Kisah Para Rasul 9:10: Ketaatan Ananias dan Panggilan Tuhan
Pendahuluan:
Kisah Para Rasul 9:10 berbunyi:“Pada waktu itu, ada seorang murid di Damsyik, bernama Ananias. Tuhan berbicara kepadanya dalam sebuah penglihatan, ‘Ananias!’ Maka, Ananias berkata, ‘Ini aku, Tuhan.’” (Kisah Para Rasul 9:10, AYT)
Ayat ini adalah bagian dari kisah pertobatan Saulus (Paulus), di mana Tuhan memanggil seorang murid bernama Ananias untuk menumpangkan tangan kepada Saulus yang saat itu sedang dalam keadaan buta setelah perjumpaannya dengan Yesus di jalan menuju Damsyik.
Ananias adalah tokoh yang tidak terlalu terkenal, tetapi peranannya sangat penting dalam rencana Tuhan. Ketaatannya untuk mendatangi Saulus—orang yang sebelumnya menganiaya gereja—menunjukkan keberanian dan iman yang besar.
Dalam artikel ini, kita akan menggali makna mendalam dari Kisah Para Rasul 9:10 berdasarkan kajian teologis para pakar Reformed, memahami implikasi teologisnya, serta bagaimana prinsip ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Konteks Kisah Para Rasul 9:10
1. Pertobatan Saulus dan Perannya dalam Gereja
Sebelum peristiwa ini, Saulus adalah seorang penganiaya gereja yang fanatik. Ia memiliki izin dari imam besar untuk menangkap orang-orang Kristen di Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-2). Namun, dalam perjalanannya, ia mengalami perjumpaan supranatural dengan Yesus, yang menyebabkan ia buta (Kisah Para Rasul 9:3-9).
Di saat yang sama, Tuhan berbicara kepada Ananias, seorang murid di Damsyik, untuk mendatangi Saulus dan menumpangkan tangan kepadanya supaya ia dapat melihat kembali dan dipenuhi Roh Kudus.
2. Ananias: Murid yang Taat dan Berani
Ananias bukan seorang rasul atau pemimpin besar dalam gereja, tetapi ia dipilih oleh Tuhan untuk melayani Saulus. Awalnya, ia ragu karena mengetahui reputasi Saulus yang kejam terhadap orang Kristen (Kisah Para Rasul 9:13-14). Namun, ketika Tuhan menyatakan bahwa Saulus akan menjadi alat pilihan-Nya, Ananias memilih untuk taat.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa panggilan Tuhan sering kali datang dalam cara yang tidak terduga dan menguji iman serta ketaatan orang percaya.
Kisah ini menegaskan bahwa Tuhan sering memakai orang biasa untuk melakukan pekerjaan luar biasa.
Eksposisi Kisah Para Rasul 9:10
1. “Pada waktu itu, ada seorang murid di Damsyik, bernama Ananias”
Frasa ini menunjukkan bahwa Ananias bukanlah rasul atau pemimpin besar dalam gereja, tetapi seorang murid biasa.
John Calvin dalam Commentary on Acts menekankan bahwa Tuhan sering menggunakan orang-orang biasa untuk melakukan pekerjaan luar biasa dalam rencana-Nya.
1 Korintus 1:27 berkata:“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk mempermalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk mempermalukan apa yang kuat.”
Ini menunjukkan bahwa ketaatan lebih penting daripada status dalam pelayanan Tuhan.
2. “Tuhan berbicara kepadanya dalam sebuah penglihatan”
Di sini, Tuhan menggunakan penglihatan sebagai sarana komunikasi.
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menjelaskan bahwa Tuhan berbicara kepada umat-Nya dengan berbagai cara, tetapi respons ketaatan yang menunjukkan iman sejati.
Hebrews 1:1-2 menegaskan bahwa Tuhan telah berbicara melalui para nabi di masa lalu, tetapi sekarang Dia berbicara melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.
3. “‘Ananias!’ Maka, Ananias berkata, ‘Ini aku, Tuhan.’”
Respon Ananias adalah “Ini aku, Tuhan”, yang mirip dengan jawaban nabi Yesaya dalam Yesaya 6:8:“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka aku menjawab, ‘Ini aku, utuslah aku!’”
Martin Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menjelaskan bahwa iman yang sejati bukan hanya percaya kepada Tuhan, tetapi juga siap untuk bertindak ketika Tuhan memanggil.
Makna Teologis Kisah Para Rasul 9:10
Dalam teologi Reformed, Kisah Para Rasul 9:10 menegaskan beberapa doktrin penting, termasuk panggilan ilahi, kedaulatan Tuhan dalam keselamatan, dan ketaatan dalam iman.
1. Panggilan Ilahi dan Peran Ananias dalam Rencana Tuhan
John Calvin dalam tafsirannya terhadap Kisah Para Rasul 9:10 menekankan bahwa Tuhan secara aktif memilih dan memakai orang biasa untuk melakukan pekerjaan-Nya. Calvin menulis:“Ananias tidak dipilih karena kebesarannya, tetapi karena ketaatannya. Tuhan sering memakai alat yang sederhana untuk menggenapi kehendak-Nya.”
Tuhan bisa saja menyembuhkan Saulus tanpa perantara manusia, tetapi Dia memilih untuk melibatkan Ananias dalam rencana keselamatan-Nya. Ini mengajarkan bahwa setiap orang percaya memiliki peran dalam misi Allah, tidak peduli seberapa kecil peran itu di mata manusia.
2. Tuhan yang Berdaulat dalam Pertobatan Saulus
R.C. Sproul dalam bukunya Chosen by God menekankan bahwa pertobatan adalah karya Tuhan sepenuhnya. Sproul berkata:“Saulus tidak mencari Kristus, tetapi Kristus yang mencari dan memanggilnya. Semua aspek keselamatan berasal dari anugerah Tuhan.”
Ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, tetapi merupakan karya anugerah Tuhan yang berdaulat. Tuhan yang memilih, memanggil, dan mengubah hati seseorang, seperti yang terjadi pada Saulus.
3. Ketaatan dalam Menghadapi Ketakutan dan Ketidakpastian
Charles Hodge, seorang teolog Reformed abad ke-19, menyoroti ketaatan Ananias meskipun ia takut. Ia berkata:“Iman yang sejati ditunjukkan dalam ketaatan, bahkan ketika itu tampak berisiko atau tidak masuk akal bagi pikiran manusia.”
Ananias bisa saja menolak perintah Tuhan karena takut kepada Saulus. Namun, ia memilih untuk percaya kepada Tuhan lebih daripada ketakutannya.
Ini mengajarkan bahwa ketaatan sejati sering kali mengharuskan kita mengambil langkah iman yang berani, bahkan ketika kita merasa tidak layak atau takut.
Kisah Para Rasul 9:10 dalam Perspektif Biblika
Kisah Ananias memiliki banyak paralel dalam Alkitab yang meneguhkan ajarannya:
- Yesaya 6:8 – “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, ‘Siapa yang akan Kuutus, dan siapa yang mau pergi untuk Aku?’ Maka aku berkata, ‘Ini aku, utuslah aku!’”
- Yeremia 1:7 – “Tetapi TUHAN berfirman kepadaku, ‘Jangan katakan: Aku ini masih muda, tetapi ke mana pun Aku mengutus engkau, engkau harus pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.’”
- Matius 28:19-20 – Amanat Agung untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa.
- Roma 10:14-15 – “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Dan bagaimana mereka dapat mendengar tanpa ada yang memberitakan?”
Semua ayat ini menegaskan bahwa Tuhan memanggil umat-Nya untuk taat dan terlibat dalam pekerjaan-Nya, meskipun mereka merasa tidak layak atau takut.
Aplikasi Kisah Para Rasul 9:10 dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Bersedia Mendengar Panggilan Tuhan
Seperti Ananias, kita harus memiliki sikap hati yang siap mendengar dan menaati Tuhan.
Tim Keller berkata:“Panggilan Tuhan sering kali tidak sesuai dengan harapan kita, tetapi selalu merupakan bagian dari rencana-Nya yang sempurna.”
Apakah kita benar-benar siap mengatakan "Ini aku, Tuhan", atau kita terlalu sibuk dengan kehidupan kita sendiri?
2. Mengatasi Ketakutan dan Melangkah dalam Iman
Ananias memiliki alasan untuk takut, tetapi ia memilih untuk percaya kepada Tuhan. Kita juga sering kali menghadapi situasi yang menuntut keberanian iman.
Martyn Lloyd-Jones berkata:“Iman bukan berarti tidak memiliki rasa takut, tetapi tetap melangkah meskipun takut.”
Jika Tuhan memanggil kita untuk melakukan sesuatu—entah itu melayani, menginjili, atau mengambil keputusan sulit—kita harus percaya bahwa Tuhan menyertai kita.
3. Menjadi Alat Tuhan dalam Menjangkau Orang Lain
Ananias adalah perantara dalam pertobatan Saulus. Ini mengajarkan bahwa Tuhan sering memakai orang biasa untuk membawa orang lain kepada Kristus.
Jonathan Edwards berkata:“Tidak ada panggilan yang lebih mulia daripada menjadi alat Tuhan dalam keselamatan seseorang.”
Siapa yang bisa kita doakan atau jangkau dengan kasih Kristus hari ini?
4. Memiliki Ketaatan Sejati kepada Tuhan
Ananias taat tanpa syarat, meskipun tugasnya sulit.
A.W. Tozer berkata:“Ketaatan sejati bukan hanya melakukan yang mudah, tetapi juga yang sulit demi kemuliaan Tuhan.”
Apakah kita mau taat kepada Tuhan hanya dalam hal yang nyaman, atau juga dalam hal yang sulit dan menuntut pengorbanan?
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 9:10 mengajarkan tiga prinsip utama:
✅ Tuhan memakai orang biasa untuk pekerjaan luar biasa
✅ Pertobatan adalah karya anugerah Tuhan sepenuhnya
✅ Ketaatan sejati ditunjukkan dalam keberanian untuk melangkah dalam iman
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
- Memiliki hati yang siap mendengar panggilan Tuhan
- Mengatasi ketakutan dan berani melangkah dalam iman
- Menjadi alat Tuhan dalam menjangkau dan melayani orang lain
- Hidup dalam ketaatan sejati kepada Tuhan, tanpa syarat
Ketika kita memahami bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk pekerjaan-Nya, kita akan semakin bersedia untuk menjawab panggilan-Nya dengan iman dan keberanian.
“Ini aku, Tuhan.”
Semoga kita semua memiliki hati seperti Ananias—siap, taat, dan berani melayani Tuhan. Amin.