1 Yohanes 3:18: Kasih yang Nyata dalam Perbuatan dan Kebenaran

1 Yohanes 3:18: Kasih yang Nyata dalam Perbuatan dan Kebenaran

Pendahuluan: Kasih yang Lebih dari Sekadar Kata-kata

1 Yohanes 3:18 berbunyi:

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan kata-kata atau lidah, melainkan dengan perbuatan dan kebenaran.” (1 Yohanes 3:18, AYT)

Ayat ini merupakan panggilan bagi orang percaya untuk tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi untuk menunjukkan kasih melalui tindakan nyata. Dalam teologi Reformed, kasih tidak hanya dipahami sebagai emosi atau sentimen, tetapi sebagai ekspresi dari iman yang sejati.

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna 1 Yohanes 3:18 dengan mengacu pada beberapa ahli teologi Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Cornelius Van Til.

1. Konteks 1 Yohanes 3:18: Kasih sebagai Bukti Iman yang Sejati

Surat 1 Yohanes secara keseluruhan menekankan pentingnya hidup dalam terang dan kasih sebagai bukti bahwa seseorang benar-benar mengenal Allah. 1 Yohanes 3:18 muncul dalam konteks yang lebih luas, di mana Yohanes berbicara tentang bagaimana kasih yang sejati seharusnya terlihat dalam kehidupan orang percaya.

  • Ayat sebelumnya (1 Yohanes 3:16-17) berbicara tentang kasih yang rela berkorban, sebagaimana Kristus telah mengorbankan diri-Nya bagi kita.
  • Ayat 1 Yohanes 3:19-20 menegaskan bahwa kasih yang nyata adalah bukti dari hati yang benar di hadapan Allah.

John Calvin: Kasih sebagai Buah dari Iman Sejati

John Calvin dalam komentarnya tentang 1 Yohanes 3:18 menulis:

“Kasih sejati tidak hanya berupa perkataan, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Jika kasih hanya ada di bibir, maka itu adalah kepalsuan.”

Calvin menekankan bahwa kasih sejati lahir dari iman yang hidup. Iman yang sejati tidak mungkin tidak menghasilkan kasih yang aktif kepada sesama.

2. Kasih yang Nyata: Lebih dari Sekadar Kata-kata

Banyak orang berbicara tentang kasih, tetapi tidak semua orang benar-benar melakukannya dalam tindakan nyata. Yohanes mengingatkan bahwa kasih Kristen bukanlah sekadar janji manis atau kata-kata yang baik, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan yang konkret.

Yesus sendiri adalah teladan utama dalam hal ini. Yohanes 13:34-35 berkata:

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Kasih yang sejati harus terlihat dalam kehidupan nyata, bukan hanya dalam ucapan.

Jonathan Edwards: Kasih sebagai Bukti dari Kehidupan yang Ditebus

Jonathan Edwards dalam karyanya Charity and Its Fruits menekankan bahwa kasih bukan hanya tindakan moral, tetapi merupakan hasil dari pembaruan hati oleh Roh Kudus. Ia menulis:

“Kasih sejati hanya dapat muncul dalam hati yang telah diperbarui oleh anugerah Allah. Tanpa kelahiran baru, kasih akan tetap bersifat egois dan tidak sejati.”

Edwards mengajarkan bahwa tindakan kasih yang sejati bukanlah hasil usaha manusia semata, tetapi merupakan bukti dari karya keselamatan Allah dalam diri seseorang.

3. Kasih dalam Kebenaran: Mengapa Kebenaran Itu Penting?

1 Yohanes 3:18 tidak hanya berbicara tentang kasih dalam perbuatan, tetapi juga kasih dalam kebenaran. Ini berarti bahwa kasih Kristen tidak boleh hanya didasarkan pada perasaan atau belas kasihan manusia, tetapi harus berakar pada kebenaran Allah.

Paulus dalam Efesus 4:15 mengatakan:

“Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran dalam kasih, kita bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Kasih tanpa kebenaran bisa menjadi permisif, sedangkan kebenaran tanpa kasih bisa menjadi keras dan tidak berbelas kasihan.

Herman Bavinck: Kasih dan Kebenaran Tidak Dapat Dipisahkan

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa kasih Kristen harus selalu berjalan bersama dengan kebenaran. Ia menulis:

“Kasih tanpa kebenaran hanyalah perasaan sentimental yang kosong, dan kebenaran tanpa kasih hanyalah legalisme yang keras. Kedua hal ini harus selalu berjalan bersama.”

Ini berarti bahwa kasih Kristen harus didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran Allah yang dinyatakan dalam Alkitab.

4. Kasih dan Tindakan Sosial: Panggilan bagi Gereja

Kasih dalam tindakan bukan hanya berlaku dalam hubungan pribadi, tetapi juga dalam konteks komunitas dan masyarakat.

Yakobus 2:15-16 berkata:

“Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah pakaian yang hangat dan makanlah sampai kenyang!’ tetapi kamu tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”

Ini menunjukkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.

R.C. Sproul: Tanggung Jawab Sosial Orang Kristen

R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menekankan bahwa kekudusan Allah seharusnya mendorong kita untuk hidup dalam kasih yang nyata terhadap sesama. Ia menulis:

“Jika kita mengaku mengenal Allah yang kudus, kita harus menunjukkan kasih yang nyata kepada orang lain. Ketidaktahuan terhadap kebutuhan sesama adalah tanda bahwa kita belum memahami kekudusan Allah.”

Gereja dan individu Kristen memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan kasih Allah dalam kehidupan sosial, termasuk dalam membantu orang miskin, membela keadilan, dan mengasihi mereka yang tertindas.

5. Kasih dalam Apologetika: Menjawab Dunia dengan Kasih Kristus

Kasih yang nyata juga merupakan kesaksian yang kuat bagi dunia. Yesus berkata bahwa dunia akan mengenal murid-murid-Nya melalui kasih mereka (Yohanes 13:35).

Cornelius Van Til: Kasih sebagai Bentuk Apologetika

Cornelius Van Til dalam Christian Apologetics menekankan bahwa kasih yang nyata adalah salah satu argumen terbaik untuk membuktikan kebenaran Injil. Ia menulis:

“Dunia akan lebih percaya kepada kekristenan ketika mereka melihat kasih yang nyata dalam kehidupan umat percaya. Tidak ada argumen yang lebih kuat daripada kasih yang dipraktikkan.”

Ketika orang Kristen hidup dalam kasih yang nyata, mereka menjadi saksi yang kuat bagi kebenaran Injil.

6. Implikasi bagi Kehidupan Kristen

a. Hidup dalam Kasih yang Nyata

Orang Kristen dipanggil untuk tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi untuk hidup dalam kasih yang nyata setiap hari. Ini berarti:

  • Mengasihi keluarga dan teman dengan kesabaran dan pengorbanan.
  • Membantu mereka yang membutuhkan, baik dalam gereja maupun di luar gereja.
  • Memberikan waktu, tenaga, dan sumber daya bagi orang lain.

b. Kasih dalam Kebenaran

Kasih Kristen harus berakar dalam kebenaran Alkitab. Ini berarti:

  • Mengasihi tanpa kompromi terhadap dosa.
  • Menegur dengan kasih ketika ada yang menyimpang dari jalan Tuhan.
  • Tidak menyetujui ketidakbenaran hanya demi menjaga "kedamaian".

c. Kasih sebagai Kesaksian kepada Dunia

Kasih yang nyata adalah salah satu kesaksian terbaik bagi dunia. Ketika dunia melihat kasih sejati dalam kehidupan orang percaya, mereka akan lebih terbuka untuk mengenal Kristus.

Kesimpulan: Kasih yang Sejati dalam Perbuatan dan Kebenaran

1 Yohanes 3:18 mengajarkan bahwa kasih sejati bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan dan kebenaran.

Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. John Calvin menekankan bahwa kasih sejati adalah buah dari iman yang hidup.
  2. Jonathan Edwards melihat kasih sebagai hasil dari pembaruan hati oleh Roh Kudus.
  3. Herman Bavinck menekankan bahwa kasih harus berjalan bersama dengan kebenaran.
  4. R.C. Sproul mengajarkan bahwa kasih yang nyata adalah bagian dari tanggung jawab sosial orang Kristen.
  5. Cornelius Van Til melihat kasih sebagai bagian dari apologetika Kristen.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengasihi dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan kata-kata, dan untuk hidup dalam kasih yang berakar dalam kebenaran Allah.

“Kasih sejati adalah kasih yang berbuah dalam tindakan dan didasarkan pada kebenaran.”

Next Post Previous Post