Allah Yang Mahatinggi: Kejadian 14:18-22
Pendahuluan:
Dalam Kejadian 14:18-22, kita diperkenalkan dengan salah satu gelar Allah yang unik, yaitu "Allah Yang Mahatinggi" (Ibrani: El Elyon). Gelar ini pertama kali muncul dalam Kitab Kejadian melalui pertemuan antara Abram dan Melkisedek. Peristiwa ini sarat dengan makna teologis yang mendalam, terutama dalam tradisi Reformed yang sangat menekankan supremasi dan kedaulatan Allah.
Artikel ini akan menguraikan makna dari "Allah Yang Mahatinggi" dalam konteks Kejadian 14:18-22 dengan merujuk kepada beberapa pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul. Kita juga akan melihat bagaimana pengajaran ini berkaitan dengan pemahaman keselamatan dan penggenapannya dalam Kristus.
I. Teks Kejadian 14:18-22
Mari kita lihat teks Kejadian 14:18-22 dalam versi AYT:18 Kemudian, Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur. Dia adalah imam Allah Yang Mahatinggi.19 Dia memberkati Abram dan berkata, “Diberkatilah Abram dari Allah Yang Mahatinggi, Sang Pemilik langit dan bumi.20 Terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuh-musuhmu ke dalam tanganmu.” Kemudian, Abram menyerahkan sepersepuluh dari segala sesuatunya kepada Melkisedek.21 Kemudian, Raja Sodom berkata kepada Abram, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, tetapi ambillah barang-barang itu untuk dirimu sendiri.”22 Akan tetapi, Abram berkata kepada Raja Sodom, “Aku telah mengangkat tanganku kepada TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Sang Pemilik langit dan bumi.”Dari teks ini, kita dapat melihat bagaimana Abram mengakui kedaulatan Allah dengan menolak tawaran Raja Sodom dan memberikan persepuluhan kepada Melkisedek.
II. Makna "Allah Yang Mahatinggi" (El Elyon)
1. Supremasi Allah dalam Seluruh Penciptaan
Gelar El Elyon menekankan bahwa Allah adalah yang tertinggi di atas segala sesuatu. Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa gelar ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya lebih tinggi dari dewa-dewa bangsa lain, tetapi juga berdaulat atas segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.
Abram, dengan mengakui El Elyon, menolak segala bentuk penyembahan berhala yang ada pada zamannya dan menegaskan bahwa hanya ada satu Allah sejati yang mengatur segala sesuatu.
2. Allah sebagai Pemilik Langit dan Bumi
Melkisedek menyebut Allah sebagai "Sang Pemilik langit dan bumi" (Kejadian 14:19). Ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya Tuhan bagi orang Israel, tetapi Tuhan atas seluruh umat manusia. Ini beresonansi dengan ajaran Calvin tentang Providensia Ilahi (De Providentia Dei), di mana Allah memerintah segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.
Calvin dalam Commentary on Genesis menjelaskan bahwa Abram dengan sengaja menolak tawaran Raja Sodom karena dia ingin menunjukkan bahwa kekayaannya berasal dari Tuhan, bukan dari manusia. Dengan kata lain, Abram mengandalkan El Elyon sebagai sumber berkatnya, bukan kekuatan duniawi.
3. Allah yang Memberi Kemenangan
Melkisedek memberkati Abram dan berkata bahwa Allah Yang Mahatinggi telah menyerahkan musuh-musuh ke dalam tangannya (Kejadian 14:20). Ini menunjukkan bahwa kemenangan bukanlah hasil dari usaha manusia semata, tetapi karena Allah sendiri yang bertindak.
R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menekankan bahwa kemenangan rohani tidak pernah menjadi hasil dari kebijaksanaan atau kekuatan manusia, tetapi selalu merupakan anugerah Tuhan. Ini juga berlaku dalam konteks perang rohani, di mana kita tidak dapat mengandalkan diri sendiri tetapi harus bergantung pada El Elyon.
III. Melkisedek sebagai Bayangan Kristus
Penampakan Melkisedek dalam Kejadian 14 memiliki makna kristologis yang sangat mendalam. Dalam Ibrani 7, Melkisedek disebut sebagai gambaran dari Yesus Kristus, Imam Besar yang sempurna.
1. Melkisedek sebagai Imam dan Raja
Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (Kejadian 14:18). Ini adalah kombinasi unik karena dalam hukum Taurat, seorang imam tidak bisa menjadi raja, dan sebaliknya. Namun, dalam Kristus, kedua peran ini bersatu: Dia adalah Raja di atas segala raja dan Imam Besar kita yang kekal.
John Owen, dalam tafsirannya terhadap kitab Ibrani, menjelaskan bahwa Melkisedek adalah gambaran dari Kristus karena:
- Tidak memiliki asal-usul yang diketahui, seperti Kristus yang kekal.
- Memberikan berkat kepada Abram, seperti Kristus yang memberikan berkat rohani kepada umat-Nya.
- Menerima persepuluhan, yang menunjukkan otoritasnya sebagai imam.
2. Roti dan Anggur sebagai Lambang Perjanjian Baru
Melkisedek membawa roti dan anggur (Kejadian 14:18), yang dalam terang Perjanjian Baru dapat dikaitkan dengan Perjamuan Kudus yang diperkenalkan oleh Yesus. Roti dan anggur ini bukan sekadar makanan biasa, tetapi merupakan simbol dari pemeliharaan Allah dan pengorbanan Kristus di kayu salib.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyebutkan bahwa Melkisedek melambangkan Kristus, yang memberikan "roti kehidupan" kepada umat-Nya dan membawa mereka ke dalam hubungan yang lebih dalam dengan Allah.
IV. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Mengakui Kedaulatan Allah dalam Segala Hal
Seperti Abram yang mengakui El Elyon, kita pun dipanggil untuk berserah kepada kedaulatan Allah dalam hidup kita. Dalam tradisi Reformed, ini disebut Doktrin Kedaulatan Allah, di mana segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.
Jonathan Edwards dalam The Freedom of the Will mengajarkan bahwa pengakuan terhadap kedaulatan Allah membawa ketenangan batin karena kita tahu bahwa semua yang terjadi ada dalam rencana Tuhan yang sempurna.
2. Menyembah Allah dengan Ketulusan
Abram memberikan persepuluhan kepada Melkisedek sebagai bentuk penyembahan kepada Allah. Ini mengajarkan kita bahwa penyembahan sejati melibatkan pengorbanan dan pengabdian total kepada Tuhan.
3. Percaya kepada Kristus sebagai Imam dan Raja
Yesus adalah penggenapan dari Melkisedek, yang memberikan kemenangan sejati atas dosa dan maut. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menaruh iman kita kepada-Nya dan hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya.
Kesimpulan
Gelar El Elyon dalam Kejadian 14:18-22 menekankan supremasi, kedaulatan, dan kepemilikan Allah atas seluruh alam semesta. Melkisedek, sebagai imam Allah Yang Mahatinggi, menjadi gambaran dari Kristus, Imam Besar kita yang kekal.
Para teolog Reformed seperti Calvin, Bavinck, dan Sproul menegaskan bahwa pengakuan terhadap kedaulatan Allah adalah dasar dari iman Kristen. Sebagai orang percaya, kita diajak untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada El Elyon, percaya bahwa Dia yang memegang kendali atas segala sesuatu.
“Sebab Tuhan Mahatinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.” (Mazmur 47:2)