Kisah Anak yang Hilang: Kasih Karunia Allah

Kisah Anak yang Hilang: Kasih Karunia Allah

Pendahuluan:

Salah satu perumpamaan paling terkenal yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah Kisah Anak yang Hilang, yang terdapat dalam Lukas 15:11-32. Perumpamaan ini menggambarkan kejatuhan manusia, pertobatan sejati, dan kasih karunia Allah yang luar biasa. Dalam teologi Reformed, kisah ini mencerminkan doktrin anugerah Allah yang tidak dapat ditolak, natur manusia yang berdosa, dan pemulihan oleh kasih Allah yang berdaulat.

Perumpamaan ini tidak hanya berbicara tentang seorang anak yang meninggalkan rumah dan akhirnya kembali, tetapi juga menggambarkan hati Allah yang penuh kasih bagi orang berdosa. Kita akan membahas kisah ini dalam tiga bagian utama:

  1. Pemberontakan Anak Bungsu dan Natur Dosa Manusia
  2. Pertobatan Sejati dan Kedaulatan Kasih Karunia Allah
  3. Respon Sang Bapa dan Kontras dengan Anak Sulung

Melalui artikel ini, kita akan melihat bagaimana teologi Reformed menafsirkan perumpamaan ini dalam terang kasih karunia dan kedaulatan Allah.

1. Pemberontakan Anak Bungsu dan Natur Dosa Manusia

Perumpamaan ini dimulai dengan seorang ayah yang memiliki dua anak laki-laki. Anak bungsu meminta bagian warisannya dan pergi jauh ke negeri asing untuk menjalani kehidupan yang penuh dosa.

“Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.” Lalu bapa itu membagi-bagikan harta kekayaannya di antara mereka.” (Lukas 15:12)

Dalam teologi Reformed, permintaan anak bungsu ini menggambarkan natur dosa manusia yang ingin memberontak terhadap Allah. Manusia, dalam keberdosaannya, sering ingin menikmati dunia ini tanpa peduli terhadap Tuhan, sama seperti anak bungsu yang ingin hidup terlepas dari rumah ayahnya.

a) Kejatuhan Manusia dan Total Depravity (Kerusakan Total)

Dalam Roma 3:10-12, Rasul Paulus berkata:“Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna.”

Ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya berdosa dan ingin menjauh dari Allah. Keinginan anak bungsu untuk hidup mandiri dari ayahnya menggambarkan keinginan manusia yang berdosa untuk menjauh dari Allah dan hidup menurut kehendaknya sendiri.

b) Akibat Pemberontakan: Kekosongan dan Kehancuran

Anak bungsu menghabiskan seluruh warisannya dalam kehidupan yang liar dan penuh dosa, hingga akhirnya ia jatuh miskin dan harus bekerja memberi makan babi (Lukas 15:14-16). Dalam konteks Yahudi, ini adalah penghinaan terbesar, karena babi dianggap najis.

Hal ini menggambarkan bahwa dosa membawa kehancuran dan keterasingan total dari Allah. Dunia menawarkan kenikmatan sesaat, tetapi akhirnya hanya membawa penderitaan dan kehampaan.

Aplikasi bagi kita:

  • Ketika manusia hidup jauh dari Allah dan mencari kepuasan dalam dunia, pada akhirnya mereka akan mengalami kekosongan.
  • Dosa selalu membawa kehancuran, seperti yang dialami anak bungsu dalam kisah ini.

2. Pertobatan Sejati dan Kedaulatan Kasih Karunia Allah

Ketika anak bungsu menyadari keadaannya yang menyedihkan, ia mulai merenungkan hidupnya dan mengambil keputusan untuk kembali kepada ayahnya.

“Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap Bapa.” (Lukas 15:18)

a) Karya Roh Kudus dalam Pertobatan (Irresistible Grace – Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak)

Dalam teologi Reformed, pertobatan sejati bukanlah hasil dari kehendak manusia sendiri, tetapi merupakan karya Roh Kudus yang membangkitkan kesadaran akan dosa.

Efesus 2:4-5 berkata:“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan.”

Ini menunjukkan bahwa pertobatan anak bungsu adalah hasil dari kasih karunia Allah yang menariknya kembali.

b) Ciri-ciri Pertobatan Sejati

  1. Kesadaran akan Dosa – Anak bungsu menyadari bahwa ia telah berdosa terhadap Allah dan ayahnya (Lukas 15:18).
  2. Merendahkan Diri – Ia tidak lagi merasa layak disebut anak (Lukas 15:19).
  3. Perubahan Arah – Ia benar-benar kembali kepada ayahnya (Lukas 15:20).

Ini menunjukkan bahwa pertobatan sejati bukan hanya perasaan bersalah, tetapi perubahan hati yang nyata.

Aplikasi bagi kita:

  • Kita tidak dapat bertobat dengan kekuatan sendiri, tetapi hanya oleh anugerah Allah.
  • Pertobatan sejati melibatkan pengakuan dosa dan perubahan hidup.

3. Respon Sang Bapa dan Kontras dengan Anak Sulung

Ketika anak bungsu pulang, ayahnya berlari menemuinya, memeluknya, dan memberinya pakaian baru, cincin, dan perjamuan pesta (Lukas 15:20-24).

Ini menggambarkan kasih karunia Allah yang luar biasa bagi orang berdosa.“Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Lukas 15:24)

a) Doktrin Pembenaran oleh Iman (Justification by Faith)

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Allah membenarkan orang berdosa bukan karena usaha mereka, tetapi karena kasih karunia-Nya.

Roma 5:1 berkata:“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Sama seperti anak bungsu yang diterima kembali tanpa syarat, demikian juga orang percaya dibenarkan oleh iman kepada Kristus, bukan oleh perbuatan mereka.

b) Sikap Anak Sulung dan Legalisme

Sementara ayahnya bersukacita, anak sulung marah dan menolak masuk ke dalam rumah (Lukas 15:28). Ia merasa lebih layak menerima kasih ayahnya karena ia selalu taat dan tidak pernah meninggalkan rumah.

Ini menggambarkan legalisme dan sikap orang Farisi, yang mengandalkan perbuatan mereka sendiri untuk mendapatkan kasih Allah.

Dalam Roma 9:16, Paulus berkata:“Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”

Anak sulung gagal memahami kasih karunia, yang diberikan bukan karena jasa manusia, tetapi karena kebaikan Allah.

Aplikasi bagi kita:

  • Jangan menjadi seperti anak sulung yang merasa lebih baik dari orang lain.
  • Kita harus bersukacita ketika seseorang bertobat dan kembali kepada Tuhan.

Kesimpulan

Kisah Anak yang Hilang adalah gambaran indah tentang kasih karunia Allah dalam menyelamatkan orang berdosa. Dari kisah ini, kita belajar:

  1. Natur manusia yang berdosa selalu ingin memberontak dan menjauh dari Allah.
  2. Pertobatan sejati adalah karya Roh Kudus yang mengubahkan hati seseorang.
  3. Allah menerima kita bukan karena perbuatan kita, tetapi karena kasih karunia-Nya.
  4. Kita tidak boleh menjadi seperti anak sulung yang merasa lebih layak dibanding orang lain.

Marilah kita hidup dalam kasih karunia Allah, bersyukur atas keselamatan yang kita terima, dan bersukacita dalam kasih-Nya yang tidak terbatas! Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post