Injil dan Kepedulian Sosial: Galatia 2:7-10
Pendahuluan:
Surat Galatia merupakan salah satu tulisan Rasul Paulus yang memiliki pengaruh besar dalam doktrin keselamatan oleh iman semata. Dalam Galatia 2:7-10, Paulus menjelaskan tentang panggilannya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, serta kesepakatan antara dirinya dengan para rasul lainnya seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ayat ini menjadi kunci dalam memahami bagaimana Allah menggunakan Paulus sebagai rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.
Artikel ini akan mengupas Galatia 2:7-10 dari perspektif beberapa ahli teologi Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof, serta menghubungkannya dengan prinsip-prinsip dasar teologi Reformed.
Teks Galatia 2:7-10 (AYT):"Sebaliknya, mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan Injil untuk orang-orang yang tidak bersunat, sama seperti Petrus yang dipercayakan Injil untuk orang-orang yang bersunat." (Galatia 2:7)"Sebab, Ia yang telah bekerja melalui Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang bekerja melalui aku untuk menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi." (Galatia 2:8)"Setelah Yakobus, Petrus, dan Yohanes, yang dipandang sebagai saka guru bagi jemaat menyadari anugerah yang diberikan kepadaku, mereka memberikan tangan kanan persekutuan kepada Barnabas dan kepadaku supaya kami pergi kepada orang-orang bukan Yahudi, sedangkan mereka pergi kepada orang-orang bersunat." (Galatia 2:9)"Mereka hanya meminta kami untuk ingat kepada orang-orang miskin, satu hal yang aku sendiri sangat bersemangat untuk melakukannya." (Galatia 2:10)1. Pemisahan Pelayanan Paulus dan Petrus dalam Rencana Allah
Dalam Galatia 2:7, Paulus menyatakan bahwa dirinya telah dipercayakan Injil kepada orang-orang yang tidak bersunat (bangsa-bangsa lain), sedangkan Petrus kepada orang-orang yang bersunat (orang Yahudi).
John Calvin: Penetapan Allah dalam Pelayanan Injil
John Calvin dalam Commentary on Galatians menegaskan bahwa pemisahan pelayanan Paulus dan Petrus bukan berarti ada dua Injil yang berbeda, melainkan strategi ilahi dalam penyebaran kabar keselamatan. Menurut Calvin:
"Paulus dan Petrus mengemban tugas yang sama, tetapi dengan audiens yang berbeda. Injil tetap satu, namun cara dan tujuan pelayanan ditetapkan sesuai dengan kehendak Allah."
Calvin menekankan bahwa Allah secara khusus memilih Paulus untuk menjangkau bangsa-bangsa non-Yahudi, sebagaimana Ia memilih Petrus untuk orang Yahudi. Ini menunjukkan kedaulatan Allah dalam pemilihan rasul dan strategi-Nya dalam menyebarkan Injil.
Herman Bavinck: Kesatuan Injil dalam Beragam Konteks
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyoroti bahwa perbedaan antara Paulus dan Petrus bukanlah bentuk dualisme dalam penyebaran Injil, melainkan ekspresi dari universalitas rencana keselamatan Allah. Menurut Bavinck:
"Keselamatan melalui iman kepada Kristus tidak terbatas pada satu bangsa saja. Allah menggunakan berbagai sarana dan orang-orang tertentu untuk mencapai tujuan-Nya dalam sejarah keselamatan."
Hal ini menegaskan bahwa Injil tidak terikat oleh batasan budaya atau tradisi tertentu, melainkan diperuntukkan bagi semua orang.
2. Pekerjaan Allah Melalui Para Rasul (Galatia 2:8)
Paulus menekankan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Petrus dan dirinya berasal dari Allah yang sama. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam target pelayanan mereka, sumber otoritas dan kuasa tetaplah satu.
Louis Berkhof: Allah yang Berdaulat dalam Pelayanan
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menyatakan bahwa Allah-lah yang secara aktif bekerja melalui para rasul untuk melaksanakan rencana keselamatan-Nya. Ia menulis:
"Pelayanan Paulus dan Petrus merupakan contoh bagaimana Allah bekerja melalui hamba-hamba-Nya dengan cara yang berbeda, tetapi tetap dalam kesatuan tujuan keselamatan yang telah ditetapkan sejak kekekalan."
Dalam pandangan Berkhof, Allah secara aktif menggunakan setiap individu sesuai dengan panggilan khusus yang telah Ia tetapkan bagi mereka.
3. Pengakuan dan Kesatuan dalam Tubuh Kristus (Galatia 2:9)
Ayat ini menunjukkan bagaimana Yakobus, Petrus, dan Yohanes—yang dianggap sebagai pemimpin jemaat—mengakui anugerah yang diberikan kepada Paulus dan Barnabas. Mereka memberi "tangan kanan persekutuan," yang merupakan simbol penerimaan dan persetujuan bahwa Paulus dipanggil bagi bangsa-bangsa lain.
Calvin: Kesatuan dalam Keanekaragaman
Calvin menekankan bahwa persekutuan ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan fokus dalam pelayanan, mereka tetap bersatu dalam Injil yang sama. Ia berkata:
"Meskipun ada perbedaan dalam panggilan dan tugas, semua rasul mengakui anugerah yang sama bekerja dalam mereka, membuktikan bahwa tidak ada perpecahan dalam tubuh Kristus."
Ini menegaskan prinsip Reformed bahwa gereja harus bersatu dalam doktrin yang benar, meskipun memiliki perbedaan dalam pelayanan dan strategi.
Bavinck: Prinsip Otoritas dalam Gereja
Bavinck menambahkan bahwa keputusan para rasul untuk memberikan tangan kanan persekutuan kepada Paulus menunjukkan bagaimana gereja awal memiliki sistem otoritas yang didasarkan pada pengakuan akan panggilan Allah. Hal ini menandakan bahwa pelayanan Paulus bukan hasil usaha manusia, melainkan penetapan ilahi.
4. Kepedulian terhadap Orang Miskin (Galatia 2:10)
Para rasul meminta Paulus dan Barnabas untuk tetap mengingat orang miskin, dan Paulus menyatakan bahwa ini adalah sesuatu yang ia sendiri bersemangat untuk lakukan.
Berkhof: Keterpaduan Injil dan Kasih
Berkhof menekankan bahwa kepedulian terhadap orang miskin bukan hanya tindakan sosial, tetapi merupakan bagian dari misi Injil itu sendiri. Ia menulis:
"Perintah untuk memperhatikan orang miskin menunjukkan bahwa Injil bukan hanya tentang keselamatan rohani, tetapi juga tentang pembaruan hidup manusia secara menyeluruh."
Dengan kata lain, pelayanan Kristen tidak boleh terpisah dari kepedulian terhadap mereka yang lemah dan membutuhkan.
Calvin: Tanda Kasih dalam Gereja
Calvin juga menyoroti bagaimana kepedulian terhadap orang miskin merupakan tanda nyata dari kasih dalam gereja. Ia menulis:
"Gereja yang sejati bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga menunjukkan kasih Kristus dalam tindakan nyata, terutama bagi mereka yang kurang beruntung."
Hal ini mencerminkan ajaran Kristus sendiri yang menekankan kasih kepada sesama sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati.
Kesimpulan
Dari perspektif teologi Reformed, Galatia 2:7-10 menyoroti beberapa prinsip penting:
- Pemisahan pelayanan Paulus dan Petrus menunjukkan kedaulatan Allah dalam menetapkan tugas bagi hamba-hamba-Nya (Calvin, Bavinck).
- Allah bekerja melalui rasul-rasul-Nya, dan pelayanan mereka adalah bagian dari rencana kekal-Nya (Berkhof).
- Kesatuan dalam gereja harus didasarkan pada Injil yang sama, meskipun terdapat perbedaan strategi pelayanan (Calvin, Bavinck).
- Kepedulian terhadap orang miskin adalah bagian integral dari Injil, bukan hanya tugas sosial (Berkhof, Calvin).
Melalui ayat ini, kita dapat melihat bahwa dalam rencana keselamatan, Allah berdaulat dalam menentukan siapa yang akan Ia gunakan, tetapi setiap orang dipanggil untuk bekerja sama dalam kesatuan tubuh Kristus, sambil tetap mengingat panggilan untuk mengasihi dan melayani sesama.
