2 Korintus 9:9: Kesetiaan Dalam Memberi
Pendahuluan:
Memberi adalah salah satu prinsip penting dalam kehidupan Kristen. Alkitab secara konsisten menekankan bahwa memberi bukan sekadar tindakan sosial, tetapi merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan. Dalam 2 Korintus 9:9, Rasul Paulus menulis:
“Seperti yang tertulis: ‘Ia telah membagi-bagikan, Ia telah memberi kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.’” (AYT)
Ayat ini mengutip Mazmur 112:9, yang menggambarkan karakter orang benar sebagai seseorang yang murah hati dan setia dalam memberi. Paulus menggunakan ayat ini untuk mengajarkan jemaat Korintus tentang pentingnya kemurahan hati dan kesetiaan dalam memberi sebagai bagian dari kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna ayat ini dalam konteksnya, bagaimana prinsip ini dipahami dalam teologi Reformed, serta bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga akan merujuk kepada pemikiran beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, Tim Keller, dan Jonathan Edwards.
1. Konteks 2 Korintus 9:9
A. Latar Belakang Historis
Surat 2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus sebagai bagian dari upayanya untuk menggalang bantuan bagi jemaat di Yerusalem yang mengalami kesulitan ekonomi. Paulus dalam pasal 8 dan 9 menasihati mereka agar memberi dengan sukarela, bukan karena paksaan.
Dalam 2 Korintus 9:6-10, Paulus menegaskan bahwa mereka yang memberi dengan murah hati akan mengalami kelimpahan dari Tuhan. Ia mengutip Mazmur 112:9 dalam ayat 9 untuk menunjukkan bahwa orang benar yang setia dalam memberi akan diberkati Tuhan dan dikenang selamanya.
B. Struktur dan Makna Kata dalam 2 Korintus 9:9
Ayat ini memiliki tiga bagian utama:
- "Ia telah membagi-bagikan"
- Memberi harus dilakukan secara teratur dan tidak terpusat pada satu momen saja.
- "Ia telah memberi kepada orang miskin"
- Menunjukkan bahwa pemberian harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu membantu mereka yang membutuhkan.
- "Kebenaran-Nya tetap untuk selamanya"
- Tindakan memberi bukan hanya berdampak secara sosial, tetapi juga bernilai kekal di hadapan Tuhan.
2. 2 Korintus 9:9 dalam Teologi Reformed
A. Allah sebagai Sumber Segala Berkat
Dalam teologi Reformed, Allah adalah sumber utama segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa segala yang kita miliki berasal dari Tuhan, dan kita hanyalah pengelola (steward).
"Kita tidak boleh menganggap kepemilikan kita sebagai sesuatu yang hanya untuk diri sendiri, tetapi harus membagikannya dengan orang lain sesuai dengan kehendak Tuhan." (John Calvin)
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menjelaskan bahwa kesetiaan dalam memberi mencerminkan kasih karunia Allah yang telah kita terima. Orang percaya memberi bukan karena mereka memiliki kelebihan, tetapi karena mereka memahami bahwa mereka telah lebih dulu menerima berkat dari Tuhan.
B. Memberi sebagai Tindakan Iman dan Kesetiaan
Dalam teologi Reformed, kesetiaan dalam memberi dipandang sebagai bukti iman yang sejati. R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa ketaatan dalam memberi adalah bagian dari kehidupan yang dikuduskan oleh Tuhan.
Tim Keller dalam Generous Justice menyoroti bahwa memberi bukan hanya tindakan kemurahan hati, tetapi juga bagian dari keadilan sosial yang harus diwujudkan oleh orang percaya. Orang benar tidak hanya memberi karena belas kasihan, tetapi juga karena mereka ingin merefleksikan keadilan dan kasih Tuhan dalam masyarakat.
Jonathan Edwards, dalam Christian Charity, menyatakan bahwa kesetiaan dalam memberi adalah refleksi dari kasih yang telah Allah tunjukkan kepada kita dalam Kristus.
3. Prinsip Alkitabiah tentang Kesetiaan dalam Memberi
A. Memberi dalam Perjanjian Lama
Pemberian dalam Mazmur 112
- Mazmur 112:9, yang dikutip dalam 2 Korintus 9:9, menggambarkan orang benar sebagai seseorang yang:
- Murah hati dalam membagikan berkatnya kepada orang miskin.
- Memiliki dampak kekal karena perbuatannya dikenang oleh Tuhan.
- Mazmur 112:9, yang dikutip dalam 2 Korintus 9:9, menggambarkan orang benar sebagai seseorang yang:
Hukum Taurat dan Memberi
- Ulangan 15:10 menegaskan pentingnya memberi dengan hati yang rela:
“Engkau harus memberinya dengan sukacita hatimu dan janganlah merasa enggan ketika memberinya, sebab karena hal itu, TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala sesuatu yang engkau lakukan.”
- Ulangan 15:10 menegaskan pentingnya memberi dengan hati yang rela:
B. Memberi dalam Perjanjian Baru
Yesus dan Prinsip Memberi
- Dalam Lukas 6:38, Yesus mengajarkan bahwa orang yang memberi akan menerima berkat dari Tuhan:
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang, dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu."
- Ini menunjukkan bahwa memberi bukan hanya menguntungkan penerima, tetapi juga membentuk karakter dan iman pemberi.
- Dalam Lukas 6:38, Yesus mengajarkan bahwa orang yang memberi akan menerima berkat dari Tuhan:
Jemaat Mula-mula dan Prinsip Kesetiaan dalam Memberi
- Kisah Para Rasul 2:44-45 menunjukkan bagaimana jemaat mula-mula berbagi segala sesuatu sehingga tidak ada yang berkekurangan.
4. Aplikasi 2 Korintus 9:9 dalam Kehidupan Kristen
A. Bagaimana Kita Bisa Setia dalam Memberi?
- Mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah
- Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah pemberian Tuhan, kita akan lebih rela memberi.
- Memberi dengan iman, bukan dengan ketakutan
- Kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita ketika kita memberi dengan setia.
- Menjadikan memberi sebagai gaya hidup
- Tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan kasih kepada sesama.
B. Memberi dalam Konteks Gereja
Gereja harus menjadi tempat di mana prinsip memberi dengan kesetiaan dipraktikkan. Kisah Para Rasul 2:44-45 menunjukkan bahwa gereja mula-mula berbagi segala sesuatu sehingga tidak ada yang berkekurangan.
R.C. Sproul menegaskan bahwa gereja harus menjadi komunitas yang saling mendukung, baik secara rohani maupun praktis melalui pemberian yang tulus.
Kesimpulan
2 Korintus 9:9 mengajarkan bahwa kesetiaan dalam memberi bukan hanya tindakan sosial, tetapi bagian dari ibadah dan kebenaran yang kekal di hadapan Tuhan. Beberapa prinsip utama yang bisa kita pelajari:
- Allah adalah sumber segala sesuatu – Memberi bukanlah sekadar tindakan sosial, tetapi merupakan respons terhadap kasih karunia Allah.
- Memberi adalah tindakan iman – Kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita ketika kita memberi dengan setia.
- Memberi memiliki dampak kekal – Tindakan memberi bukan hanya membantu sesama, tetapi juga memiliki nilai kekal di mata Tuhan.
- Gereja harus menjadi contoh dalam memberi – Gereja harus mendorong budaya memberi yang didasarkan pada kasih dan keadilan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama melalui kesetiaan dalam memberi, sehingga kita dapat memuliakan nama Tuhan melalui tindakan kita.