Maleakhi 1:2-3: Kasih Allah dan Doktrin Pemilihan
Pendahuluan:
Maleakhi 1:2-3 adalah salah satu bagian Alkitab yang sering dikutip dalam teologi Reformed, terutama dalam diskusi tentang doktrin predestinasi dan kasih pilihan Allah. Ayat ini berbunyi:
“Aku mengasihi kamu,” firman TUHAN. Namun, kamu berkata, “Bagaimana Engkau mengasihi kami?” “Bukankah Esau itu kakak Yakub?” firman TUHAN. “Namun, Aku mengasihi Yakub,” (Maleakhi 1:2, AYT)
“Sedangkan Aku membenci Esau, dan meratakan gunung-gunungnya, lalu menyerahkan pusakanya kepada serigala-serigala padang belantara.” (Maleakhi 1:3, AYT)
Ayat ini menyoroti kasih Allah yang bersifat pilihan kepada Yakub dan keturunannya, sementara Esau dan keturunannya mengalami penolakan. Konsep ini berhubungan erat dengan doktrin predestinasi yang diajarkan oleh para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Jonathan Edwards.
Artikel ini akan membahas Maleakhi 1:2-3 dalam konteks teologi Reformed, mengeksplorasi makna ayat ini, serta menjelaskan implikasinya dalam kehidupan orang percaya.
1. Eksposisi Maleakhi 1:2-3 dalam Konteks Kitab Maleakhi
Kitab Maleakhi ditulis setelah masa pembuangan bangsa Israel dan bertujuan untuk menegur mereka karena sikap mereka yang meragukan kasih Allah.
A. "Aku mengasihi kamu," firman TUHAN (Maleakhi 1:2a)
John Calvin dalam Commentary on Malachi menjelaskan bahwa kasih Allah yang disebut dalam ayat ini adalah kasih yang bersifat pilihan, bukan kasih universal kepada semua manusia. Ia menulis:
“Allah tidak berbicara tentang kasih umum yang diberikan kepada semua ciptaan, tetapi tentang kasih istimewa yang Ia miliki bagi umat perjanjian-Nya.”
Kasih ini adalah kasih covenantal (perjanjian), di mana Allah berkomitmen untuk setia kepada umat-Nya, bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena anugerah-Nya semata.
B. “Namun, kamu berkata, ‘Bagaimana Engkau mengasihi kami?’” (Maleakhi 1:2b)
Orang Israel meragukan kasih Allah karena mereka menghadapi kesulitan setelah kembali dari pembuangan.
R.C. Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa manusia sering salah memahami kasih Allah, menganggap bahwa jika Allah mengasihi mereka, maka hidup mereka seharusnya bebas dari penderitaan.
Namun, kasih Allah tidak diukur dari keadaan eksternal, tetapi dari janji dan rencana kekal-Nya bagi umat-Nya.
C. “Bukankah Esau itu kakak Yakub? Namun, Aku mengasihi Yakub” (ayat 2c)
Kutipan ini mengacu pada kisah Esau dan Yakub dalam Kejadian 25:23, di mana Allah memilih Yakub sebelum ia lahir.
Doktrin pemilihan tanpa syarat (unconditional election) dalam Calvinisme menyatakan bahwa Allah memilih orang-orang tertentu untuk keselamatan bukan berdasarkan perbuatan mereka, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri.
Roma 9:11-13 menegaskan prinsip ini:
“Sebab, sebelum anak-anak itu lahir dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik atau jahat—supaya maksud Allah, yaitu pilihan-Nya, tetap ada, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi karena Dia yang memanggil—dikatakan kepada Ribka, ‘Anak yang lebih tua akan melayani anak yang lebih muda.’ Seperti ada tertulis, ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi Aku membenci Esau.’”
Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menegaskan bahwa pemilihan Allah adalah tindakan kasih karunia-Nya yang mutlak, bukan berdasarkan kebaikan manusia.
D. "Sedangkan Aku membenci Esau" (ayat 3a)
Frasa ini sering menjadi bahan perdebatan. Dalam bahasa Ibrani, "membenci" (sane) tidak selalu berarti kebencian emosional, tetapi bisa berarti "menolak" atau "tidak memilih."
John MacArthur dalam The MacArthur Study Bible menjelaskan bahwa pernyataan ini menunjukkan bahwa Allah memilih Yakub untuk menerima perjanjian-Nya, sementara Esau dibiarkan dalam kebinasaan karena dosa-dosanya.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa Allah tidak bersalah dalam tidak memilih Esau, karena semua manusia telah berdosa dan layak menerima penghukuman. Pemilihan adalah anugerah, bukan hak yang dimiliki oleh siapa pun.
E. "Meratakan gunung-gunungnya, lalu menyerahkan pusakanya kepada serigala-serigala padang belantara" (ayat 3b)
Akibat dari penolakan Allah terhadap Esau terlihat dalam sejarah bangsa Edom. Bangsa ini akhirnya dihancurkan, sementara Israel tetap dipelihara oleh Allah.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa pemilihan dan penolakan Allah juga memiliki implikasi dalam sejarah manusia, di mana rencana Allah diwujudkan sesuai dengan kehendak-Nya.
2. Maleakhi 1:2-3 dan Doktrin Teologi Reformed
A. Kasih Allah yang Bersifat Pilihan
Maleakhi 1:2-3 mengajarkan bahwa kasih Allah tidak diberikan secara universal, tetapi secara khusus kepada umat pilihan-Nya.
Efesus 1:4 berkata:
“Sebab, di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa kasih Allah adalah kasih yang aktif, yang benar-benar mengubah hati dan kehidupan mereka yang dipilih-Nya.
B. Predestinasi: Pemilihan Tanpa Syarat
Roma 9:15-16 berkata:
“Aku akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa Aku ingin menunjukkan belas kasihan, dan Aku akan menunjukkan kemurahan kepada siapa Aku ingin menunjukkan kemurahan. Jadi, itu bukan bergantung pada keinginan atau usaha manusia, tetapi pada belas kasihan Allah.”
R.C. Sproul dalam Grace Unknown menjelaskan bahwa predestinasi tidak berdasarkan apa yang manusia lakukan, tetapi berdasarkan rencana Allah yang kekal.
C. Keadilan Allah dalam Penolakan terhadap Esau
Salah satu kritik terhadap doktrin predestinasi adalah anggapan bahwa Allah tidak adil dalam memilih Yakub dan menolak Esau.
Namun, Louis Berkhof menjelaskan bahwa karena semua manusia telah jatuh dalam dosa, tidak ada yang berhak atas keselamatan. Fakta bahwa Allah menyelamatkan beberapa orang adalah tindakan kasih karunia, bukan ketidakadilan.
Roma 3:23-24 berkata:
“Karena semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, tetapi dibenarkan dengan cuma-cuma oleh anugerah-Nya melalui penebusan dalam Kristus Yesus.”
3. Implikasi Maleakhi 1:2-3 dalam Kehidupan Kristen
A. Bersyukur atas Anugerah Pemilihan Allah
Jika kita adalah orang percaya, itu bukan karena kita lebih baik dari orang lain, tetapi karena kasih karunia Allah yang memilih kita.
Efesus 2:8-9 berkata:
“Sebab, karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri.”
B. Hidup dalam Kekudusan sebagai Bukti Pemilihan
Mereka yang telah dipilih oleh Allah harus menunjukkan hidup yang sesuai dengan panggilan mereka.
Kolose 3:12 berkata:
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang kudus dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kebaikan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.”
C. Percaya kepada Kedaulatan Allah dalam Segala Hal
Maleakhi 1:2-3 menunjukkan bahwa Allah yang berdaulat memiliki kendali penuh atas sejarah manusia. Kita harus mempercayakan hidup kita kepada-Nya.
Amsal 16:9 berkata:
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan langkahnya."
Kesimpulan
Maleakhi 1:2-3 adalah ayat yang sangat kuat dalam teologi Reformed karena mengajarkan bahwa:
- Kasih Allah adalah kasih yang bersifat pilihan – Allah memilih Yakub, bukan karena perbuatannya, tetapi karena kasih karunia-Nya.
- Predestinasi adalah rencana Allah yang kekal – Pemilihan Allah tidak berdasarkan usaha manusia, tetapi atas kehendak-Nya sendiri.
- Keadilan Allah tidak perlu dipertanyakan – Semua manusia berdosa, dan Allah berhak menyelamatkan siapa pun yang Ia kehendaki.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam syukur atas kasih Allah, menunjukkan hidup yang kudus, dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada kedaulatan-Nya.
Soli Deo Gloria!