Dampak dari Mukjizat: Yohanes 11:45-46
Pendahuluan:
Yohanes 11:45-46 mencatat dua respons berbeda terhadap mukjizat kebangkitan Lazarus. Meskipun banyak yang percaya kepada Yesus setelah menyaksikan mukjizat ini, ada juga yang memilih melaporkan tindakan Yesus kepada orang-orang Farisi, yang kemudian mempercepat rencana mereka untuk membunuh-Nya.
"Orang-orang Yahudi yang datang mengunjungi Maria, dan melihat apa yang telah Yesus lakukan, menjadi percaya kepada-Nya." (Yohanes 11:45, AYT)
"Akan tetapi, beberapa dari mereka mendatangi orang-orang Farisi dan memberi tahu mereka apa yang telah dilakukan Yesus." (Yohanes 11:46, AYT)
Dalam perspektif teologi Reformed, perikop ini menegaskan bahwa mukjizat tidak selalu membawa semua orang kepada iman sejati, tetapi justru menjadi alat dalam kedaulatan Allah untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
Artikel ini akan membahas secara mendalam makna Yohanes 11:45-46, bagaimana mukjizat dapat menimbulkan respons yang beragam, serta bagaimana pemahaman ini membentuk teologi keselamatan dalam iman Kristen.
Eksposisi Yohanes 11:45-46
1. "Banyak yang Melihat Apa yang Telah Yesus Lakukan, Menjadi Percaya kepada-Nya" (Yohanes 11:45)
Setelah kebangkitan Lazarus, banyak orang Yahudi yang menjadi percaya kepada Yesus.
Apa arti “percaya” dalam konteks ini?
- Iman sejati – Ada yang benar-benar melihat kemuliaan Allah dalam mukjizat ini dan menerima Yesus sebagai Mesias.
- Iman yang dangkal – Beberapa orang mungkin hanya percaya pada Yesus sebagai nabi atau sosok luar biasa, tetapi belum sepenuhnya menerima-Nya sebagai Tuhan.
- Tanda bahwa mukjizat memiliki dampak besar – Kebangkitan Lazarus adalah salah satu mukjizat terbesar yang Yesus lakukan sebelum penyaliban-Nya, yang semakin meneguhkan identitas-Nya sebagai Anak Allah.
John Calvin dalam Commentary on John menulis:"Mukjizat hanya dapat membawa seseorang kepada iman sejati jika Roh Kudus bekerja di dalam hatinya. Banyak yang melihat mukjizat, tetapi tidak semua yang melihat akan percaya dengan iman yang menyelamatkan."
Dengan kata lain, mukjizat dapat menarik perhatian manusia, tetapi iman sejati hanya lahir dari pekerjaan Roh Kudus.
2. "Beberapa dari Mereka Mendatangi Orang-Orang Farisi" (Yohanes 11:46)
Tidak semua orang yang melihat mukjizat ini menjadi percaya kepada Yesus. Sebagian justru melaporkan tindakan Yesus kepada orang-orang Farisi.
Mengapa ada yang menolak Yesus meskipun sudah melihat mukjizat-Nya?
- Hati yang keras dan tidak mau bertobat – Seperti yang terlihat dalam kehidupan orang-orang Farisi, mereka menolak Yesus meskipun sudah melihat bukti nyata kuasa-Nya (Matius 12:24).
- Ketakutan akan perubahan – Jika Yesus benar-benar adalah Mesias, maka mereka harus meninggalkan sistem hukum Taurat yang sudah mereka pegang erat.
- Dikotomi antara terang dan gelap – Yohanes sering kali menggambarkan bahwa kehadiran Yesus memisahkan orang-orang menjadi dua kelompok: mereka yang menerima terang dan mereka yang menolak terang (Yohanes 3:19-20).
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan:"Dosa tidak hanya membuat manusia buta terhadap kebenaran, tetapi juga menimbulkan kebencian terhadap terang yang datang dari Allah."
Penolakan terhadap Yesus bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati manusia yang secara alami melawan kebenaran Allah (Roma 8:7).
Dua Respons terhadap Mukjizat: Iman dan Penolakan
1. Mukjizat yang Membawa kepada Iman Sejati
- Mukjizat sering kali menjadi alat Allah untuk meneguhkan kebenaran Injil (Ibrani 2:3-4).
- Namun, iman sejati bukan hanya percaya karena melihat mukjizat, tetapi karena pekerjaan Roh Kudus dalam hati manusia (Efesus 2:8-9).
- Kebangkitan Lazarus menjadi bayangan dari kebangkitan Kristus, yang menjadi dasar iman Kristen.
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menulis:"Iman yang sejati tidak bergantung pada pengalaman atau tanda lahiriah, tetapi pada pengenalan akan Kristus yang sejati dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati."
Mereka yang benar-benar percaya tidak hanya terpukau oleh mukjizat, tetapi juga melihat kemuliaan Kristus dalam Injil-Nya.
2. Mukjizat yang Justru Membawa kepada Penolakan
- Orang-orang Farisi melihat mukjizat Yesus sebagai ancaman terhadap otoritas mereka (Yohanes 11:47-48).
- Alih-alih bertobat, mereka malah merencanakan untuk membunuh Yesus (Yohanes 11:53).
- Ini menunjukkan bahwa bukti lahiriah saja tidak cukup untuk membawa seseorang kepada iman sejati.
John MacArthur dalam Biblical Doctrine menegaskan:"Kebenaran Allah selalu memisahkan antara mereka yang dipilih untuk percaya dan mereka yang tetap dalam ketidakpercayaan mereka."
Respon negatif terhadap mukjizat ini menjadi alat dalam kedaulatan Allah untuk menggenapi rencana keselamatan melalui penyaliban Kristus.
Makna Teologis dalam Teologi Reformed
1. Kedaulatan Allah dalam Pekerjaan Keselamatan
- Tidak semua orang yang melihat mukjizat akan percaya, karena iman sejati adalah pemberian Allah (Yohanes 6:44).
- Allah memakai respons manusia (baik positif maupun negatif) untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
2. Mukjizat Bukan Dasar Iman, tetapi Bukti Karya Allah
- Iman yang sejati tidak didasarkan pada mukjizat, tetapi pada Injil dan pekerjaan Roh Kudus.
- Mukjizat hanyalah sarana untuk meneguhkan kebenaran Injil, bukan tujuan akhir.
3. Penolakan terhadap Yesus adalah Bagian dari Rencana Allah
- Penolakan terhadap Yesus oleh orang-orang Farisi mengarah kepada penyaliban-Nya, yang justru menjadi alat untuk membawa keselamatan bagi umat pilihan-Nya.
- Ini menggenapi nubuat dalam Yesaya 53:3, bahwa Mesias akan ditolak oleh banyak orang.
Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan kita?
1. Jangan Mengandalkan Mukjizat sebagai Dasar Iman
- Iman sejati tidak bergantung pada pengalaman supranatural, tetapi pada firman Tuhan yang hidup (Roma 10:17).
- Kita harus berakar dalam kebenaran Injil, bukan dalam tanda-tanda lahiriah.
2. Bersiap Menghadapi Penolakan karena Kristus
- Sama seperti Yesus ditolak meskipun melakukan mukjizat besar, orang percaya juga akan menghadapi penolakan karena iman mereka (2 Timotius 3:12).
- Kita harus tetap berpegang teguh pada Injil, meskipun dunia menolak kita.
3. Percaya pada Kedaulatan Allah dalam Keselamatan
- Tidak semua orang akan menerima Injil, tetapi Allah bekerja melalui semua hal untuk menggenapi rencana-Nya.
- Tugas kita adalah memberitakan Injil, sedangkan keselamatan adalah pekerjaan Tuhan.
Kesimpulan
Yohanes 11:45-46 menunjukkan bahwa mukjizat dapat menghasilkan dua respons yang berbeda: iman sejati dan penolakan.
Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:
- Mukjizat bukanlah dasar iman, tetapi alat untuk meneguhkan kebenaran Injil.
- Iman sejati hanya bisa lahir dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati manusia.
- Penolakan terhadap Kristus adalah bagian dari kedaulatan Allah dalam menggenapi rencana keselamatan.
Sebagai orang percaya, kita harus berakar dalam kebenaran firman Tuhan, siap menghadapi penolakan, dan mempercayai kedaulatan Allah dalam segala hal.
