ayat ini secara mendalam dari perspektif teologi Reformed, menyoroti pandangan beberapa pakar, dan mengkaji implikasi praktisnya bagi iman Kristen.

1. Konteks Yohanes 9:1-3

a. Latar Belakang Injil Yohanes

Injil Yohanes menonjolkan Yesus sebagai Anak Allah yang menyatakan kemuliaan Allah melalui kata-kata dan perbuatan-Nya. Yohanes 9 mencatat salah satu mujizat Yesus: penyembuhan seorang pria yang buta sejak lahir. Peristiwa ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajarkan tentang penderitaan, kedaulatan Allah, dan tanggung jawab manusia.

b. Pandangan Zaman tentang Penderitaan

Pada masa itu, banyak orang Yahudi percaya bahwa penderitaan adalah akibat langsung dari dosa, baik dosa pribadi maupun dosa nenek moyang (Kel. 20:5). Pandangan ini sering kali menimbulkan penghakiman terhadap orang-orang yang menderita, seperti dalam kasus pria yang buta ini.

2. Uraian Ayat

a. Yohanes 9:1: “Dia melihat orang yang buta sejak lahirnya”

  1. Perhatian Yesus kepada Penderitaan
    Yesus memulai peristiwa ini dengan melihat orang yang buta, menunjukkan belas kasihan-Nya kepada mereka yang menderita. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan sifat Allah yang peduli kepada manusia, bahkan di tengah kelemahan dan penderitaan mereka.

  2. Kedaulatan Yesus
    Fakta bahwa Yesus memperhatikan pria ini menunjukkan bahwa pertemuan ini bukan kebetulan. Herman Bavinck menulis bahwa Allah bekerja melalui segala situasi untuk menyatakan rencana-Nya yang sempurna.

b. Yohanes 9:2: “Guru, siapakah yang berdosa, orang ini atau orang tuanya?”

  1. Pertanyaan tentang Penyebab Penderitaan
    Pertanyaan murid-murid menunjukkan pandangan umum bahwa penderitaan adalah akibat dosa. Namun, pandangan ini terlalu menyederhanakan hubungan antara dosa dan penderitaan, yang sering kali lebih kompleks.

  2. Kesalahan dalam Pemahaman Teologis
    Dalam teologi Reformed, meskipun dosa adalah penyebab utama dari penderitaan di dunia (Kej. 3:16-19), tidak semua penderitaan dapat dikaitkan langsung dengan dosa individu. R.C. Sproul mencatat:"Penderitaan sering kali melampaui pemahaman kita, tetapi itu selalu berada di bawah kendali kedaulatan Allah."

c. Yohanes 9:3: “Bukan dia ataupun orang tuanya berdosa, melainkan supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia”

  1. Penderitaan untuk Menyatakan Kemuliaan Allah
    Jawaban Yesus mengalihkan fokus dari penyebab penderitaan kepada tujuan penderitaan. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa Allah menggunakan penderitaan untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan melaksanakan rencana-Nya.

  2. Tujuan Ilahi dalam Penderitaan
    John Calvin menulis:"Penderitaan adalah alat di tangan Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, baik melalui penyembuhan maupun melalui kesaksian iman orang percaya."

3. Tafsiran dalam Teologi Reformed

a. Kedaulatan Allah atas Segala Sesuatu

Teologi Reformed menekankan bahwa Allah berdaulat atas setiap aspek kehidupan, termasuk penderitaan. Yohanes 9:3 menunjukkan bahwa penderitaan pria yang buta ini bukanlah kebetulan, tetapi bagian dari rencana Allah untuk menyatakan pekerjaan-Nya.

b. Hubungan antara Dosa dan Penderitaan

Sementara dosa adalah penyebab utama dari penderitaan dalam dunia yang jatuh, tidak semua penderitaan dapat dilihat sebagai hukuman langsung atas dosa tertentu. R.C. Sproul menulis:"Allah dapat menggunakan penderitaan sebagai alat untuk mendisiplinkan, menguji, atau menyatakan kemuliaan-Nya, tanpa harus mengaitkannya langsung dengan dosa individu."

c. Penderitaan sebagai Sarana untuk Kemuliaan Allah

Dalam teologi Reformed, penderitaan sering kali dipahami sebagai cara Allah untuk menggenapi tujuan-Nya. Herman Bavinck menyebutkan:"Penderitaan orang percaya bukanlah akhir, tetapi jalan menuju penggenapan rencana Allah yang lebih besar."

4. Aplikasi Praktis

a. Memandang Penderitaan dengan Perspektif Allah

Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru menghakimi orang lain yang menderita, tetapi mencari bagaimana Allah dapat menggunakan situasi tersebut untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

b. Percaya pada Kedaulatan Allah dalam Penderitaan

Sebagai orang percaya, kita dapat yakin bahwa tidak ada penderitaan yang sia-sia dalam rencana Allah. Setiap situasi adalah kesempatan bagi Allah untuk bekerja demi kebaikan kita dan kemuliaan-Nya.

c. Menjadi Saksi Kasih Allah di Tengah Penderitaan

Yesus menunjukkan kasih dan perhatian kepada pria yang buta ini, dan kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Penderitaan adalah kesempatan bagi gereja untuk menunjukkan kasih Allah kepada dunia.

5. Pandangan Pakar Teologi Reformed

a. John Calvin

Calvin menekankan bahwa penderitaan bukan hanya konsekuensi dosa, tetapi juga alat yang digunakan Allah untuk mengajarkan pelajaran rohani. Ia menulis:"Melalui penderitaan, Allah membentuk karakter umat-Nya dan menyatakan kuasa-Nya."

b. Herman Bavinck

Bavinck mencatat bahwa penderitaan manusia berada di bawah kendali Allah yang berdaulat. Ia berkata:"Allah tidak hanya mengizinkan penderitaan, tetapi juga menggunakannya untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan menggenapi rencana-Nya."

c. R.C. Sproul

Sproul melihat jawaban Yesus dalam Yohanes 9:3 sebagai penegasan bahwa penderitaan memiliki tujuan yang melampaui pemahaman manusia.

6. Relevansi Yohanes 9:1-3 untuk Kehidupan Modern

a. Memahami Penderitaan secara Rohani

Ayat ini relevan bagi orang percaya yang menghadapi penderitaan. Daripada bertanya “Mengapa ini terjadi?” kita diajak untuk bertanya, “Bagaimana Allah ingin bekerja melalui situasi ini?”

b. Menjawab Ketidakadilan Dunia

Dalam dunia yang penuh penderitaan, gereja dipanggil untuk memberikan jawaban berdasarkan Injil, menunjukkan bahwa Allah berdaulat dan penuh kasih bahkan di tengah kesulitan.

c. Hidup sebagai Alat Allah

Seperti pria buta dalam kisah ini, kita dipanggil untuk menjadi alat bagi pekerjaan Allah, menunjukkan kuasa-Nya kepada dunia melalui hidup kita.

Kesimpulan

Yohanes 9:1-3 mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah akhir, tetapi bagian dari rencana Allah untuk menyatakan pekerjaan-Nya. Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan kedaulatan Allah, hubungan antara dosa dan penderitaan, dan tujuan ilahi dalam penderitaan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memandang penderitaan melalui perspektif Allah, percaya pada kedaulatan-Nya, dan menjadi saksi kasih-Nya di dunia yang penuh tantangan.

Next Post Previous Post